Search This Blog

Friday, May 18, 2012

Anda idamkan

Kalau memang sudah punya tekad bulat, berjuanglah demi sesuatu yang Anda idam-idamkan tersebut. 
Jangan berbisnis karena semata-mata mengikuti tren, melainkan lakukanlah demi menjawab panggilan hati. 
Penting dilakukan adalah melakukan introspeksi. 
be well,
Dwika





Nuansa Pink di Kanvas Bisnis




Ketika merintis usaha produk kosmetik dan perawatan tubuh, Anita Roddick tidak pernah bermimpi bakal memiliki sebuah kerajaan bisnis yang popularitasnya ‘wangi’ di lima benua. Nyatanya, kini, The Body Shop, produk perawatan tubuh yang awalnya hanya dijual door to door oleh Anita, telah naik pangkat berpuluh tingkat. Tak sekadar sebagai merek produk kecantikan, tapi lebih dari itu, menjadi sebuah lambang perlawanan wanita terhadap berbagai hal yang membelenggu langkah mereka. Sukses Anita juga beriringan dengan kiprah sejumlah wanita di dunia bisnis. Apa saja persamaan mereka?

LUWES & MUDAH DIDEKATI 

Pada tahun 2003, penelitian yang dilakukan Asian Development Bank mengungkapkan, dari 2,8 juta unit perusahaan industri Indonesia, 2,5 juta di antaranya merupakan perusahaan mikro. Dari jumlah itu, 60% dimiliki oleh wanita dan 30% lainnya dijalankan oleh wanita. Data ini diperkuat oleh jumlah anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) yang terus meningkat. Di tahun 2002 anggotanya 15.000 orang, dan tahun 2007 berkembang menjadi 16.000 pengusaha.

Mike Rini Sutikno, konsultan perencanaan bisnis dan keuangan, mengakui bahwa makin lama makin banyak wanita yang terjun dan aktif di dunia bisnis. Fenomena ini ditanggapinya secara positif, karena pada dasarnya, sejak lahir wanita memiliki sejumlah potensi yang mendukung untuk berkecimpung di dunia bisnis. “Hanya, kebanyakan wanita tidak menyadari kemampuan tersebut. Padahal, kalau diasah, potensi tersebut bisa menjadi modal usaha. Modal usaha kan tidak semata-mata uang, melainkan juga keahlian, pengalaman, dan jejaring,” kata Mike.

Pembawaan wanita yang luwes dalam pergaulan, menurut Mike, adalah salah satu potensi yang menguntungkan sebagai pengusaha. “Sebab, sebagian besar usaha tidak diawali dengan motivasi yang mengarah pada urusan bisnis, tetapi bermula dari perkenalan dan hubungan pertemanan. Sesungguhnya, wanitalah makhluk paling pandai melakukan pendekatan bisnis yang sifatnya tidak menekan. Dengan pembawaan yang luwes, wanita juga lebih mudah mendekati dan didekati oleh orang lain,“ ujar Mike.

Hal ini diakui Estelita Hidayat, 35, pemilik perusahaan business consultant. “Di antara pegawai dan rekan bisnis yang mayoritas pria, saya seolah menjadi jembatan komunikasi di antara mereka. Saya sering kali menjadi tempat menampung curhat mereka, atau diminta menjadi ‘penyambung lidah’. Mungkin, karena saya wanita, cara saya berkomunikasi lebih luwes dan mendahulukan sikap persuasif. Berbeda dari pria, yang cenderung head to head,” ujarnya.

Selain itu, menurut Mike, dibandingkan pria, wanita memiliki kepekaan perasaan yang lebih tinggi. Sehingga, secara intuitif, wanita mampu merasakan mood seseorang yang berada di hadapannya. 

Kemampuan itu bisa digunakan wanita untuk membaca karakter orang. Dengan demikian, ia bisa merasakan apakah orang tersebut adalah partner bisnis yang tepat atau tidak. Dalam sebuah percakapan, dengan mengamati air muka lawan bicaranya, wanita juga bisa menentukan kata-kata manis yang tepat untuk dilontarkan agar pembicaraan bisa berjalan lancar.

Satu lagi kelebihan yang dimiliki wanita adalah kemampuan untuk menyelesaikan banyak pekerjaan secara bersamaan atau biasa disebut multitasking. Karena terbiasa memikirkan banyak hal sekaligus, wanita mampu memikirkan berbagai alternatif solusi ketika menghadapi suatu masalah. ”Hal ini jelas amat berguna, sebab dalam bisnis setiap orang dituntut untuk bisa memikirkan banyak hal secara bersamaan. Misalnya, sembari merancang sebuah produk baru, ia juga sekaligus memikirkan biaya produksi, distribusi, dan strategi pemasarannya,“ jelas Rini.

RENTAN TERINTIMIDASISayangnya, meski memiliki sejumlah sifat dasar yang mendukung untuk menekuni dunia bisnis, banyak wanita kurang mahir menggunakan segudang potensinya. Akibatnya, bukannya sukses, usaha yang dirintisnya malah terpuruk. Karena memiliki perasaan yang peka, menurut Mike, wanita juga rentan terintimidasi oleh orang lain.

“Dalam hal ini, terintimidasi adalah terpengaruh oleh pendapat orang lain ketika hendak bertindak. Karena ingin menyenangkan semua orang, wanita jadi kurang berani mengambil keputusan. Tidak demikian dengan pria, yang dalam waktu singkat mampu menentukan pilihan terbaik di antara berbagai kemungkinan buruk,” ujar Mike. 

