Search This Blog

Monday, February 18, 2013

Hakikat Kebahagiaan

Re: [alumni_ftui] Hakikat Kebahagiaan
Posted By: Sat Sep 11, 2010 7:03 pm  |
Subhanalloh..terima kasih bung Dwika atas artikelnya untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.
Selamat idul Fitri 1431 H. mohon maaf lahir dan batin.

Wassalam,
Satrio (S77)

ri 1431 H mohon maaf
Pada 9/12/2010 6:35 AM, Dwika Sudrajat menulis:

Kebahagiaan memang sebuah pilihan dari keputusan yang lahir dari hati Anda.
Dicari, diperjuangkan dan dinikmati dalam kehidupan Anda.
salam,
Dwika-VIDE.Inc.

=======================
Berburu Kebahagiaan
Oleh : Administrator sma.khadijah.or.id

(Menelusuri Hakikat Kebahagiaan)

Tak bisa pungkiri bahwa setiap insan yg hidup di dunia pasti mendamba
kebahagian. Bahkan apapun akan dilakukan utk memperolehnya tak peduli halal atau

haram, mengikuti norma atau melanggar hak asasi manusia (HAM) yg penting
kebahagiaan dapat diraih meski dg kucuran keringat, derian air mata, tetesan
darah atau taruhan nyawa. Banyak cara yg dilakukan orang dg tujuan dan alasan
kebahagiaan dari eksploitasi fisik hingga eksplorasi pikiran. Banyak pula dari
mrk berhasil mengenyam hakikat kebahagiaan. Tetapi juga tak sedikit yg terhempas

jurang penderitaan. Sering kita dengar motto nyeleneh tentang harapan dalam
hidup, yaitu “muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga“. Namun,
masalahnya adalah apakah merengku harapan itu semuda membuat motto tersebut?.
Jawabnya tentu tidak.

Barangkali benar kata Shakespeare, “Jalan menuju kebahagiaan itu tak selalu
ditaburi bunga mawar yg harum, melainkan sering terganjal duri setajam jarum”.

Sudah berapa banyak mrk yg menderita krn kegagalan meraih kebahagiaan yg selama
ini mrk persepsikan. Dampaknya ada yg depressi, stress. patah hati, gila hingga
bunuh diri. Itu pun alasanya juga beraneka ragam ada yg krn himpitan ekonomi,
putus cinta, tidak lulus Unas, gagal jadi Caleg dll. Di Indonesia – misalnya –
menurut riset kesehatan dasar (riskesdas) yg dipaparkan oleh psikiater dr. Surjo

Dharmono bahwa ada 6 juta penduduk Indonesia yg mengalami gangguan jiwa berat
alias gila dan ada sekitar 20-30 juta orang mengalami gangguan jiwa ringan
(neurosis). Menurut catatan WHO, diprediksikan pada 2020, penyakit gila ini bisa

menempati dua terbesar setalah penyakit jantung krn beban hidup manusia yg
semakin meningkat.

Sementara jumlah yg mengakhiri hidupnya dg bunuh diri di Indonesia  “ berdasarkan

data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yg dihimpun tahun 2005-2007.  “ sedikitnya
ada 100 ribu orang. Sedangkan di antara negara berkembang, Korea Selatan dan
Jepang merupakan negara dg angka bunuh diri tertinggi di dunia. Rata-rata dari
100.000 orang ada sebanyak 24,8 orang melakukan bunuh diri, sementara Jepang
sebanyak 24.orang dikuti Belgia 21,3 orang dan Finlandia 20,35 orang kemudian
Amerika Serikat, terdapat 11,1 orang yg melakukan bunuh diri di antara 100.000
orang. Demikian menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti A
Prayitno.

Kebahagiaan memang sebuah pilihan dari keputusan yang lahir dari hati setiap
insan. Dicari, diperjuangkan dan dinikmati dalam kehidupan Arti kebahagiaan bagi

setiap orang tak selalu sama krn kebahagiaan sering dipersepsikan sebagai
ketercapaian atas sesuatu yang diinginkan entah berupa materi, prestasi,
prestige, cinta, kesuksesan, kedudukan, atau kesempurnaan hidup. Sebagian orang
mengejar kebahagiaan dg bekerja keras utk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa
pada harta yg berlimpah itu terdapat kebahagiaan. Dg harta itu dia bisa memenuhi

semua hasrat dan keinginannya.

