Search This Blog

Friday, November 11, 2011

Tujuan terakhir

Sejak tahap pertama kali merencanakan keuangan, kita harus menentukan apa sih tujuan terakhir yang kita inginkan dari uang kita.
be well,
Dwika



Menentukan Tujuan Keuangan.
**microsky.wordpress.com

Dalam buku “7 Habits of Highly Efective People”, Steven R. Covey menyebutkan bahwa salah satu kebiasaan orang yang efektif adalah “Memulai dari Akhir”. Kebiasaan ini juga kita terapkan untuk perencaaan keuangan kita. Sejak tahap pertama kali merencanakan keuangan, kita harus menentukan apa sih tujuan terakhir yang kita inginkan dari uang kita.

>Mengapa harus memulai dari tujuan? Analoginya adalah seperti ini. Bayangkan bila kebetulan Anda memiliki waktu luang di hari Minggu, dan Anda hendak menghabiskannya di luar rumah. Awalnya Anda masih tidak memiliki tujuan yang jelas, yang penting bagi Anda adalah jalan-jalan di luar rumah saja. Jadi Anda keluar dari rumah, mengendarai mobil Anda tanpa arah yang pasti. Nah, di tengah jalan tiba-tiba baru Anda kepikir, oh iya minggu lalu saya ingin ke Mall A untuk membeli sesuatu. Namun karena Anda sudah menghabiskan banyak waktu untuk jalan-jalan tanpa tujuan, apalagi kalau posisi Anda sekarang justru lebih jauh dari Mall A, Anda akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menuju Mall A.

>Lain ceritanya bila sejak awal Anda masuk ke mobil, Anda sudah memiliki tujuan. “Saya ingin ke Mall A”. Pada saat itu juga Anda akan “merencanakan” jalan mana yang paling cepat untuk menuju ke Mall A. Anda akan tiba ke Mall A jauh lebih cepat daripada cerita sebelumnya.

>Begitu pula ceritanya dengan keuangan kita. Apabila sejak awal kita sudah menentukan apa saja sih tujuan yang ingin kita capai dengan uang yang kita miliki, kita dapat membuat rencana keuangan yang sesuai, mengimplementasikannya sehingga akhirnya tujuan kita bisa tercapai dalam waktu yang lebih cepat. 

>Apa saja sih tujuan keuangan? Berikut adalah tujuan-tujuan keuangan jangka panjang:
>1. Dana untuk membiayai pensiun dengan gaya hidup yang diinginkan.
>2. Dana untuk membiayai pendidikan anak.
>3. Perlindungan keluarga dari resiko finansial.
>4. Warisan untuk anak.
>5. Penghematan pajak.

>Selain itu, juga ada tujuan-tujuan keuangan untuk jangka pendek, seperti:
>1. Membeli asset seperti rumah, mobil, elektronik, dan lain-lain.
>2. Rencana liburan akhir tahun.

>Ingat, kita harus SMART dalam menentukan tujuan keuangan kita.Spesifik, Measurable, Achievable, Realistik dan Time-Frame.
>1. Spesifik artinya kita harus dapat membayangkan tujuan kita secara detail. Misalkan untuk dana pendidikan anak, kita harus sudah dapat memperkirakan ke universitas mana anak kita akan mengambil gelar sarjana. Untuk dana pensiun kita harus sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan yang kita inginkan pada saat kita tua nanti.
>2. Measurable artinya dapat diukur, dalam hal ini alat ukurnya adalah mata uang. Misalkan saja kita ingin membuat rencana untuk liburan akhir tahun, kita harus memperkirakan berapa banyak uang yang akan dibutuhkan untuk liburan kita nanti.
>3. Achievable berarti dapat kita capai. Agar tidak menjadi pungguk yang merindukan bulan, sebaiknya tujuan keuangan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.
>4. Realitik berarti tujuan kita masuk akal, bukan merupakan khayalan yang tidak dapat diwujudkan dalam dunia nyata.
>5. Time Frame berarti kita harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Misalkan saja untuk dana pendidikan anak, kita harus tahu jelas kapan sang anak akan masuk ke universitas. Untuk rencana pensiun kita harus tahu pada umur berapa kita akan pensiun.

>Tuliskanlah tujuan-tujuan keuangan yang Anda inginkan pada kertas, dan kemudian baca kembali tulisan Anda. Beri nomor urut pada tujuan-tujuan tersebut berdasarkan hal mana yang paling penting untuk Anda. Misalkan Anda menganggap anak Anda paling berharga untuk Anda, mungkin saja Anda memberikan nomor satu untuk dana pendidikan anak, kemudian nomor dua untuk perlindungan keluarga dari resiko finansial.

>Mengapa perlu memberi nomor urut pada tujuan finansial? Karena keterbatasan pendapatan, ada kemungkinan kita TIDAK BISA mewujudkan seluruh tujuan finansial kita. Jadi kita hanya bisa memilih tujuan mana yang paling penting untuk kita. Untuk itulah gunanya nomor urut. Nantinya dalam membuat rencana, kita akan memulai dari tujuan yang paling penting. Tujuan dengan nomor urut satu. Setelah rencana untuk tujuan pertama ini bisa tercapai, dan masih ada uang tersisa, baru kita membuat rencana untuk tujuan kedua. Dan begitu seterusnya.

Monday, November 7, 2011

Document Management Software

5 Best Document Management Software

Document management is not a new concept in office management. Till the ancient times, people are managing documents for future use. Reducing paper documents, making office paper-free and making the management system automated are the new concepts. It is not something hard and difficult as space technology. In Computing, document management software (DMS) is a computer system used to process, track and store electronic documents and/or images of paper documents. With the help of good document management software it is very easy to build a fully automated document management system. Selecting the right document management software from a huge collection is always perplexing. To reduce your labor, I have made a list of best document management software after some research.
It is a browser based document management software system. Besides, it provides the benefits of a document imaging system. So, by installing Content Central you can get the benefits of document management as well as document imaging. An authorized user interacts with the application using a standard Web browser after installing the application on a Microsoft Windows server. It contains a browser-based capture interface, (Direct Scan), barcoding tool for batch paper capture (QCards), and data-entry interface. You can access locally or from remote locations for archiving and retrieving documents.
Here are the features of content central in short,
  • First information finding
  • Centralized information
  • No risk of losing documents
  • Ensure the security
  • Central data backup and archiving
  • Easy to retrieval
  • Indexing
  • Integration and distribution
  • Accessibility from anywhere
  • Easier Maintenance by keeping backup in database system.
It is a complete end-to-end document management solution that enables document management, collaboration, review and approval, and Web publishing. It also supports information sharing at all points of the enterprise by every knowledge worker.
Here are some of its features,
  • Supports all file types
  • Fast indexing and easy search and retrieval
  • End-to-end content capture, processing, and distribution
  • Content indexing with meta tagging and also expiration tagging
  • Archiving and ruin recovery
  • Multi level security- password management, audit and event logging and SSL encryption
3. Becker
Aim of this document management software is simple, making your business more efficient and profitable. It includes data capture software, document scanning software and forms processing solutions to reduce your labor, costs and time. It also provides fast and secure electronic document storage, archiving, management and retrieval system. Above all, it is a web based document management system.
EZContentManager is flexible, affordable, straightforward to implement and designed to simplify the management of documents and files. Documents are instantly accessible from any location via the internet or your network. It comes with familiar buttons and icons that will help you to be productive immediately without any tutorial. With the software you can manage, securely, the whole lifecycle of your document, from creation and use to final disposition.
The software will provide you the following benefits,
  • Reduce cost
  • Improves worker efficiency
  • Accelerates cycle times
  • Demonstrates compliance to both legal  and regulatory requirements
  • No user training required
It is an award-winning paperless office solution. It enables automatic document scanning, recognition, storage, archiving, retrieval and delivery directly from your accounting/ERP system. This document management software replaces paper-based process with electronic procedures of eliminating the printing, posting and manual filing of paper documents. The software will drive significant cost savings across your organization by making a seamless integration into your all major Accounting and ERP systems. Unlike other document management software that only cuts paper, making good environmental sense, it makes good business sense, forming a convincing proposition for any type of organization.

In the technology era, companies in all sizes produce a huge amount of information and process and manage the information is decisive. In this regards, companies have to choose appropriate DMS system in based on what they needs for their information or document process.

This guest article is written by Rifat Rahn

Friday, November 4, 2011

Melihat lebih luas

Lihatlah setiap masalah yang anda hadapi dengan secara utuh atau dari berbagai sudut pandang.
Kemudian mintalah saran apa sebaiknya yang dapat anda lakukan dari orang yang lebih sukses.
Saya yakin mereka akan memberikan sudut pandang berbeda. karena mereka berada ditempat yang lebih tinggi dari anda, tentunya mereka akan melihat anda lebih luas dari penglihatan anda sendiri.
be well,
Dwika




Ingin Kaya Dan Bahagia Rubah Sudut Pandang Anda
BY MUALLIF WIJONO

Jika anda seorang juru gambar, maka anda akan paham benar tentang pentingnya melihat sebuah obyek dengan berbagai sudut pandang. Karena dengan melihat obyek dari berbagai sudut pandang, anda akan dapat dengan mudah mengkomunikasikan gambar anda kepada orang lain. Sehingga orang lain akan melihat gambar seperti yang anda maksudkan. Karena mereka sekan-akan melihat obyeknya secara untuh.Namun jika anda menampilkannya hanya dari satu sudut pandang maka, banyak orang yang salah menafsirkan gambar yang anda tampilakan.

