Search This Blog

Monday, February 13, 2012

Ingin semuanya sempurna



Orangtua baru berpikir mereka membutuhkan semuanya, ingin semuanya sempurna, dan tidak memikirkan biayanya.
be well,
Dwika





6 Kesalahan Keuangan yang Dilakukan Orangtua Baru

Posted: September 4, 2011 in asuransiINFORMASIPENDIDIKANPERENCANAAN KEUANGAN
Tag:
4
Saat pasangan memutuskan untuk memiliki anak, artinya mereka
sudah sadar konsekuensi yang akan didapat terutama dalam hal keuangan.
Sayangnya para orangtua baru sering melakukan enam kesalahan keuangan
berikut ini.
Saat baru memiliki bayi, Anda dan pasangan tentu tengah dilimpahi
kebahagiaan. Perhatian Anda dan suami juga seringkali hanya fokus pada
kebutuhan utamanya, seperti susu, pakaian, popok dan makanannya.
Dengan segala kesibukan dalam mengurus bayi itu, Anda dan suami pun
jadi melupakan kalau si kecil juga perlu dipikirkan perencanaan
keuangannya. Kenapa perencanaan keuangan ini penting dipikirkan sejak
dini, agar masa depan anak nantinya lebih terjamin.
Sayangnya tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan keuangan
saat baru memiliki bayi. Berikut enam kesalahan itu seperti dikutip
dari MSN:
1. Tidak Punya Asuransi Jiwa
Ketika Anda dan pasangan menjadi orangtua, memiliki asuransi jiwa
sangat diperlukan. “Jika salah seorang dari Anda meninggal, Anda harus
memastikan kebutuhan yang ditinggalkan tetap bisa terpenuhi,” ujar
ahli perencanaan keuangan asal California, Lynn Ballou.
Ballou menambahkan meskipun Anda atau pasangan sudah mendapatkan
asuransi jiwa dari kantor, hal itu tetap belum cukup. Ia pun
menyarankan belilah produk asuransi saat Anda dalam kondisi sehat,
jangan menunggu sakit karena akan lebih mahal.
2. Membeli Asuransi Jiwa untuk Bayi
Marilyn Capelli, ahli perencanaan keuangan asal Michigan mengatakan
membeli asuransi jiwa untuk bayi sebenarnya tidak perlu dilakukan.
“Anda membeli asuransi jiwa untuk seseorang hanya jika meninggalnya
orang itu membuat kondisi keuangan memburuk,” katanya.
Asuransi jiwa untuk bayi perlu dimiliki jika memang anak memiliki
kondisi kesehatan yang tidak baik. “Jarang sekali anak sehat akan
memiliki masalah kesehatan saat dewasa,” ujar Capelli.
3. Menunda Menabung untuk Kuliah Anak
Tidak sedikit orangtua yang mulai menabung untuk biaya kuliah saat
anak memasuki usia SMA. Jika hal itu dilakukan, sudah sangat
terlambat.
“Waktu terbaik untuk memulai adalah saat anak baru lahir,” tutur ahli
perencanaan keuangan asal Maryland, Amerika Serikat.
Sekarang ini ada berbagai cara untuk mulai mengumpulkan uang yang akan
dipakai sebagai biaya kuliah anak. Selain dengan menabung, Anda juga
bisa melakukannya dengan berinvestasi. Namun yang perlu diingat,
setiap investasi baik itu emas atau reksadana memiliki risiko
masing-masing.
4. Melupakan Dana Pensiun
Saat Anda dan pasangan menabung untuk biaya kuliah anak, Anda merasa
keuangan Anda di masa depan sudah aman. Anda dan suami pun jadi lupa
kalau sebenarnya setiap pasangan seharusnya juga memikirkan dana
pensiun.
“Menabung untuk dana pensiun seharusnya adalah yang pertama dilakukan,
dana kuliah di urutan kedua,” jelas Ballou. “Anda, suami dan anak bisa
memikirkan cara lain bagaimana bisa tetap sekolah. Akan lebih buruk
jika anak Anda malah harus membiayai Anda saat Anda dan suami
pensiun,” tambahnya.
5. Boros Dalam Hal Berbelanja Kebutuhan Bayi
Semakin tinggi pendapatan, semakin besar juga pengeluaran Anda dan
pasangan untuk membesarkan anak. Menurut data dari Department of
Agriculture di Amerika Serikat, pada 2003, seorang anak yang lahir di
2003 dengan pendapatan orangtuanya lebih dari US$ 65.400 setahun,
pengeluaran untuk membesarkannya butuh uang lebih dari US$ 344 ribu.
Uang tersebut hanya cukup untuk si anak sampai berusia 18 tahun.
Maryland berpendapat, banyak orangtua berpikir apa yang mereka
keluarkan untuk anak semuanya memang penting. Padahal sebenarnya
tidak. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang mengakui mereka cukup
boros di tahun pertama kelahiran dan sebelum si bayi lahir.
“Orangtua baru berpikir mereka membutuhkan semuanya, ingin semuanya
sempurna, dan tidak memikirkan biayannya,” ujar Maryland.
Oleh karena itu sebelum mulai membeli perlengkapan anak, orangtua baru
seharusnya membuat rencana pengeluaran. Anda dan pasangan juga jangan
malu untuk memakai barang bekas untuk perlengkapan tertentu seperti
stroller dan tempat tidur. Yang perlu diingat, perlengkapan yang
dibeli tersebut sebagian besar hanya terpakai selama setahun. Untuk
baju malah tidak sampai setahun, Anda sudah harus membelinya lagi.
6. Bekerja atau Jadi Ibu Rumah Tangga?
Beberapa wanita tidak cukup bijak menjawab pertanyaan ini. Tanpa
pertimbangan matang, ada yang memilih berhenti bekerja karena ingin
sepenuhnya mengasuh si kecil.
Jawaban pertanyaan tersebut sebenarnya mudah saja. Jika pendapatan
pasangan cukup untuk memenuhi pengeluaran untuk anak, menjadi ibu
rumah tangga tentu pilihan yang baik.
Namun sebelum memutuskan, ada beberapa faktor keuangan yang perlu
diperhatikan. Salah satu yang penting adalah keuntungan yang didapat
dari kantor jika Anda bekerja, seperti biaya kesehatan anak.
“Buatlah perbandingan apa saja keuntungan dari Anda bekerja atau
tidak. Pikirkan juga bagaimana pengeluaran lainnya bisa terpenuhi,”
ujar Downey.

No comments:

Post a Comment