Ada yg mengejar kebahagiaan pada tahta atau kekuasaan. Beragam cara dia lakukan
utk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dg kenikmatan dalam
kehidupan. Dg kekuasaan seseorang dapat melakukan apa saja yg dikehendaki. Juga
ada yg tak kenal lelah mengejar wanita cantik atau pria tampan sehingga tak
malu-malu melakukan apapun hanya sekedar utk memperoleh cinta dan kepuasan
nafsu. Sebab menurutnya kebahagiaan itu tidak akan sempurna tanpa kehadiran
wanita atau pria yg mencintai dan yg dicinta. Dan masih banyak sangkaan-sangkaan

lain yg turut meramaikan alasan perburuan sebuah kebahagiaan.

Sebetulya apa yg mrk kejar merupakan kebutuhan naluri insani yg memang harus
terpenuhi. Menurut teori Maslows bahwa manusia mempunyai 5 kebutuhan pokok,
yaitu kebutuhan biologis dan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan utk

mencintai dan dicintai, kebutuhan status sosial, dan kebutuhan akan aktualisasi
diri. Bila salah satu dari lima kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi maka
seseorang akan mengalami kegoncanan mental. Adapun menurut Sigmund Freud bahwa
manusia baru bisa raih bahagia apabila libido sexualisnya tidak mengalami banyak

hambatan.

Menurut hemat Freud, semua kegiatan dan dinamika manusia berakar dari dorongan
dan hasrat seksual. Oleh krn itu bila gairah seksualnya tidak tersalurkan maka
akan menimbulkan hambatan moral, ganggaun emosional, dan kecemasan.. Sedangkan
Karl Marx dg paham Marxismenya mengatakan bahwa kebahagiaan itu terletak pada
terpenuhinya seluruh kebutuhan manusia secara material (duniawi). Katanya, dunia

ini akan aman dan tentram bila perut setiap orang itu kenyang.

Tiga konsep kebahagiaan yg dicetuskan oleh tiga pakar terkenal di atas memang
merupakan representasi kehidupan di Barat. Dimana tolak ukur kebahagiaan dan
kesengsaraan tergantung pada pemenuhan nafsu duniawi yg sifatnya kondisional dan

temporal. Jika seseorang sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika
sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Jadi, menurut pandangan mrk tidak ada
kebahagiaan yg abadi dalam jiwa manusia. Oleh krn itu mrk senantiasa dalam
keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam
suatu keadaan.

Namun, permasalahannya adalah apakah kebahagiaan itu selalu dinilai dengan
kenikmatan jasmani atau materi ?

Kalau kebahagiaan itu diukur dg limpahan harta benda dan kedudukan, namun kenapa

banyak orang yg merasa bahagia dan puas dg pola hidup sederhana (gak neko-neko).

Bahkan ada yg merasa bahagia bertindak ekstrim dg cara menjauhi semua yg berbau
kemewahan duniawi dg menyepi di Kuil, Viara, Gereja, dan tempat-tempat Uzlah
(pertapaan) lainnya, sebagaimana yg dilakukan oleh para biksu/biksuni, biarawati

dan para sufi atau ahli zuhud. Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika segala keburukan

diumpamakan sebagai rumah, maka kuncinya adalah cinta dunia. Dan jika kebaikan
juga diumpakan sebagai rumah, maka kuncinya adalah zuhud dunia ( menjauhkan diri

dari urusan dunia).”

Kalau kebahagiaan itu diukur dg terpenuhinya hak aktualisasi diri dan rasa aman,

namun kenapa banyak yg tetap bahagia meski hidup di penjara dan disiksa demi
mempertahankan keyakinan ; seperti yg terjadi pada diri Imam Hanafi, Imam
Maliki, Imam Hanbali, Ibnu Taimiyah, Sayyid Quthub, Buya Hamka, Mahatma Gandi,
Harun Yahya, Nelson Mandela dsb. Bahkan kematian sekalipun disambut dg senyuman
sebagai sebuah keberkahan.