Setiap kejadian yang menimpa seseorang baik yang mendatangkan kebahagiaan maupun kesedihan adalah merupakan gambar kehidupan merika. Bagi mereka yang mampu menampilkan gambar kehidupannya dari berbagai sudut pandang, mereka akan mampu melihat kejadian secara utuh, sehingga menimbulkan kearifan dalam menyikapinya. Jika mereka mendapatkan sesuatu yang menyenangkan mereka tidak larut dalam suka cita dan terjebak dalam Comfort Zone. Sebaliknya jika mereka mendapatkan suatu kemalangan mereka tidak akan larut dalam kesedihan. Sikap demikian akan menimbulkan semangat untuk terus maju dan berkarya. Mereka akan terus melangkah dan berkarya, meskipun semuanya telah mereka miliki. Mereka juga akan terus bangkit meskipun selalu jatuh dan jatuh. Karena kegagalan bagi mereka bukan suatu yang menyakitkan. Kegagalan adalah sesuatu yang menngairahkan dan menyenangkan. Karena mereka berhadapan dengan tantangan.
.
Namun bagi mereka yang tidak mampu menampilkan kejadian secara utuh, mereka akan terlena dan lupa daratan jika mendapatkan suatu kebahagiaan. Sebaliknya jika mereka mendapatkan kemalangan mereka akan jatuh tersungkur, seakan merekalah orang yang paling menderita. Sudut pandang semacam ini tentu akan merugikan dan melemahkan diri sendiri. Sehingga mereka akan terkurung dalam suatu sangkar suasana yang membuat diri mereka tetap berada ditempat.Agar mereka dapat cepat keluar dari sangkar tersebut, hendaknya mereka harus sering-sering menanyakan pada orang lain perihal keadaan mereka, apakah yang mereka lakukan saat ini benar atau salah.

Saya mempunyai seorang teman dimana selain bekerja dengan posisi yang cukup lumayan, juga mempunyai perusahaan yang dijalankan oleh adiknya dengan omzet yang cukup besar 15 Milyar per tahun. Sang teman melihat apa yang dilakukan saat ini adalah yang terbaik. Bekerja sambil berusaha. Karena dia beraganggapan karena pekerjaannyalah usaha mereka bisa berjalan seperti sekarang ini. Pendapat itu memang benar. Namun saya melihat dari sisi yang lain, dengan sambil bekerja saja sudah omzet demikian besar apalagi jika dia mau focus pada usahanya tentu akan jauh lebih sukses lagi.

Dari kenyataan diatas, kebanyakan dari kita terbelenggu oleh sudut pandang kita sendiri, tidak terkecuali saya. Saya juga terbelenggu oleh sudut pandang saya. Sehingga saya sering mengalami kebuntuan, seakan saya berada dalam sebauh Lumpur hidup yang sulit untuk keluar dan meresakan apa yang saya lakukan ini adalah yang benar. Untungya saya sering bertemu dengan banyak teman yang dapat digunakan sebagai tolok ukuran dari kecepatan saya melangkah. Dengan cara ini saya tidak terjebak dalam comfort zone ( zona nyaman). Sehingga saya selalu berupaya dan mencari cara untuk melangkah lebih cepat lagi dan berkarya lebih banyak lagi.

Dengan demikian sebenarnya untuk bisa hidup bahagia dan sukses, adalah sangat mudah, yaitu lihatlah setiap masalah yang anda hadapi dengan secara utuh atau dari berbagai sudut pandang. Untuk dapat melakukan demikian sering-seringlah bertemu dengan orang yang lebih sukses dari anda. Utarakan apa yang menjadi pemikiran anda tentang keadaan anda saat ini dan mendatang. Kemudian mintalah saran apa sebaiknya yang dapat anda lakukan. Saya yakin mereka akan memberikan sudut pandang berbeda. karena mereka berada ditempat yang lebih tinggi dari anda, tentunya mereka akan melihat anda lebih luas dari penglihatan anda sendiri.

Begitu pula apabila anda saat ini mengalami trauma dari kejadian yang tidak inginkan. Anda tidak akan mampu menghilangkan memori dari kejadian tersebut. Yang dapat anda lakukan agar dapat sembuh dari trauma tersebut dengan melakukan perubahan sudut pandang. Allah tidak kejam. Setiap kejadian yang menimpa anda sepahit apapun pasti ada hikmahnya dibalik itu. Pernah anda mendengar seorang wanita biasa-biasa saja, namun setelah mengalami pemerkosaan akhirnya menjadi orang yang terkenal ke seluruh dunia. Karena dia merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu agar kejadia yang dialaminya tidak terjadi pada wanita lain?

Semoga bermanfaat.
See you in the top
POSTED BY MUALLIF WIJONO

Berjalan di tempat

Renungkan usaha Anda sekarang ini, apakah berjalan ditempat atau sudah berkembang.
Jika sudah berkembang coba bandingkan perkembangannya dengan perkembangan orang.
Namun saya ingin mengajak untuk lebih mengoreksi diri, apakah kita telah bekerja dengan optimal.
Apakah waktu, tenaga dan kemampuan yang diberikan Allah telah kita manfaatkan dengan lebih optimal”.
be well,
Dwika



Seberapa cepat langkah anda
BY MUALLIF WIJONO
Setelah menghadiri seminar di ITB Bandung, saya menyempatkan diri bertemu dengan teman-teman di Bandung. Pertama saya bertemu dengan seorang teman yang bergerak dibidang yang sama dengan saya, yaitu heater dan Thermocouple. Dan yang kedua bertemu dengan seorang pengusaha kuliner.

Saya terkejut akan pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh teman saya yang bergerak dibidang heater dan thermocouple ini. Bagaimana tidak, ternyata kini usahanya berkembang sangat cepat. Pada tahun yang lalu beliau hanya mempunyai 4 kios, namun kini sudah mempunyai 9 kios. Yang lebih menakjubkan lagi, usahanya kini lebih bervariasi, dulu hanya dibidang pemanas namun kini merambah dibidang electrical dan slang hidrolik.


Namun teman yang bergerak dibidang kuliner ini belum ada perubahan yang signifikan dari tahun yang lalu. Maka sepulang mengunjungi teman yang bergerak dibidang pemenas tersebut, saya mengajak teman yang bergerak dibidang kuliner untuk berdiskusi di Hotel Wisma Dago, tempat pilihan anak saya untuk menginap.

“Mas, kesan apa yang anda peroleh ketika mengunjungi mas Andi” tanyaku membuka pembicaraan.
“ Luar biasa ya. Dulu waktu kita bertemu dengan dia, tidak seperti ini. Namun kini berkembangannya sangat pesat”

“Itulah mas, salah satu manfaat silaturahmi. Kita bisa belajar dari teman yang kita kunjungi. Maka saya sangat senang sekali melakukan hal seperti ini. Karena dengan bersilaturahmi kita dapat melakukan koreksi diri seberapa cepat langkah yang kita perbuat. Jika kita berjalan sendiri kita tidak tahu, seberapa cepat langkah kita. Namun jika kita berjalan bersama orang lain kita akan mengetahui apakah kita berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Jadi cara ini dapat kita gunakan sebagai tolok ukur langkah kita”

“wah benar-benar”

“Coba mas renungkan usaha mas sekarang ini, apakah berjalan ditempat atau sudah berkembang. Jika sudah berkembang coba bandingkan perkembangannya dengan perkebangan mas Andi. Bukannya saya mengajak untuk tidak mensyukuri apa yang telah kita terima selama ini. Namun saya ingin mengajak untuk lebih mengoreksi diri, apakah kita telah bekerja dengan optimal. Apakah waktu , tenaga dan kemampuan yang diberikan Allah telah kita manfaatkan dengan lebih optimal”


Ketika saya menyaksikan perkembangan usaha mas Andi, pikiran saya menjadi terbuka dan ketakatuan saya menjadi lebih berkurang. Selama ini saya mengalami kesulitan untuk mengembangkan usaha saya. Penyebab lambatnya perkembangan usaha saya, karena masih besarnya takut gagal yang masih saya miliki. Sehingga saya takut melangkah. Ternyata walaupun saya telah berusaha lebih dari tujuh tahun, rasa takut gagal belum enyah dari dari saya. Karena itulah saya sering mengatakan, sayapun punya masalah. jadi kita sama sama punya masalah.

Mungkin yang harus dilakukan bukan menghilangkan rasa takut gagal, namun memindahkan persaan takut itu dengan spirit yang berbeda. Misalnya perasaan takut gagal digunakan untuk mempersiapkan diri baik mental dan kemampuan sehingga meminimalisir kegagalan. Bukan sebaliknya perasaan takut gagal digunakan untuk menghindari melakukan apa yang ditakuti.

Semoga bermanfaat.
See you in the top.