Ia memberi contoh, lantaran terlalu berempati kepada orang lain, wanita jadi tidak tegas mengambil keputusan, mem-PHK karyawan, atau enggan menagih  utang. Semua itu dikarenakan dia tak mau merusak hubungan baik. Kalau ketakutan-ketakutan itu terus dipupuk, lama-kelamaan ia jadi tidak berani melangkah karena segan menghadapi risiko,” jelas Mike.

Namun, banyak pula wanita yang bisa belajar dan bangkit dari kegagalan. Misalnya, Alda Waas, 30, pengusaha butik. ”Bagi saya, keasyikan berbisnis itu justru pada kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri dalam segala hal. Kalau berhasil, saya senang karena bisa menerapkan strategi serupa di kemudian hari. Jika gagal pun, saya tidak kecewa karena merupakan hasil pemikiran sendiri. Minimal, saya bisa belajar dari kegagalan,“ tuturnya. 

Kendala lain yang biasa dihadapi wanita pengusaha, terutama yang telah berkeluarga, adalah fleksibilitas waktu. “Tak bisa dipungkiri, apabila tidak disikapi dengan benar, naluri keibuan sering kali mengganjal jalan wanita dalam melakukan berbagai hal. Ketika anak atau suami sakit, wanita kerap meninggalkan segala tanggung jawabnya di luar rumah. Padahal, tindakan seperti itu tidak selalu bisa diterima. Ada saatnya tugas-tugas di rumah harus didelegasikan kepada orang lain yang bisa dipercaya,” tegas Mike.

Dalam hal pengelolaan keuangan perusahaan atau milik pribadi, wanita  juga kerap salah langkah karena kurang menguasai serba-serbi pengelolaan finansial. Padahal, agar bisa sukses, pengetahuan di bidang finansial perlu dikuasai oleh setiap orang, baik pria maupun wanita. 

Karena minim pengetahuan, akibatnya tak sedikit wanita pengusaha yang tidak berani meminjam uang ke bank karena takut tidak bisa membayar. Padahal, kalau uang kas dihabiskan untuk membiayai operasional perusahaan, akibatnya bisa lebih buruk. Sebagai contoh, kalau suatu saat terjadi musibah sehingga bisnis tidak bisa jalan selama beberapa bulan, Anda masih punya uang kas untuk membayar gaji karyawan dan memelihara aset perusahaan.

BELAJAR BERPIKIR STRATEGISTak mengherankan kalau pada akhirnya masyarakat memiliki pendapat sendiri (mayoritas adalah angapan miring) tentang wanita pebisnis. Kebanyakan berbentuk stereotype yang belum tentu benar kenyataannya. Misalnya, wanita pengusaha dicap kurang berani mengambil keputusan, tidak konsisten mengelola bisnis, serta bersikap terlalu ‘lembek’ sehingga mudah dimanfaatkan. 

“Makanya, untuk menghapus anggapan tersebut, wanita perlu melakukan sejumlah hal untuk mengembangkan diri. Yang terutama adalah belajar berpikir strategis sehingga setiap ide yang dimiliki dapat diwujudkan ke dunia nyata. Belajarlah memperhitungkan segala aspek usaha secara terukur, tidak sekadar mengandalkan intuisi. Misalnya, sebelum memulai bisnis, buatlah rencana keuangan dan perhitungkan biayanya, baik dalam bentuk materi, waktu, maupun tenaga,” ujar Mike. 

Ia menambahkan, cara termudah untuk belajar berpikir strategis adalah mendata segala sesuatu yang ingin dilakukan dalam bentuk tulisan. Buatlah semacam jurnal untuk merencanakan kegiatan mingguan. Tidak perlu rapi, yang penting informatif dan terorganisasi. Selain itu, buat juga semacam resolusi awal tahun, agar Anda termotivasi untuk mencapai target. “Tidak perlu dihafal, yang penting hayati apa yang menjadi tujuan Anda. Dan, kalau melakukan sesuatu, biasakan mengerjakannya secara tuntas. Jangan mogok di tengah jalan,” tutur Mike, tersenyum.

Selain itu, sadarilah bahwa bisnis yang dilakukan bukan semata-mata usaha pribadi, namun turut melibatkan kepentingan orang lain. “Aspek sosial dalam bisnis tidak boleh dilupakan begitu saja. Apalagi kalau memiliki banyak pegawai. Kalau mempekerjakan 4 orang kepala keluarga, artinya kurang-lebih 12 kepala bergantung pada Anda. Kalaupun tidak memiliki banyak pegawai, minimal perhitungkan waktu yang Anda habiskan di luar rumah, yang semestinya bisa digunakan bersama keluarga. Jadi, jangan sia-siakan waktu untuk melakukan sesuatu yang sia-sia,“ tutur Mike, panjang lebar.

Seperti yang dialami Gaby Bakrie, 34, seorang pengusaha restoran. ”Di masa krisis moneter, pelanggan restoran kami yang mayoritas adalah ekspatriat, menurun drastis karena banyak yang pulang ke negaranya. Dalam kondisi sulit itu, saya berusaha mati-matian mempertahankan seluruh karyawan agar tidak ada yang di-PHK. Syukurlah, situasi akhirnya membaik,“ kisahnya. 

Yang juga penting dilakukan, menurut Mike, adalah melakukan introspeksi. Jangan berbisnis karena semata-mata mengikuti tren, melainkan lakukanlah demi menjawab panggilan hati ”Sebaliknya, jangan pula menuruti ‘hasutan’ orang lain yang bisa menghalangi niat berbisnis Anda. Kalau memang sudah punya tekad bulat, berjuanglah demi sesuatu yang Anda idam-idamkan tersebut,” ujar Mike.

Penulis: Nayu Novita

No comments:

Post a Comment