Ibn Taimiyyah pernah mengatakan, “Apa yg bisa dilakukan oleh musuh-musuhku
terhadapku? Surga (ketenangan dan kedamaian)-ku berada dalam dadaku dan akan
terus bersamaku tak terpisahkan kemanapun aku melangkah. Bagiku, penjara adalah
tempatku utk menyendiri dan berkontemplasi. Jika aku dibunuh maka itu adalah
syahadah dan jika aku diasingkan maka itu adalah kesempatan bagiku utk melakukan

perjalanan jauh.”

Dan kalau kebahagiaan ditakar dg kepuasan nafsu birahi, maka kenapa tak sedikit
orang yg ingin bahagia dg menempuh jalan berselibat (tidak menikah), seperti
para pastur, biarawati, biksu dan dari kalangan umat Islam ada nama-nama ulama
terkenal seperti; Hasan al-Bishri, Rabi’ah al-Adawiyah, Ibnu Taimiyah, Sayyid
Quthub, Abu Ja’far Ath-Thabari, Abu Qasim Az-Zamakhsyari, Imam An-Nawawi dll.

Rabi’ah al-Adawiyah berkata “Nikah itu sangat penting bagi orang yg mempunyai
pilihan. Sedangkan aku tidak mempunyai pilihan. Aku sudah bernazar dan mengambil

keputusan utk menghabiskan waktuku utk beribadah kepada Allah. Dan aku telah
memutuskan hidup di bawah perintah-perintah-Nya.”

Lantas apakah sejatinya "bahagia/sa'adah/happiness” itu sendiri ?

Utk menjawab hal ini tentu kita harus merujuk kepada wahyu Allah yg mengajarkan
tentang kebahagiaan sejati. Krn Dialah Pencipta kebahagiaan, Pemberi kebahagiaan

dan Sumber dari segala sumber kebahagiaan. Berikut ini adalah konsep dan tips
menggapai kebahagiaan dalam Islam.

1. Menjaga keseimbangan hidup antara kebutuhan ragawi dan rohani; artinya hidup
utk mencari duniawi demi kepentingan ukhrawi dan mengejar ukhrawi tanpa
meninggalkan kebutuhan duniawi (lih.Qs. al-Qashas : 77).

2. Berbuat baik dan menghindari maksiat; berbuat baik berbuah kebaikan dan
kebahagiaan, sebaliknya berbuat buruk berbuah keburukan dan kesengsaraan
(lih.Qs.al-Nahl: 97 dan al-Sajadah:20-21). Rasulullah saw bersabda,”Apabila kamu

tidak mampu memberikan kebaikan kepada orang lain dg hartamu, berilah mrk
kebaikan dg wajahmu yg berseri-seri disertai akhlak yg baik.”

Berdasarkan hasil riset para psikolog dari The University of Michigan, bahwa
kegiatan tolong-menolong membawa manfaat bagi kesehatan tubuh. Dalam riset yg
berlangsung selama 5 tahun itu, para ilmuwan meneliti 423 pasangan suami-istri
berusia lanjut. Peneliti menemukan bahwa memberi bantuan “bidang materi” pada
orang lain akan menurunkan rasio penyebab kematian 42%, sedangkan memberi
dukungan moril kepada orang lain pun dapat menekan tingkat kematian menjadi 30%.

Salah seorang peneliti yg bernama Stephanie L. Brown menyatakan, “tampaknya jika

kita ingin bertambah umur panjang, tiada salahnya kita coba membantu dan memberi

perhatian pada orang lain.”

3. Menggerakkan energi cinta kepada Allah secara totalitas ; Mencintai Allah
adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Sebab tidak ada yg lebih tinggi
daripada kemuliaan Allah. Nabi Ibrahim as sepanjang hidupnya menghadapi ujian
kualitas hidup yg bertubi-tubi dari Allah. Beliau dihadapkan pada pilihan
tersulit dalam hidupnya dimana ketika cintanya harus memilih dan berkorban.
Namun dg penuh keimanan beliau lebih memilih cinta Ilahi dari pada cinta
duniawi, meskipun harus berpisah dg orang tua, terusir dari negerinya, dan harus

meninggalkan anak dan istrinya sendirian tanpa bekal bahkan beliau rela
sekalipun diperintah membunuh putranya.