POSTED BY MUALLIF WIJONO

Mencari keberkahan

Anda sedang mencari keberkahan. Menaikkan omzet itu gampang tetapi mencari keberkahan itu sangat sulit

dan berat.
be well,
Dwika



Utamakan Keberkahan
BY MUALLIF WIJONO
Pada pertemuan UMKM yang diselenggarakan ITB bekerja sama dengan Pemda Bekasi di Resto Samikuring beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan teman pengusaha yang sudah lama tidak pertemu. Setelah berbasa-basi sejenak, saya tidak lupa menanyakan perkembangan bisnisnya. “ Alhamdulillah berjalan dengan baik dan lancar” jawabnya.
“Lalu mengenai omzet bagaimana?” tanyaku kemudian.
“ Saat ini saya sedang tidak memfokuskan diri pada peningkatan omset, mas. Tetapi saya sedang mencari keberkahan. Menaikkan omzet itu gampang tetapi mencari keberkahan itu sangat sulit dan berat” Kata temanku yang mempunyai dua istri tersebut.


Ya, ya keberkahan, bagi seorang muslim memang harus dicari dan diperjuangkan. Keberkahan barati mempunyai daya guna yang lebih besar dibandingkan yang sebenarnya. Keberkahan umur berarti walaupun orangnya sudah meninggal namun jasa-jasa masih tetap dapat dinikmati dan dikenang terus menerus oleh orang-orang sesudahnya. Keberkahan ilmu berarti ilmu yang dimiliki tidak hanya mampu mengangkat derajat si empunya namun nampu mengangkat derajat orang-orang disekelilingnya dan sesudahnya. Keberkahan harta berarti walaupun orang melihatnya sedikit namun kemanfaatnya melebihi nilainya. Sehingga orang yang memiliki harta yang berkah hidupnya akan terasa nyaman dan damai meskipun nampak dari luar serba kekurangan dan pas-pasan. Harta akan berkah jika cara mencarinya dengan cara yang halal dan baik. Kemudian dibelanjakannya dengan cara yang baik pula.

Namun sayang di jaman sekarang ini kehalalan dalam mencari harta kurang diperhatikan. Yang penting dapat mengumpulkan harta sebanyak-banyak yang kalau bisa tidak habis sampai tujuh turunan. Sehingga mereka tidak peduli lagi apakah cara yang dilakukannya sesuai dengan norma susila dan ajaran agama. Nampaknya setan telah meniupkan keserakah dan rasa takut miskin dalam hatinya.
Mereka takut masa tuanya hidup menderita. Mereka takut keadaan anak dan istrinya terlantar sepeninggal mereka. Mereka mengira dengan memiliki harta dan tahta kebahagiaan dapat mereka raih. Sehingga apapun dilakukan untuk menghilangkan perasaan takut tersebut. Mereka mencari harta tanpa mengenal halal dan haram. Mereka mencari harta tanpa mengenal waktu, sehingga mengabaikan panggilan yang memberikan rizki. Mereka mencari perlidungan keamanan anak dan istrinya lewat asuransi. Mereka seakan lupa bahwa Tuhan yang memberi rizki akan tetap hidup dan tetap memberikan rizki kepada keluarganya meskipun mereka sudah meninggal. Bahkan ketakutan mereka itu sampai kepada pemahaman bahwa merekalah yang memberikan rizki kepada keluarga yang ditanggungnya. Jika mereka meninggal keluarganya akan berantakan.

Padahal sebagai seorang muslim, kita percaya bahwa, hidup bukan hanya di dunia saja. Namun setelah kehidupan ini ada kehidupan lain yang merupakan pertanggungjawaban dari kehidupan di dunia ini . Kita nanti akan ditanya oleh penguasa alam ini, hartamu diperoleh dari mana dan digunakan untuk apa.

Kita sebagai seorang muslim, mestinya juga mengetahui bahwa harta yang tidak halal akan mengantarkan kepada si pemakainya menuju kehidupan yang bersuasana panas yang didalamnya tidak ada ketenangan dan kedamaian. Suatu keluarga yang didalamnya bergelimang dengan harta haram, mustahil akan menjadi keluarga yang harmonis, tenang, damai dan sejahtera. Kemudian pada akhirnya mereka akan dimasukkan kedalam neraka.

Mereka mengira dengan memberikan banyak harta kepada anak dan istrinya, akan dianggap sebagai bapak atau suami yang baik dan bertanggung jawab. Padahal sebenarnya mereka itu tertipu. Membawa pulang harta yang haram, pada hakekatnya membawa bara api neraka.

Lalu apakah setelah mereka meninggal dan dihadapkan pengadilan Sang Pencipta Alam, anak dan istrinya akan membela dan mengatakan bahwa bapak atau suaminya itu adalah seseoarng yang baik dan bertanggung jawab, karena mohon ringankan siksaannya?. Tidak, namun sebaliknya mereka akan menghujat habis-habisan dan memohon kepada Allah agar siksanya dilipatgandakan. Kenapa demikian. Karena mereka menjadi penyebab anak dan istrinya masuk ke neraka. Ini semuanya gara-gara harta haram yang diberikan kepada anak dan istrinya.

Lalu apa yang anda peroleh, wahai para suami, para bapak, jika anda membawa harta haram untuk menghidupi keluarga kalian?. Kebanggaan, ketenteramaan atau keterunun yang akan hidup damai dan sejahtera. Kemudian mereka akan mengingat dan mendoakan anda?

Tidak, sekali lagi tidak. Karena mari lebih berhati-hati jangan sampai tertipu oleh gemerlapan dunia. Tidak mengapa gaji anda kecil tidak mengapa penghasilan anda kecil tidak mengapa usaha anda nampak berjalan ditempat. Itu akan lebih baik dan lebih berkah daripada usaha anda besar namun dicapai dengan cara yang tidak halal. Dan melalaikan perintah Allah.

Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah dan senantiasa mendapat bimbingannya, sehingga kita tetap berada dijalannya. Amin

Semoga bermanfaat.
See you in the top.


POSTED BY MUALLIF WIJONO

Minimalisir kegagalan

Perasaan takut gagal digunakan untuk mempersiapkan diri baik mental dan kemampuan sehingga meminimalisir kegagalan. Bukan sebaliknya perasaan takut gagal digunakan untuk menghindari melakukan apa yang ditakuti.

be well,
Dwika







Seberapa cepat langkah anda
BY MUALLIF WIJONO
Setelah menghadiri seminar di ITB Bandung, saya menyempatkan diri bertemu dengan teman-teman di Bandung. Pertama saya bertemu dengan seorang teman yang bergerak dibidang yang sama dengan saya, yaitu heater dan Thermocouple. Dan yang kedua bertemu dengan seorang pengusaha kuliner.

Saya terkejut akan pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh teman saya yang bergerak dibidang heater dan thermocouple ini. Bagaimana tidak, ternyata kini usahanya berkembang sangat cepat. Pada tahun yang lalu beliau hanya mempunyai 4 kios, namun kini sudah mempunyai 9 kios. Yang lebih menakjubkan lagi, usahanya kini lebih bervariasi, dulu hanya dibidang pemanas namun kini merambah dibidang electrical dan slang hidrolik.


Namun teman yang bergerak dibidang kuliner ini belum ada perubahan yang signifikan dari tahun yang lalu. Maka sepulang mengunjungi teman yang bergerak dibidang pemenas tersebut, saya mengajak teman yang bergerak dibidang kuliner untuk berdiskusi di Hotel Wisma Dago, tempat pilihan anak saya untuk menginap.

“Mas, kesan apa yang anda peroleh ketika mengunjungi mas Andi” tanyaku membuka pembicaraan.
“ Luar biasa ya. Dulu waktu kita bertemu dengan dia, tidak seperti ini. Namun kini berkembangannya sangat pesat”

“Itulah mas, salah satu manfaat silaturahmi. Kita bisa belajar dari teman yang kita kunjungi. Maka saya sangat senang sekali melakukan hal seperti ini. Karena dengan bersilaturahmi kita dapat melakukan koreksi diri seberapa cepat langkah yang kita perbuat. Jika kita berjalan sendiri kita tidak tahu, seberapa cepat langkah kita. Namun jika kita berjalan bersama orang lain kita akan mengetahui apakah kita berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Jadi cara ini dapat kita gunakan sebagai tolok ukur langkah kita”

“wah benar-benar”

“Coba mas renungkan usaha mas sekarang ini, apakah berjalan ditempat atau sudah berkembang. Jika sudah berkembang coba bandingkan perkembangannya dengan perkebangan mas Andi. Bukannya saya mengajak untuk tidak mensyukuri apa yang telah kita terima selama ini. Namun saya ingin mengajak untuk lebih mengoreksi diri, apakah kita telah bekerja dengan optimal. Apakah waktu , tenaga dan kemampuan yang diberikan Allah telah kita manfaatkan dengan lebih optimal”


Ketika saya menyaksikan perkembangan usaha mas Andi, pikiran saya menjadi terbuka dan ketakatuan saya menjadi lebih berkurang. Selama ini saya mengalami kesulitan untuk mengembangkan usaha saya. Penyebab lambatnya perkembangan usaha saya, karena masih besarnya takut gagal yang masih saya miliki. Sehingga saya takut melangkah. Ternyata walaupun saya telah berusaha lebih dari tujuh tahun, rasa takut gagal belum enyah dari dari saya. Karena itulah saya sering mengatakan, sayapun punya masalah. jadi kita sama sama punya masalah.

