Search This Blog

Monday, August 1, 2011

Mencari Nafkah

Hidup memang berat.. tapi bukan berarti tidak indah dan tidak bisa Anda nikmati. Anda bisa kelihatan bahagia karena memang Anda sudah tidak bisa apa-apa lagi menghadapi masalah-masalah itu. Akhirnya Anda hanya bisa menikmati proses melalui masalah dan mensyukuri semua yang udah Anda nikmati
be well,
Dwika




Mas.. Saya Kena PHK.. Terus Bagaimana Saya Mencari Nafkah? 

**www.setiabudi.name
Kalimat tersebut disampaikan seorang sahabat kepada saya beberapa waktu yang lalu.
Dampak dari krisis ekonomi global saat ini mengakibatkan perusahaan multi-nasional tempat dia bekerja melakukan PHK besar-besaran dalam upaya meningkatkan kinerja dan kemampuan keuangannya.
Dengan segala fasilitas mewah yang telah diterima dari perusahaan tersebut oleh dia sekeluarga, mulai dari mobil dinas sampai wisata ke luar negeri gratis, tentu saja sangat mengguncang “kemapanan” sosial dan ekonomi mereka.
Saya sendiri terdiam cukup lama mendengar pernyataan tersebut.
Bagaimana pun, saya yakin dia sudah banyak mendengar segala macam nasihat dan hiburan.
Jadi percuma saja jika kemudian saya juga ikut-ikutan menasehati apalagi menghibur dia hanya dengan kata-kata, bukan solusi.
Akhirnya saya pun memutuskan memberikan “caci-maki” kepada sahabat saya tersebut.
Ya.. caci-maki.
Mau tahu caci-maki apa yang saya lontarkan plus bagaimana reaksi sahabat saya saat menerimanya?

Bro.. sudah cukup kamu mengasihani diri kamu sendiri!” tegas saya.
Reaksi kaget bercampur tidak senang terlihat dari bahasa tubuh sahabat saya itu.
“Lho.. kok kamu ngomong kayak gitu! Kamu bisa saja ngomong seenaknya kayak gitu di saat bisnis kamu sedang berlari kencang!” balas dia.
Saya sendiri malah tertawa ngakak menanggapi reaksinya.
“Emang gila lo yaa!!” dengan nada setengah membentak sahabat saya bereaksi melihat saya menanggapi keluh-kesahnya.
“Nah.. itu dia, harusnya kamu marah dengan keadaan kamu sekarang ini.”
“Tapi energi marah kamu itu harusnya dipakai buat segera bangun mencari solusi yang ada sekarang.”
“Percuma aja kamu kesana-kesini menceritakan masalah PHK kamu.”
“Mungkin saja sebenarnya orang yang kamu tumpahi keluh-kesah itu malahan sedang mengalami masalah yang lebih berat dari kamu.”
“Jadi percuma saja kan kamu kesana-kesini mencari tong sampah buat membuang segala masalah kamu?”
Sahabat saya terdiam.
“Jadi kamu punya ide apa buat saya?” tanya sahabat saya kemudian.
Saya pun kembali tertawa ngakak.
“Emang ya.. lo yang cerdas begini karena udah bertahun-tahun cuma jadi robot, jadi malah bingung waktu harus melakukan sesuatu tanpa masukan perintah ke otak kamu,” sergah saya.
Dengan tersenyum kecut sahabat saya menyeringai.
“Jangan gitu dong.. temen lagi susah malah diledekin,” balas dia.
“Maaf, gua nggak maksud buat ngeledek lo..”
“Masalahnya, selama blok mental di otak kamu yang udah bertahun-tahun lo bangun itu nggak diancurin.. percuma aja dikasih sejuta masukan juga,” balas saya.
“Trus, gua mesti gimana nih,” tanya dia lagi.
“Gampang aja.. lanjutin hidup lo dengan sebaik-baiknya.”
“Nggak mungkin Alloh cuma buka satu jalur aja buat kasih nafkah keluarga lo. Mungkin kejadian ini bisa nyadarin lo, kalo sebenernya banyak banget jalur yang Dia buka buat lo.”
Sahabat saya lagi-lagi terdiam.
“Oke.. tapi jalur mana aja nih? Lo bisa kasih gua masukan nggak?” kejar sahabat saya lagi.
Tentu saja pertanyaan ini malah mengundang tawa saya lagi.
“Pertama, jangan lupa selalu terbuka soal manajemen keuangan rumah tangga lo. Kebiasaan jelek semua suami, termasuk gua, hehehe.. selalu selingkuh urusan duit di rumah. Padahal ini satu-satunya cara sama isteri lo buat selamat melewati masalah ekonomi keluarga lo. Seenggaknya, kalian nggak akan bertengkar urusan duit karena sama-sama tau nggak ada duit dihambur-hamburkan seenaknya atau disembunyiin.”
“Kedua, kalo lo emang nggak siap buat mandiri mulai buka usaha sendiri, secepatnya lo cari kerjaan baru. Gimana pun juga, kalo lo buka usaha karena kecelakaan, kecil kemungkinan usaha kamu bakalan berkembang. Ntar malahan tabungan kamu ludes nggak karuan trus ujung-ujungnya masa depan anak-anak kamu jadi korban.”
“Ketiga, mulai merancang buka usaha sendiri sesudah dapat kerjaan baru. Cuma kamu harus punya rencana untuk secepatnya keluar dari kerjaan kamu jadi pegawai. Gimana pun juga, bisnis kalo pengen cepet berkembangnya harus dijalanin sepenuh hati dan waktu.”
“Keempat, kalo lo punya rekanan usaha. Buat perjanjian tertulis yang jelas. Sebisa mungkin bentuk perseroan terbatas. Bukan apa-apa, kalo kamu punya legalitas perseroan terbatas, ada pemisahan harta pribadi sama perusahaan. Plus, nggak gampang buat ngebubarin perkongsian kamu, jadinya kamu nggak bisa seenaknya ditendang sama rekanan lo dan hak-hak kamu jelas dilindungi sama hukum.”
“Kelima, sebisa mungkin ubah gaya hidup kamu sekeluarga. Gaya hidup pebisnis sama karyawan beda lho.. pengusaha itu hidupnya lebih prihatin. Kalo kamu liat bos kamu kesana-kesini nongkrong sama relasi di tempat-tempat konkow paling mahal, itu cuma kemasan aja alias nangkap hiu mesti pake kakap, hehehe..”
“Keenam, masih nyambung sama yang tadi.. kalo lo liat gua hepi-hepi melulu.. bukan berarti segala sesuatu di bisnis gua lancar-lancar aja. Kalo lo mau liat segala macam masalah di dunia ngumpul jadi satu, lo urusin deh barang sejam usaha gua, hehehe..”
“Gua keliatannya hepi-hepi melulu karena emang gua udah nggak bisa apa-apa lagi ngeladenin masalah-masalah itu, hahaha.. Akhirnya cuma bisa menikmati proses gua melalui masalah dan mensyukuri semua yang udah gua nikmati, hehehe..”
Manjurkah solusi (apa nasihat yaa.. hehehe..) dari saya itu?
Semoga saja “caci-maki” saya itu bisa mengisi-ulang energi mental sahabat saya.
Hidup memang berat.. tapi bukan berarti tidak indah dan tidak bisa dinikmati kan?

No comments:

Post a Comment