Sungguh Allah Maha Adil dan Bijaksana, dibalik perintah-Nya yg tampak kejam
terdapat hikmah kehidupan yg sangat dalam. Terdapat design cerita yg sangat
indah nan bahagia dibalik cobaan cinta yg dialami oleh Ibrahim as. Karena lebih
mengutamakan cinta kepada Rabbnya, beliau dilantik menjadi ”khalilulullah”
(kekasih Allah) gelar kemuliaan tertinggi di sisi Allah. Dia diangkat sebagai
”Abul Anbiya’” (bapak para nabi) dimana ribuan para nabi termasuk nabi Muhammad
saw berasal dari keturunannya. Munculnya sumber air zam-zam yg tak
habis-habisnya sampai akhir zaman. Dan akhirnya Ibrahim as dg pilihan cinta
kepada Ilahi yg sudah terbukti tak berubah sehelai rambut pun, tidaklah sama
sekali kehilangan anak, istri dan harta yg dicampakkannya, namun ia telah meraih

sukses dua cinta; cinta dari Allah dan cinta dari dunia bahkan ia mampu
menciptakan sebuah kehidupan penuh cinta kasih dan bahagia dunia akhirat bersama

keluarga dan keturunannya.

Ibrahim as telah beruntung tidak salah memilih, bagaimana dg Anda? Bila anda
hendak memilih, ingat kata petunjuknya dari firman Allah SWT yg berbunyi, “Apa
yg ada di sisimu akan lenyap, dan apa yg ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yg sabar dg pahala yg
lebih baik dari apa yg telah mrk kerjakan.” (Qs.an-Nahl:96). Rasulullah saw
bersabda,”Utamakanlah yg kekal dari pada yg fana’.” (Tanbih al-Ghafilin)

4. Mengendalikan hawa nafsu dan tidak membiarkannya menjadi lapar dan liar. Krn
tabiat nafsu itu tak akan pernah merasa terpuaskan. Dan kebahagian sejati akan
muncul bila mampu mengontrolnya dengan baik. (lih.Qs.al-Jasyiyah:26). Rasulullah

saw bersabda,” Ada tiga hal yg berpotensi merusak, yaitu(1) hawa nafsu yg
dituruti,(2) kekikiran yg ditaati, dan(3) kebanggaan diri. (Riwayat
Ath-Thabrani). ” Seandainya anak cucu Adam mendapatkan dua lembah berisi mas,
niscaya dia masih menginginkan lembah mas yang ketiga. Tidak akan pernah kenyang

perut anak Adam kecuali setelah ditutup tanah/mati. (H.R.Ahmad)

5. Ikhlas melakukan semua aktifitas krn Allah, – tidak sombong krn dipuji dan
tidak rendah diri krn dicaci hanya ridha Ilahi yg dicari serta menerima semua
keputusan Ilahi – Kemudian bertawakkal (berserah diri) kepada Allah atas segala
urusan. Ikhlas dan Tawakkal adalah kekuatan jiwa yg tidak bisa diperbudak oleh
nafsu dan tidak bisa dijamah oleh bisikan setan. Firman Allah SWT yg berbunyi,
“Iblis menjawab: "Krn Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mrk dari jalan Engkau yg lurus. Kemudian saya akan
mendatangi mrk dari muka dan dari belakang mrk, dari kanan dan dari kiri mrk.
dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mrk bersyukur (taat).”(Qs. al-A’raf
:16-17)

Berdasarkan keterangan ayat ini, ada 4 pintu yg menjadi jalan keluar-masuknya
setan utk menjerumuskan manusia. Ibnu Abbas menafsirkan bentuk keempat pintu
tersebut adalah (1) arah muka; setan membisikkan keraguan tentang masa depan,
(2) arah belakang; membisikan kesenangan urusan duniawi, (3) arah kanan;
mengaburkan kebenaran, (4) arah kiri; menghiasi keburukan.(Tafsir Ibnu Katsir).

Namun, ada dua arah yg tidak disebut oleh setan dan memang dua arah itulah yg
tidak mampu ditembus oleh setan bahkan oleh hawa nafsu, yaitu (1) arah atas;
ikhlas beribadah semata krn Allah, dan (2) arah bawah; tawakkal, pasrah dan
tunduk atas segala keputusan Allah. Sebagaimana pengakuan Iblis sendiri dalam
al-Qur’an, "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mrk semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yg ikhlas di antara mrk” (Qs.as-Shad : 82-83). “Sesungguhnya
setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yg beriman dan bertawakkal
kepada Tuhannya.”(Qs.an-Nahl :99).