Mungkin yang harus dilakukan bukan menghilangkan rasa takut gagal, namun memindahkan perasaan takut itu dengan spirit yang berbeda. Misalnya perasaan takut gagal digunakan untuk mempersiapkan diri baik mental dan kemampuan sehingga meminimalisir kegagalan. Bukan sebaliknya perasaan takut gagal digunakan untuk menghindari melakukan apa yang ditakuti.

Semoga bermanfaat.
See you in the top.


POSTED BY MUALLIF WIJONO

Mempersiapkan mental dan kemampuan

Perasaan takut gagal digunakan untuk mempersiapkan diri baik mental dan kemampuan sehingga meminimalisir kegagalan. Bukan sebaliknya perasaan takut gagal digunakan untuk menghindari melakukan apa yang ditakuti.
be well,
Dwika







Seberapa cepat langkah anda
BY MUALLIF WIJONO
Setelah menghadiri seminar di ITB Bandung, saya menyempatkan diri bertemu dengan teman-teman di Bandung. Pertama saya bertemu dengan seorang teman yang bergerak dibidang yang sama dengan saya, yaitu heater dan Thermocouple. Dan yang kedua bertemu dengan seorang pengusaha kuliner.

Saya terkejut akan pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh teman saya yang bergerak dibidang heater dan thermocouple ini. Bagaimana tidak, ternyata kini usahanya berkembang sangat cepat. Pada tahun yang lalu beliau hanya mempunyai 4 kios, namun kini sudah mempunyai 9 kios. Yang lebih menakjubkan lagi, usahanya kini lebih bervariasi, dulu hanya dibidang pemanas namun kini merambah dibidang electrical dan slang hidrolik.


Namun teman yang bergerak dibidang kuliner ini belum ada perubahan yang signifikan dari tahun yang lalu. Maka sepulang mengunjungi teman yang bergerak dibidang pemenas tersebut, saya mengajak teman yang bergerak dibidang kuliner untuk berdiskusi di Hotel Wisma Dago, tempat pilihan anak saya untuk menginap.

“Mas, kesan apa yang anda peroleh ketika mengunjungi mas Andi” tanyaku membuka pembicaraan.
“ Luar biasa ya. Dulu waktu kita bertemu dengan dia, tidak seperti ini. Namun kini berkembangannya sangat pesat”

“Itulah mas, salah satu manfaat silaturahmi. Kita bisa belajar dari teman yang kita kunjungi. Maka saya sangat senang sekali melakukan hal seperti ini. Karena dengan bersilaturahmi kita dapat melakukan koreksi diri seberapa cepat langkah yang kita perbuat. Jika kita berjalan sendiri kita tidak tahu, seberapa cepat langkah kita. Namun jika kita berjalan bersama orang lain kita akan mengetahui apakah kita berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Jadi cara ini dapat kita gunakan sebagai tolok ukur langkah kita”

“wah benar-benar”

“Coba mas renungkan usaha mas sekarang ini, apakah berjalan ditempat atau sudah berkembang. Jika sudah berkembang coba bandingkan perkembangannya dengan perkebangan mas Andi. Bukannya saya mengajak untuk tidak mensyukuri apa yang telah kita terima selama ini. Namun saya ingin mengajak untuk lebih mengoreksi diri, apakah kita telah bekerja dengan optimal. Apakah waktu , tenaga dan kemampuan yang diberikan Allah telah kita manfaatkan dengan lebih optimal”


Ketika saya menyaksikan perkembangan usaha mas Andi, pikiran saya menjadi terbuka dan ketakatuan saya menjadi lebih berkurang. Selama ini saya mengalami kesulitan untuk mengembangkan usaha saya. Penyebab lambatnya perkembangan usaha saya, karena masih besarnya takut gagal yang masih saya miliki. Sehingga saya takut melangkah. Ternyata walaupun saya telah berusaha lebih dari tujuh tahun, rasa takut gagal belum enyah dari dari saya. Karena itulah saya sering mengatakan, sayapun punya masalah. jadi kita sama sama punya masalah.

Mungkin yang harus dilakukan bukan menghilangkan rasa takut gagal, namun memindahkan perasaan takut itu dengan spirit yang berbeda. Misalnya perasaan takut gagal digunakan untuk mempersiapkan diri baik mental dan kemampuan sehingga meminimalisir kegagalan. Bukan sebaliknya perasaan takut gagal digunakan untuk menghindari melakukan apa yang ditakuti.

Semoga bermanfaat.
See you in the top.


POSTED BY MUALLIF WIJONO

Orang yang paling sukses

Orang yang paling sukses adalah orang yang paling banyak menerima kegagalan dan kepahitan hidup di masa sebelumnya.
be well,
Dwika



Ketika jatuh tertimpa tangga
BY MUALLIF WIJONO

Jum’at kemarin saya kedatangan tamu, yang akan membeli heater, dan ternyata tamu tersebut mengenal saya. Lalu terjadilah percakapan yang cukup panjang diluar maksud untuk membeli heater. Sayang pertemuan yang meskipun cukup lama, hampir satu jam masih kurang untuk membicarakan obrolan yang menurut saya sangat menarik. Karena harus mempersiapkan sholat jum’at terpaksa percakapan dihentikan.

Sebutlah namanya pak Agus. Beliau baru saja bangkit dari keterpurukan yang dalam. Beliau menyatakan, hamper 3 bulan hanya mendekam di kamar merenungi tepatnya meratapi nasib buruk yang menimpa dirinya.


Beliau mengatakan, rasanya Tuhan telah berbuat tidak adil kepadanya. Beliau telah mempunyai usaha yang cukup maju. Dalam kehidupan kesehariannya beliau termasuk orang yang taat beribadah. Sholat tahajut, sholat Dhuha dikerjakan dengan rajin. Apalagi sholat wajib yang mesti dilakukan 5 kali setiap hari. Nyaris sempurna tidak pernah tertinggal.

Didalam bersedekah juga demikian, beliau santuni anak-anak yatim, janda-janda tua dan lain sebagainya. Beliau juga tidak kalah baik dengan karyawannya. Bahkan ada 2 karyawan yang mempunyai andil yang cukup besar diberinya saham kosong 5%.

Namun apa yang terjadi, disaat perusahaan sedang menikmati kejayaannya, ada sedikit kekeliruan dipembukuan ada uang yang raib Rp. 150 juta. Menurut versi pak Agus, ini murni kekeliruan di pembukuan, namun karyawan yang diberinya saham 5% tersebut menuduh pak Agus telah menggelapkannya. Sehingga terjadilah malapetaka itu.

Entah bagaimana ceritanya, 2 orang karyawan yang diberi saham kosong 5% tersebut bersama-sama dengan penyandang dana yang lain bersekongkol menyingkirkan pak Agus. Awalnya pak Agus dijanjikan akan menerima bagiannya. Namun setelah ditandangai perjanjian pengunduran dirinya sebagai pemegang saham, pak Agus tidak mendapatkan bagiannya sama sekali. Dengan alasan asset perusahaan lebih kecil dari beban hutangnya.

Melihat kenyataan ini pak Agus tress berat. Sehingga beliau sampai menurung diri dikamar hingga 3 bulan. Dalam meratapi malapetaka yang menimpa drinya, dia seakan meggugat Tuhan. Ya Tuhan apa salahku. Bukankah aku telah berusaha memenuhi setiap yang Engkau suruh kepadaku. Tetapi apa yang aku dapat sekarang?.............

Akhirnya, dengan berlalunya waktu, pak Agus mulai sadar bahwa dirinya masih dibutuhkan oleh anak dan istrinya. Jika kesedihan ratapan ini terus dilakukan, tidak akan bias menyelesaikan masalah. Nasi sudah menjadi bubur. Takdir sudah diketuk. Meskipun saya menangis mengelurkan air mata darah sekalipun tidak akan bias mengubah malapetaka ini.

Pembaca yang budiman, begitulah jika Allah yang Maha kuasa berkehendak. Kita tidak bisa menolaknya. Tetapi percayalah Allah bukan jahil dan bertindak semena-mena kepada manusia. Namun sebaliknya Allah sangat sayang kepada hambanya. Bahkan kepada hamba yang melawannya saja Allah masih tetap menyanyangi mereka. Allah mengharapkan hambanya memasuki surge yang telah disediakannya. Kerana itu di selalu mengingatkan dan meluruskan hambanya agar tidak keluar dari jalan menuju surga.

Namun sayang, maksud Allah yang baik ini disalah artikan oleh manusia. Mereka mengira jika malapetaka terjadi padanya Allah telah murka padanya. Sebaliknya jika mereka mendapatkan limpahan karunia, rizki yang berlimpah karier atau jabatan yang terus naik, Allah sayang padanya. Bukan bukan itu ukuran Allah sayang atau murka kepada kita. Bukankah kita tahu, orang yang paling sukses adalah orang yang paling banyak menerima kegagalan dan kepahitan hidup di masa sebelumnya.
Bukankah para Nabi dan Rasul yang dicintai Allah itu orang yang banyak menerima ujian dan cobaan yang amat berat?

Jadi mari kita menata diri, menata hati, menata pemahaman bahwa jika Allah menghendaki kita jadi hamba yang dicintaiNya, Dia akan membersihkan jiwa, raga dan harta benda kita dari sesuatu yang tercela. Dan alat yang dipakai untuk membersihkan itu sangat menyakitkan buat kita. Bukankah intan yang gemerlap itu dikarenakan telah mengalami proses yang sangat menyakitkan dan menyedihkan.

Jadi jika Allah menguji kita, mari kita berusaha untuk menerimanya dengan senang hati, bersabar dan bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Saya yakin jika kita mampu bersikap demikian Malapetaka sebesar apapun yang menimpa kita tidak sampai membuat kita stress dan jatuh yang berkepanjangan.

Apalagi bagi seorang pengusaha tentu akan sering mendapatkan ujian, karena sepinya penjualan, kalah tender dan lain sebagainya. Sikapilah semua kejadian itu denga kesabaran dan tawakal kepada Allah. Tentu hidup kita akan tetap bahagian dan bersemangat walaupun jatuh tertimpa tangga. Karena hakikatnya kehidupan ini adalah permainan.. kepana kita mesti bersedih jika mengalami kalah pada sesi ini? Bukankah kita bisa bermain esok hari?

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan hidayah dan rahmatnya kepada kita semua. Sehingga kita bisa selamat dari segala ujian dan cobaan yang menimpa kita. Amin


Semoga bermanfaat.
See you in the top
POSTED BY MUALLIF WIJONO

Menjadi orang sukses

Semua halangan, rintangan atau kejadian-kejadian yang menghadang langkah kita merupakan cara Tuhan untuk mempersiapkan diri kita menjadi orang sukses sebagaimana yang Anda impikan.
be well,
Dwika



Petruk Jadi Ratu
BY MUALLIF WIJONO

Ketika membaca judul ini mungkin sebagian pembaca merasa aneh. Namun jika anda orang Jawa, saya yakin akan pernah mendengar kalimat tersebut. Petruk jadi ratu, suatu judul dalam kisah perwayangan. Saya sendiri tidak tahu persis bagaimana ceritanya. Namun membaca kalimat tersebut, saya bisa menebak hikmah yang terkandung didalamnya.

Petruk adalah seorang pembantu pandowo. Orang rendahan yang ilmunya maupun wawasannya sangat sedikit. Orang yang hidupnya tidak serius dan tidak mempunyai visi dan misi dalam hidupnya. Lalu secara tiba-tiba petruk dadi Ratu. Tentu pembaca akan menebak, kerajaan yang dipimpin oleh petruk akan kacau balau akhirnya dalam waktu singkat petruk akan jatuh dan akhirnya menjadi pembantu lagi.


Dalam kehidupan ini mungkin kita sering mendengar atau mempunyai teman, atau tetangga yang hidupnya seperti cerita Petruk jadi Ratu ini. Ada seseorang yang merintis suatu usaha, kemudian mereka berhasil. Semuanya telah mereka miliki, rumah mewah, mobil mewah dan lain sebagainya. Namun setelah berada di atas ternyata mereka lengah dan lupa daratan, akhirnya jatuh tersungkur.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena mereka belum siap menerima anugerah yang besar. Apa yang akan terjadi jika seandanya seorang anak SD diberi uang 1 milyar?. Tentu tidak lebih dari setahun anak tersebut sudah miskin kembali. Karena mereka belum siap menerima uang sebesar itu.

Disnilah perlunya kegagalan dan peristiwa-peristiwa pahit yang datang menghampiri kehidupan manusia. Allah mengirimkan peristiwa peristiwa yang menjadikan kita gagal , sedih atau kecewa pada hakekatnya adalah untuk mempersiapkan kita menjalani kehidupan yang lebih tinggi derajatnya. Jika kita lulus mengadapi ujian atau tantangan tersebut, maka dengan sendirinya kita akan naik tingkat atau derajat. Namun jika kita gagal, kita akan jatuh dan tersungkur. Ketika itu pilihan ada pada diri kita apakah kita akan bangkit kembali dengan mengambil pelajaran dari kegagalan yang dialami atau tetap tergeletak lemas, sambil menangisi nasib.

Selepas pengajian subuh, saya bertemu dengan tetangga sudah hampir sebulan tidak pernah kelihatan di Masjid. “ Hai mas, lama ya tidak pernah ketemu, kemana saja” tanyaku sambil menghampirinya.” Aduh, aku lagi kena musibah?” jawabnya singkat.
“ Musibah apa?”
“ ibuku dikampung sakit keras”
“ Saya turut, prihatin. Sekarang bagaiamana? Sudah sembuh?”
“ Alhamdulillah, sudah mendingan. Karena itu saya bisa saya tinggal”
“Memangnya ibu sakit apa?”
“Kaget mendengar, saya ditipu orang”
“ Ditipu orang kejadiannya bagaimana?”
” Saya kan sedang kredit mobil, namun sudah 2 bulan telat membayar. Lalu mobil mau ditarik jika tidak segera dilunasi. Karena saya belum punya uang, akhirnya BPKB saya gadaikan., untuk melunasi kredit tersebut. E e e 2 bulan kemudian mobil saya di sergap centeng. Katanya saya terlambat bayar. Padahal saya tidak terlambat. Setelah ditelusuri ternyata BPKB mobil saya digadaikan lagi dengan nilai yang lebih tinggi dan tidak dibayar. Akhirnya mobil saya di minta paksa. Duh rasanya ingin saja saya “santet” orang itu. Sekarang aku jadi pusing sekali ditambah dengan ibu yang sakit”.

“Eeh jangan begitu. Memangnya dia itu siapa? Dia itu kan cuma orang yang berperan sebagai penipu, sedang kejadian penipuan itu terjadi karena sekenario Allah. Jadi Allah yang mengijinkan orang itu menipu anda. Jika anda berbuat seperti itu berarti anda telah melawan Allah. Jika anda berbuat demikian Allah bukan bersimpati pada anda malah sebaliknya akan murka. Jika ini yang anda terima, tentu kekecewaan, kesedihan dan kesengsaraan akan meliputi dalam kehidupan anda. Namun sebaliknya jika anda menerima kejadian ini dengan sabar(bukan berarti anda pasrah dan membiarkan penipuan itu) anda akan mendapatkan kedamaian dan Allah pasti akan mengembalikan mobil anda atau menggantinya dengan yang lebih baik”

Kesuksesan itu perlu waktu, proses dan kesabaran. Anda akan menemuai halangan atau rintangan ketika anda menggapai kesuksesan yang anda raih. Semua halangan, rintangan atau kejadian-kejadian yang menghadang langkah kita merupakan cara Allah untuk mempersiapkan diri kita menjadi orang sukses sebagaimana yang diimpikan. Allah akan menyiapkan dan memantaskan diri anda menjadi Ratu yang sebenarnya. Karena itu bersabarlah terhadap prosesnya. Jangan pernah anda berpikiran instant dan berjalan mulus saja. apakah anda mau memerankan “Petruk jadi Ratu”?.
Semoga bermanfaat.
See in the top

POSTED BY MUALLIF WIJONO

Perbarui ilmu anda

Terus perbarui ilmu anda hingga ajal menjemput. Praktekan ilmu yang anda tahu benar. Barangkali ilmu anda sudah ketinggalan jaman.
be well,
Dwika



Jika tahu caranya semuanya akan mudah digapai
BY MUALLIF WIJONO
Kemarin siang saya bersama teman, melihat tanah yang rencananya sebagai tempat pembangunan perluasan perusahaan saya dan SMPIT yang akan kami dirikan. Ketika sedang asyik-asyiknya mengamati tanah tersebut, ada orang tua yang cukup sederhana menghampiri saya. Ternyata beliau adalah pemilik rumah, yang berbatasan dengan tanah saya. Lalu kami mengobrol kesana kemari, hingga sempat menanyakan tentang kegiatan yang beliau lakukan dari remaja hingga sekarang.

Dalam percakapan tersebut, pak Tua, sebutlah namanya demikian, karena saya belum sempat menanyakan namanya, nampak lugu dan sederhana. Dari percakapan dengan beliau terlitas nada pasrah. ”ya memang nasibnya begini mau diapakan” jawab beliau ketika saya tanya kehidupannya. Lalu sambil bercanda “ memangnya bapak dari dulu tahu, bapak ditakdirkan hidup demikian?”

Yah, jika anda bertanya kepada orang yang hidupnya kurang beruntung, nada pasrah pada ketentuan Allah sangat kental. Mereka seakan mengelak bertanggung jawab terhadap nasib “kurang beruntung” lalu menyalahkan atau bersandar pada nasib.”Yah, memang takdirnya begini mau diapakan. Kita terima saja apa adanya”.


Padahal, semua manusia tidak ada yang pernah diberi tahu, bagaimana nasibnya diwaktu yang akan datang. Apakah akan menjadi orang kaya atau miskin. Sehingga seakan-akan Allah memberi kesempatan kepada manusia” Ayo silahkan kamu semua mencari rizki sebanyak-banyak di muka bumi ini.” Semua orang diberi kesempatan yang sama, waktu 24 jam, diberi bekal yang sama, dua mata,dua telinga, dua tangan, dua kaki, satu mulut dan satu otak

Lalu jika diberi kesempatan dan perlengkapan yang sama kenapa ada perbedaan hasil yang jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya? Karena masing-masing orang berbeda didalam menggunakan kesempatan dan perlengkapan yang dimilikinya. Jika kita buat analogi, bukankah jika misalnya ada 10 orang diberi Handphone yang saya mereka akan berbeda didalam memanfaatkan Handphone tersebut? Mungkin ada orang yang dominan menggunakan handponenya untuk main Game. Sebagian yang lain barangkali menggunakannya untuk facebookkan,SMS dan chating dengan temannya, bicara yang tidak ada untungnya. Ada yang menggunakan handphonenya hanya untuk keren-kerenan. Dan ada yang menggunakannya untuk kemajuan, menambah pengetahuannya dan komunikasi yang menguntungkan dirinya.Kenapa mereka dapat berbeda didalam memanfaatkan handphone yang dimilikinya? Karena mereka berbeda didalam cara pandangnya.