Dijelasakan dalam buku “Quantum Ikhlas” karya Erbe Sentanu, segala sesuatu di
seluruh semesta ini merupakan bagian dari energi quanta. Pada level quanta semua

benda menyatuh dan tidak terpisah. Dan ketika manusia benar-benar ikhlas, saat
itulah do’a dan niatnya “berjabat tangan” melakukan kolaborasi dg energi vibrasi

quanta. Sehingga melalui mekanisme quantum yg tidak terlihat, kekuatan Tuhanlah
yg sebenarnya sedang bekerja. Jika sudah demikian, siapakah yg mampu
menghalanginya?

Diriwayatkan dari Imam Ja’far dalam kitab al-Bihar;”Apabila seorang hamba
berkata,”Tidak ada daya dan kekuatan, melainkan dg Allah”, maka Allah
menjawab,”wahai para malaikat-Ku, hamba-Ku telah ikhlas berpasrah diri, maka
bantu dan tolonglah dia serta sampaikan hajat keinginannya.”

6.Berpikir positif (husnudzan/positif thinking) terhadap keputusan Ilahi dan
berusaha mengambil hikmah dibalik setiap peristiwa. Selama hati selalu
berprasangka baik kepada Allah, apapun problem yg dihadapi akan diberikan jalan
keluar atas kesulitan yg dialaminya. Sebaliknya jika hati selalu berprasangka
buruk kepada Allah, apapun kelapangan yg dimiliki tetap dirasakan sempit dan
sulit. (lih.Qs.Ali-Imran : 154). Allah SWT juga berfirman dalam hadis qudsiy,
“Aku tergantung bagaimana hamba-Ku menganggap-Ku. Apabila dia berprasangka
kepada-Ku dg baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka
kepada-Ku dg prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.”

Karakter orang yang berpikir positif tercermin melalui sikap berikut ;

1. Melihat masalah sebagai tantangan bukan sebagai beban apalagi cobaan. Orang
yg optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan
orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan. Kata Fred Alan Wolf, “

Dunia itu penurut, ia dapat diubah bentuknya sesuai kemauan kita. Bukan saja
kita bisa mengubah masa kini, tatapi (dalam fisika quantum) kita juga bisa
mengubah masa lalu.”

2. Menikmati sebuah proses tanpa menunggu hasil. Utk merasa bahagia, bingung,
kecewa, sedih, atau marah adalah masalah keputusan. Bila Anda memutuskan utk
merasa bahagia maka berbahagialah !. Kenapa menunggu nanti, besuk atau lusa?
Kata Logam P.Smith,”Kebahagiaan itu tidak tergantung pada suatu kejadian, tetapi

tergantung pada pemikiran kita.”.

3. Tidak banyak angan dan alasan tapi sibuk dg tindakan. Bukan kurangnya
pengetahuan yg menghalangi keberhasilan, tetapi tidak cukupnya tindakan. Dan
bukan kurang cerdasnya pemikiran yg melambatkan perubahan hidup ini, tetapi
kurangnya penggunaan dari pikiran dan kecerdasan. (Mario Teguh). Syaikh
Abdurrhaman as-Sa’di berkata “Hidup itu pendek oleh krn itu janganlah
dipendekkan lagi dgn lamunan dan perbuatan dosa.”

4. Belajar dari kegagalan dan kesalahan baik dari diri sendiri maupun dari orang

lain, krn kita tidak cukup waktu utk belajar dari kesalahan kita sendiri. Kata
Dale Carnegie,”Orang yg berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan

yg ia lakukan, dan akan mencoba kembali utk melakukan dalam suatu cara yg
berbeda.”

5. Mensyukuri semua kenikmatan yg sudah dimiliki dan tidak menyesali kenikmatan
yg belum diraih. Krn seringkali harapan yg belum tercapai membawa hikmah
tersendiri bila mau merenungi. Kata Cicero,”Hati yg penuh syukur, bukan saja
merupakan kebajikan yg terbesar, melainkan juga merupakan induk segala
kebajikan.”