Begitu pula dalam kehidupan ini, masing-masing orang berbeda dalam memahami makna hidup ini. Ada saebagian orang yang tidak tahu dan tidak mau tahu kenapa mereka lahir didunia. Karena itu mereka hidup hanya sekedar hidup. Yang penting bisa bertahan hidup. Orang demikian tidak mau memanfaatkan kesempatan dan perlegnkapan yang diberikan Allah kepadanya dengan maksimal. Ada orang yang berpendapat hidup ini untuk dinikmati. Hidup hanya sekali kenapa, rugi jika tidak dinikmati. Oleh karena itu kesempatan dan perlengkapan yang diberikan Allah digunakan untuk memuaskan hawanafsunya.

Ada juga orang yang memandang hidup ini adalah perjuangan. Hidup adalah pengabdian kepada Allah. Sehingga mereka memanfaatkan kesempatan dan perlengkapan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya demi kemaslahatan orang banyak.

Termasuk dikelompok manakah anda berada? Saya yaqin anda menginginkan kelompok yang terakhir. Karena anda adalah orang yang mengetahui kenapa anda dilahirkan di dunia ini. Namun bukankah untuk menjadi kelompok yang terakhir ini cukup sulit? Ya benar. Memang sulit jika kita tidak tahu caranya. Tetapi sangat mudah jika anda mengetahui caranya. Misalnya jika anda tidak tahu cara naik sepeda, maka anda akan berpendapat naik sepeda adalah sulit. Namun jika anda tahu caranya, anda akan mengatakan sangat mudah sekali.

Karena itu Islam sangat menganjurkan agar terus menuntut ilmu. Ilmu akan membuat apapun menjadi mudah. Jika anda mengetahui cara mencari rizki, maka mencari irzki akan menjadi mudah. Namun jika anda tidak tahu caranya, maka mencari rizki menjadi sesuatu yang sangat melelahkan.

Jadi apapun yang anda inginkan, cari tahu caranya kemudian praktikan. Jika hasilnya belum maksimal, mungkin cara anda mempraktekan ilmu yang anda tahu kurang benar. Atau barangkali ilmu anda sudah ketinggalan jaman. Karena itu terus perbarui ilmu anda hingga ajal menjemput

Semoga bermanfaat
See you at the top

POSTED BY MUALLIF WIJONO

Gaji seberapa Anda mau

Memberi dulu baru menerima, kehidupan dan karier Anda akan melesat jauh kedepan.
Jika Anda member dahulu, maka siap-siaplah Anda akan menerima.
Mungkin anda tidak menerima imbalan dari bos Anda yang sekarang. Tetapi anda pasti akan mendapat imbalannya, mungkin dari bos baru atau Anda yang menggaji Anda sendiri dengan gaji seberapa Anda mau.
be well,
Dwika





Usaha jalan pemiliknya jalan jalan
BY MUALLIF WIJONO

Ada beberapa pendapat yang beredar dimasyarakat, yang nampaknya benar, namun sebenarnya membelenggu mereka untuk maju dan berkembang.
Beberapa pendapat yang sempat saya rekam antara lain adalah;

Hidup hanya sekali karena itu harus dinikmati.
Memang benar hidup di dunia hanya sekali, justru itu mestinya kita berhati-hati dan berprestasi. Wong hidup hanya sekali kok malah disia siakan. Bukakankah ketika anda berfoya foya, santai dan makan enak-enak, menghamburkan uang untuk membeli sesuatu yang disukai, mendengarkan musik atau melihat film yang digemari, meminum minuman keras, narkoba, bermain perempuan , kebahagian yang diperoleh hanya ketika acara berlangsung itu saja? Setelah itu anda merasa biasa saja,menyesal, merana dan sedih kembali?
Masalah menikmati hidup tidak mesti berfoya-foya, santai dan kongkow-kongkow. Hidup bisa dinikmati dengan kerja keras. Hidup bisa dinikmati dengan sibuk memikirkan kemajuan dan kemanfaatan diri di masyarakat. Hidup bisa dinikmati dengan mendekatkan diri kepada Allah. Apakah anda mengira orang – orang seperti pak Soekarno, presiden kita yang pertama, para pejuang kemerdekaan para pejuang kebenaran mereka merasa tersiksa dan menderita ketika dipenjara atau bertempur di medan laga. Apakah anda mengira orang yang sibuk kerja keras sampai malam hariu, orang yang bangun di sepertiga malam untuk menghadap sang Maha Raja alam ini hidupnya tersiksa? Justru mereka inilah yang paling menikmati hidup, karena mereka telah memberikan telah mengabdikan djiwa dan raganya kepada, agama nusa dan bangsa.


Usaha jalan pemiliknya jalan-jalan.
Semboyan ini sangat disukai oleh pemula bisnis yang niatnya berusaha untuk menumpuk kekayaan dan yang ingin berfoya foya. Padahal faktanya seorang yang benar-benar pengusaha, justru dirinya disibukkan oleh berbagai macam urusan. Tetapi justru itulah kenikmatan mereka peroleh. Mereka merasa nikmat jika dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang. Mereka merasa nikmat jika dapat membantu dana ke panati-panti social.

Menjadi pengusaha identik dengan kerja keras. Dari luar memang Nampak mereka jalan-jalan. Namun sejatinya mereka bekerja lebih keras daripada karyawannya.

La, yang terjadi belum apa-apa, para pengusaha amatiran yang baru mulai usaha ini, pikirannya sudah dipenuhi “ usaha jalan, pemiliknya jalan-jalan” sehingga mereka cukup memperkajakan karyawan, dia santai dirumah atau jalan-jalan. Maka anda lihat banyak pengusaha pemula yang jatuh terkulai, sehingga tidak mampu bangun lagi.

Buat apa rajin bekerja jika gaji kecil
Pendapat ini kebanyakan menghinggapi pekerja bawahan. Mereka berpikir menerima dulu baru memberi. Karena itu mereka tetap berada dibawah. Andaikan mereka berpikiran. Member dulu baru menerima, saya yaqin kehidupan dan karier mereka akan melesat jauh kedepan. Mereka tidak sadar, jika mereka berpendapat demikian, orang lain, atasan atau bos mereka juga bisa berpendapat demikian. Lalu siapa yang akan memulai transaksi. Jika anda tetap menunggu agar bos anda yang memulai memberi kenaikan gaji, baru anda bekerja lebih rajin maka siap-siaplah anda akan tetap berada dibawah. Namun jika anda member dahulu, maka siap-siaplah anda akan menerima. Mungkin anda tidak menerima imbalan dari bos anda yang sekarang. Tetapi anda pasti akan mendapat imbalannya, mungkin dari bos baru atau anda yang menggaji anda sendiri dengan gaji seberapa anda mau.

Memulai dari kecil
Pendapat ini tidak salah dan saya setuju dengan pendapat ini. Namun saya melihat banyak terjadi kesalahan dalam praktiknya. Bagi mereka yang tidak mempunyai modal besar, memulai usaha dengan modal kecil dapat dilakukan. Namun sayangnya mereka hanya tahu, yang namanya memulai usaha dengan modal kecil itu ya usaha kaki lima. Lalu usaha kaki lima yang gampang dan katanya tidak pernah mati adalah kuliner. Sehingga mereka ramai raamai membuka usaha, mie ayam, nasi goring dan lain sebaginya. Sehingga karena suplaynya lebih banyak dari demandnya akhirnya usahanya terseok-seok dan akhirnya gulung tikar. Padahal banyak kita saksikan usaha, yang sekarang sudah besar awalnya dirintis dengan modal yang amat kecil. Sebutlah perusahaan Martha Tilar, Sari Ayu.

Kemarin saya sempat berkunjung ke industry kerajinan perhiasan emas . Ketika saya tanya sejarahnya ternyata industry tersebut awalnya dari usaha rumahan. Padahal sekarang karyawannya sudah ratusan orang. Saya juga telah menyaksikan toko sepatu yang sangat besar yang dibangun dari jualan sepatu keliling dari rumah kerumah.

Jadi anda boleh saja memulai usaha dari modal kecil, namun pilihlah usaha yang dapat dikembangkan menjadi usaha yang besar. Jenis usaha modal kecil yang dapat dikembangkan menjadi besar adalah jenis usaha yang tidak mudah dilakukan oleh sembarang orang. Usaha ini biasanya memerlukan keterampilan tinggi dalam membuatnya maupun pemasarannya. Sehingga tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya orang yang mempunyai semangat kerja keras, belajar dan pantang menyerahlah yang bisa melakukannya.

Jangan pernah anda bermimpi anda akan sukses usaha dengan modal kecil dibidang usaha yang mudah dilakukan. Yang berhasil dibidang ini adalah mereka yang mempunyai modal besar. Karena tidak ada orang yang mau bekerja pada anda. Karena sebentar lagi karyawan anda akan jadi saingan anda. Sehingga anda harus mengerjakannya sendiri. Jika anda tidak mau , maka siap-siaplah gulung tikar.

Semoga bermanfaat
See you at the top

POSTED BY MUALLIF WIJONO

Selamat dan senyum

Lakukan selamat dan senyum yang indah  setiap hari ketika anda bercermin dan berilah selamat dan senyum yang indah ketika dia melakukan
sesuatu yang membanggakan anda. Dia sangat mengharapkan support dan simpati anda.
be well,
Dwika




Jika anda katakan anda berharga, maka anda akan berharga.
BY MUALLIF WIJONO

Ketika anda mendatangi pertemuan atau seminar, cobalah perhatikan deretan bangku mana yang paling penuh duluan. Lalu anda sender mengambil tempat duduk di deretan bangku ke berapa?

Sepanjang pengamatan saya, bangku yang penuh pertama kali adalah deretan bangku ketiga ke belakang. Apakah anda termasuk orang yang suka duduk di deretan bangku tersebut?. Bahkah dalam shof sholat berjamaahpun demikian, jika memungkinkan kita lebih suka berada di shof kedua kebelakang. Jika ada shof yang lowong, kita member kesempatan orang lain untuk mengisinya. Padahal ini dalam keadaan beribadah, dimana pahala yang diterima orang yang berada di shof pertama akan jauh lebih tinggi daripada di shof dibelakangnya.


Lalu kenapa orang lebih suka duduk di deretan bangku belakang, ketimbang dibangku yang pertama? Mungkin jawabnya akan berbeda-beda. Namun sebenarnya ada perasaan yang jauh dilubuk hati mengatakan” saya tidak pantas duduk dibangku pertama”. Ya, perasaan rendah diri. Mungkin anda menolak, terhadap tuduhan ini dengan mengutarakan berbagai argumentasi.

Namun bukahkah anda tahu bahwa, orang yang penting dan terhormat selalu mendapatkan deretan bangku yang terdepan?. Lalu kenapa anda tidak mau duduk di deretan bangku pertama? Kenapa anda tidak mau berdiri di deretan shof pertama ketika anda sholat. Sadarkah anda siapa yang sedang anda hadapi? Jika anda berada di deretan bangku pertama dari sekian ratus peserta seminar, atau di deretan shpf pertama dari sekian ribu jamaah. Betapa mulianya betapa pentingnya kedudukan anda dihadapan para pembicara atau Allah SWT?

Tanpa anda sadari ada perasaan rendah diri dalam hati anda jauh dipojok yang paling dalam. Sangking jauhnya sampai-sampai anda tidak menyadarinya. Padahal rasa rendah diri ini akan sangat mempengaruhi kesuksesan anda. Coba anda bayangkan apa yang terjadi jika dalam lubuk hati anda, ada rasa tidak pantas menjadi orang kaya, tidak pantas menjadi pemimpin. Akankah anda bisa menjadi kaya atau menjadi pemimpin?

Jadi yang menjadikan anda kaya atau miskin adalah keyakinan pada diri anda sendiri. Apakah anda pantas atau tidak menjadi orang kaya. Apakah anda pantas atau tidak menjadi seorang pemimpin. Coba berdirilah dicermin, amati benar-benar orang yang ada didepan anda, apakah dia pantas menjadi orang kaya. Lalu seberapa banyak kekayaan yang dapa dimilikinya?. Apakah dia pantas menjadi seoarang pemimpin?. Seberapa besar pengaruh yang dapat dibawahinya? Jika orang yang ada didepan anda tersebut pantas menjadi orang kaya atau pemimpin doronglah dia untuk membuktikan keyakinan anda, bahwa orang yang berada didepan anda itu untuk mewujudkan impiannya, sebagaimana yang anda dugakan.

Lalu pantaskanlah dia untuk selalu berada duduk dibangku terdepan dalam setiap seminar maupun pertemuan lain. Bertanyalah, dan berilah komentar. Karena sebagai orang penting pendapat anda akan selalu didengar dan dinantikan . Berdirilah dishof terdepan ketika sholat berjamaah. Saya yaqin cepat atau lambat orang yang ada didepan anda yang anda anggap pantas menjadi orang kaya atau pemimpin sukses itu akan segera membuktikan kepada anda bahwa dia memang pantas menjadi orang kaya atau pemimpin yang dirindukan.

Lakukan hal ini setiap hari ketika anda bercermin dan berilah selamat dan senyum yang indah ketika dia melakukan sesuatu yang membanggakan anda. Dia sangat mengharapkan support dan simpati anda.

Semoga bermanfaat.
See you and the top




POSTED BY MUALLIF WIJONO

Orang dermawan

Anda akan menjadi salah satu dari mereka yang kaya.
Karena mereka ternyata kumpulan orang-orang jujur.
Mereka ternyata kumpulan orang-orang dermawan.
be well,
Dwika





Hormati orang kaya, maka anda akan menjadi kaya.
BY MUALLIF WIJONO

Pernahkan anda mendengar, bahwa orang kaya itu jahat, pelit dan tamak?. Ya, benar sayapun pernah mendengarnya. Bahkan ketika saya masih kecil, hidup di desa yang cukup jauh dari kota, pernyataan itu sudah saya dengar. Orang kaya itu pelit, serba perhitungan. Saya mendengarnya sendiri, saudara nenek saya yang kaya, apabila ada satu cabe saja yang jatuh dijalan akan beliau ambil. Beliau akan sangat marah jika melihat orang makan tetapi tidak dihabiskan.

Jika anda masih menyimpan pendapat itu, saya minta mulai sekarang tolong hilangkan . Karena pernyataan itu kurang tepat atau tidak benar. Namun bukan kerena alasan itu saja, saya meminta anda menghilangkan peryataan tersebut dari alam bawah sadar anda, tetapi pernyataan tersebut akan menghalangi anda menjadi orang kaya. Lo kok? .


Ya, bagaimana mungkin anda akan menjadi seperti orang yang anda beci? Anda berpendapat orang kaya itu jahat, licik, dan pelit. Semua sipat-sipat itu adalah jelek dan tentunya anda tidak mau menjadi orang semacam itu. Pendapat inilah yang akan membuat anda sulit menjadi kaya.

Sekarang pernyataannya rubahlah, bahwa orang kaya itu dermawan, rendah hati, hemat dan jujur. Coba renungkan, mana mungkin orang banyak mau bekerja kepada orang yang pelit dan tidak jujur? Mana mungkin uang bisa terkumpul kepada orang yang sombong, angkuh dan boros? Sifat jahat sangat dibenci orang, karena itu sebenarnya sangat sulit menjadi kaya dengan cara jahat. Karena kekayaan akan berpihak kepada orang yang jujur dan dicintai banyak orang. Lihat saja, apakah bisa langgeng kekayaan yang diperoleh dengan cara tidak jujur. Apakah ada pengusaha yang bisa berkembang menjadi besar dengan cara yang tidak jujur. Jadi orang-orang yang benar-benar kaya itu tentulah diperoleh dengan cara yang jujur dan terhormat. Mereka tentu memiliki sifat-sifat yang baik, dermawan, rendah hati, ramah dan hemat.

Jadi jika anda mempunyai teman orang kaya yang diperoleh dengan cara yang baik, hormatilah dia. Jika anda melihat Mobil Jaguar melintas didepan anda berilah hormat dan salut kepadanya. Lalu lengkapi kekaguman anda dengan menanyakan kepadanya “Bagaimana anda bisa seperti ini. Mohon kiranya saya diberi pentunjuk dan arahan. Saya ingin seperti anda” atau kirimlah email kepada orang yang anda kenal, lalu ceritakan bagaimana anda sangat mengagumi terhadap prestasi yang telah mereka raih.

Perasaan ini akan menumbuhkan kecintaan anda terhadap orang kaya. Dan saya yakin cepat atau lambat anda akan bisa berada ditempat yang anda cintai. Hidup yang berkelimpahan.

Saya cinta dengan orang kaya.
Saya bangga dengan orang kaya
Dan saya akan menjadi salah satu dari mereka
Karena mereka ternyata kumpulan orang-orang jujur
Mereka ternyata kumpulan orang-orang dermawan

Semoga bermanfaat.
See you at the top

POSTED BY MUALLIF WIJONO

Paid for Judgment

Managers get paid for their judgment.

Be well,
Dwika-ExecuTrain




"What does a manager get paid for?" 
by: Steven Cerri

I know, I know....

A manager gets paid for results!

or maybe it's.....

A manager gets paid for the results of the people he/she manages!

or maybe it's....

A manager gets paid to manage things!

or maybe it's....

A manager gets paid to worry!

I could go on and on... but... here is the reason managers get paid that I want to talk about....

Managers get paid for their "judgment!"

That's right...

Managers get paid for their judgment.

What is judgment?

Well, I'm not even going to go there.  I'll discuss what judgment is in a future blog.

However, what I really want to turn you on to are the answers to these two questions... "How do you improve your judgment and what is the source of judgment?"

Well, neurologically, the source of judgment seems to be two lobes that you and everyone else has.  However, not everyone's lobes are equally developed.  In fact, if your lobes are not very well developed it seems pretty certain from research that you won't have good judgment. 

However, if your lobes are well developed, your judgment will be pretty good.  The better devleoped, the better your judgment.