6. Memberi respon positif terhadap reaksi negatif, (lih.Qs.Ali Imran : 134).
Sikap positif ini ditandai dg (1) mampu mengendalikan emosi (kadzim al-ghaidzah)

Bila emosi diperturutkan maka akan mendapat dua kerugian, yg pertama kita telah
disakiti yg kedua kita telah menyakiti diri kita sendiri.krn sikap amarah akan
merusak diri kita sendiri baik secara fisik maupun psikis. (2) mampu memberi
ma’af (‘afuw) bahkan bersedia meminta ma’af. Sikap ini mengindikasikan akan
kejernihan dan kebersihan hati juga kecintaan terhadap kebaikan yg dapat membawa

kesehatan dan manfaat bagi diri dan orang yg menyakiti (3) berlaku kasih dan
bersikap baik (ihsan) terhadap orang yg menyakiti kita. krn dia adalah orang yg
paling berhak mendapatkan kasih sayang. Seorang yg menyakiti kita sangat
membutuhkan kelembutan.bukan utk disakiti kembali atau bukan utk di benci.

“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah.” (Qs. As-syura: 42). “Tolonglah saudaramu,baik yg berbuat aniaya maupun
yg dianiaya” (Hadits).

Dijelaskan dalam buku “The Devine Message of DNA” by Masuo Murakami, bahwa
Penyakit datang dari pikiran dan pikiran punya kemampuan sebagai penyembuh. Dan
dalam buku “Hubungan Kesehatan Mental dan Fisik” by Manning dijelaskan bahwa
gangguan mental yg berupa benci, dendam dan sedih berakibat sakit fisik berupa
gangguan kulit, darah, alergi, jantung, dan persendian. Gangguan mental yg
berupa bingung, frustasi dan marah berakibat sakit fisik berupa migran, gangguan

pendengaran, dan rabun ayam. Gangguan mental yg berupa cemas, tidaksabaran, dan
tamak berakibat sakit fisik berupa flu, TBC, dan asma . Dan gangguan mental
berupa pesimis, rendah diri, dan takut berakibat sakit fisik berupa anemia,
polio, diabetes, ginjal, dan kusta.

7. Berkata positif dalam merespon semua keadaan. Selalu berkata baik dalam
segala keadaan adalah cermin ketulusuan hati, kesehatan mental dan kekuatan jiwa

dalam menyikapi berbagai persoalan hidup. Sofyan at-Tsauri berkata,”Kata-kata yg

keluar laksana anak panah yg dilesatkan dari busurnya yg selalu tepat mengenai
sasaran.” Hukum aksi reaksi adalah sebuah keniscayaan. Setiap aksi yg kita
berikan akan dibalas dg reaksi yg gelombangnya sama (Low of Attraction).
Kata-kata adalah kekuatan magis yg dapat menghancurkan dan mendatangkan
keajaiban. Bila molekul air dapat dipengaruhi oleh kata-kata, maka 80 % tubuh
manusia juga terdiri dari unsur air maka upayakan selalu berkata positif (Masaru

Imoto “The true power of water”).

Contoh penggunaan kalimat positif misalkan, “saya tidak bisa” ganti menjadi
“saya belum bisa”, “andaikan saya” ganti menjadi “ketika saya”, “saya akan
mencobanya” ganti menjadi “saya akan melakukannya”, “ini akan jadi masalah”
ganti menjadi “ini akan jadi tantangan”, “saya tidak tahu” ganti menjadi “saya
akan tahu”, “saya sulit meraihnya” ganti menjadi “saya masih proses meraihnya”
dsb.

Sejatinya, tidak ada kesempurnaan yang bisa membuat kita bahagia, kecuali kalau
kita bersandar kepada Yang Maha Sempurna. Tidak juga ada kebahagiaan yang abadi,

kecuali kalau kita cinta kepada Yang Maha Kekal. Dan setiap harapan dan
kenyataan sebenarnya bisa membuat kita bahagia kalau kita mau ikhlas menerima
kenyataan, mensyukuri kenikmatan, memandang positif setiap kejadian dan
berpasrah diri atas segala persoalan. Nah, sekarang sudahkah Anda mengatur pola
pikir (mindset) Anda, sebab nasib Anda tergantung dari cara Anda berpikir dan
bersikap. (Wallahu A’lam)

“Engkau berpikir tentang dirimu sebagi seonggok materi semata, padahal di dalam
dirimu tersimpan kekuatan yg tak terbatas” (Ali bin Abi Thalib)

No comments:

Post a Comment