These lobes are the "frontal lobes" of your brain.  They are the seat of risk aversion, risk assessment, judgment, the interpretation of feedback from the environment, and the projection of consequences into the future, among other functions.

If your frontal lobes are not well developed, if something during childhood or later years impaired their development, then your judgment may not be what you'd like it to be.

Also, if your frontal lobes are well developed then you probably make good decisions and have a capability of assessing how the future will turn out.

You probably know people who have had a great deal of experience and still don't seem to have "good judgment".  You also probably know young people who seem to have very good judgment.  In fact, the phrase about someone being an "old soul" may be a colloquial way of unknowingly acknolweging good judgment in someone and therefore, the devleopment of their frontal lobes.

There is a great new website that addresses frontal lobe development, judgment, and exercises to strengthen the frontal lobes for the specific development of judgment. 

Merger

The two teams began to merge in their behaviors toward a more collegial approach.  But not all teams have worked out well.  One team had to be dissolved because they could not make the transition.  
Good luck and be well,
Dwika


"How can two teams work together when they are so different?"
**Steven Cerri

Here's the situation.

Imagine you are a Director in a technical company.  The company designs, develops, manufactures, distributes, and supports software for a vertical market.  You are managing two teams. One is co-located with you and you have worked with them for a long time.  You understand them and they understand you.  We'll call this team, Home-Team.  The Home-Team has worked together for some time and know how to work successfully to get things done.

You have also, just recently, been tasked to manage a team that is located half-way around the world.  We'll call this team, Away-Team.  Away-Team has worked together for a long time as well, and they too know how to work well to get things done.  You, however, have not worked with the Away-Team before.

Your job now is to get Home-Team and Away-Team to work together as a Combined-Team.  Combined-Team is being tasked to contribute the respective expertise of the two teams so that the whole team is successful.  Home-Team has an expertise that it must contribute for success and Away-Team has an expertise that it must also contribute for success.

In most cases this seems like a "no-brainer".  Both teams have been successful in their respective pasts. Both teams work well with their respective team members.  How difficult can it be for these two teams to work together?

That's the set-up.  Now I'll tell you what happens. 

The reality is different than your expectations.  After the first several meetings with just you and the Away-Team you begin to notice something.  You begin to notice that Away-Team seems very aggressive and argumentative.  They argue with you about everything.  They disagree with you about  everything.  It seems that you can't say anything without someone from the Away-Team saying the opposite or telling you that you "can't".  The really interesting thing is that the Away-Team members argue amongst themselves as well. They treat each other as they treat you.

You don't think too much of it at first even though you notice this behavior in the Away-Team.  You decide that it's just a difference in style and you don't think it deserves much more attention than just a notice.  It will work itself out you think.

So you continue on and decide that it's time for the two teams to have their first joint meeting.  You set up a phone conference with everyone from Home-Team and Away-Team.  During the meeting it is clear to you that the Home-Team is more collegial and the Away-Team is much more combative, critical, and aggressive. 

In fact, as the meeting continues one of the members of the Away-Team makes a comment that can be interpreted as a strong and direct criticism of one of the members of Home-Team.  You decide not to say anything.  Neither does anyone else.  Everyone seems to just bury the tension that was generated by the comment.  The meeting ends and some of the other members of Home-Team ask you what you thought about the statement at the end of the meeting.  You respond first by asking them what they thought. 

They tell you that they think that the Home-Team member who was apparently criticized will probably feel unfairly stepped on.  You go to the Home-Team member in question and you ask her what she thought about the meeting.  She singles-out the statement you were concerned about and makes the comment that the statement seemed to be overly critical of her.

You talk to a few other people from the Home-Team and you feel that you've gathered enough information to come to the following conclusions:

1.  The Home-Team believes that one of their members was criticized unfairly.

2.  From your past experience, you are now convinced that this behavior is standard for the Away-Team team.

3.  Whatever the Away-Team thinks, the Home-Team does not appreciate this kind of behavior and doesn't know how to participate effectively when this approach is used.

Your general conclusions are the following.  The two teams have distinctly different styles of communication, interaction, and team participation.  Home-Team utilizes a much more collegial communication process.  Away-Team utilizes a much more combative team participation process.  One approach is not right and the other wrong.  One approach is not even better than the other.  They are merely different. 

The two teams are not going to get along in the long run using these distinctly different approaches, however.  The two teams have such different communication styles that the collegial process used by Home-Team is seen by Away-Team as being "wimpy and weak."  Whereas, the combative style of the Away-Team is viewed by the Home-Team as being "unnecessarily combative and unproductive".

You decide you have to do something.  You decide that you have to bring both teams into alignment regarding their communication processes.  But how?  What do you do?

Obviously you have several choices.  You could:

1.  Just address the person on Away-Team who made the critical comment and attempt to rectify his mode of communication.

2.  You could do nothing and wait for another event in order to address this situation.

3.  You could do nothing and hope that the situation will rectify itself.

4.  You could call a phone meeting of both teams and address the issue.

5.  You could write an email to everyone.

6.  You could wait until the next regularly scheduled meeting and address it then.

7.  You could tell the direct report who felt criticized to get "thicker skin" and forget about it.

There are probably plenty of other choices I have not listed here that you might add to my list. But this is probably enough.

Here is my suggested approach.

First, as the leader of both teams you must decide how you want the Combined-Team to behave.  This is the critical first step.  You must decide how you want the members of each team to behave toward the other team.  Since this is your team, you are the one to decide what it means to be a team. You are the one to decide what behaviors will be rewarded and what behaviors will not.  That is your job.

Here is what I did.

In this case, I decided that I wanted to err on the side of Home-Team.  I wanted a more collegial team process than a more combative one.  I wanted this, not because it is better, but because it is very difficult to separate our own preferences from our management and leadership styles.  I personally, like the more collegial processes and I shy away from the more combative processes.  Therefore, it is reasonable that I would want the Combined-Team to be more like the Home-Team than the Away-Team. It's my preference.  I wanted the Away-Team to move more toward the behaviors of the Home-Team.  The Away-Team was going to have to change.

Next I had to decide how best to convey to the two teams the information and the acceptable behaviors that I wanted.

These were my intentions!

1.  What did I want to accomplish?(I wanted the Combined-Team to function more like the Home-Team.  This meant that the Away-Team would have to change their style.)

2.  What did I want to say. (I wanted to explain to both teams the concept of collegial and combative behavior and what I wanted as a combined team.  I also wanted to define acceptable and unacceptable behaviors, unequivocally.) 3.  How would I best convey this information to the two teams?  (Should I use phone, email, or try to communicate this in-person?)

4.  What was I going to do? (I was going to reward collegial behavior and not reward combative, aggressive, and negative behavior.)

5.  What reactions could I expect?  (I could expect the Away-Team to resist.  It is in their behavioral nature to resist. It was going to take some time and some "punishment" from me to get them to move toward the behaviors I wanted.  Because of their very nature of being a combative team, they would not go willingly to the behaviors I wanted.)

6.  How would I respond to those reactions? (This process would require a great deal of patience on my part. I would have to stay consistent, persistent, calm, and resolute.  They would have to see that no matter how much they resisted, I was not going to change my mind and I was also not going to get upset.  My goal was that ultimately they would see that collegial behavior was as good or better than combative behavior.

These were my actions!

 I decided I wanted to communicate to everyone, at the same time. I had three choices regarding communication protocol.

1.  I could have a face-to-face meeting.  (This was too expensive because I couldn't fly everyone to one location, so this approach was out.)

2.  I could have a video conference.  (We didn't have the equipment for this approach either, so this approach was out.)

3.  I could use a telephone meeting.  (This is a reasonable approach except that if I can't see the facial expressions and body language I'd probably elect the fourth approach listed next.  I decided against this approach.)

4.  I could use email to convey the message to everyone at once.  (I ultimately selected this approach.)

I picked option number 4, email.  Now, I have very little respect for email when it comes to conveying important, non-quantifiable information.  So you can legitimately ask why I selected email in this case?

The reason I picked email is because I wanted this communication to "feel" like a one-on-one communication process.  I wanted everyone on both teams to "hear" and "get" the same message.  I didn't want any discussion in this first communication.  This was to be, generally, a one-way communication.  Me to all the team members. If I couldn't have a face-to-face meeting with everyone at once, then email was the next best thing... only in this case!

So my email was a long message.  It laid out my philosophy of team building.  I explained the two processes used by the respective teams.  I explained what I wanted.  I explained what behaviors would be expected and rewarded and not rewarded.  I ended by stating that everyone would have the opportunity to discuss this with me one-on-one and in the group.  I also indicated that we would be discussing this topic and the associated processes in the future.

I followed this up with a consistent and constant reference to this approach at nearly every meeting we had.  I believe this is something most managers fail to do.  They fail to utilize their general meetings as an opportunity to reinforce their philosophy of how they want the team to relate.  During any meeting you have as a manager with your team, you have the opportunity to reinforce with examples, appreciation for an employee's behavior, or general statements of what you think is important, those behaviors you want to see exhibited by your team.  Remember also that you must exhibit those same behaviors that you want in your team.

Slowly and surely, the two teams began to merge in their behaviors toward a more collegial approach.  But not all teams have worked out well.  In one case, one team had to be dissolved because they could not make the transition.  Welcome to the world of management.

Good luck and be well,

Steven