Orang sukses, punya peluang dan kesempatan yang lebih banyak. Ia mungkin lebih disukai, lebih didengarkan, lebih punya banyak kesempatan, lebih banyak sumber daya dan network. Mereka sukses, tetapi mereka tetap berusaha memikirkan orang lain dalam kepasitas suksesnya.
be wll,
Dwika
Suksesmu Untuk Apa?
Oleh Anthony Dio Martin
Saya amat salut dengan kisah Placido Dominggo. Tidak mengenalnya? Dia adalah salah satu penyanyi tenor dari Spanyol sekelas Pavarotti. Namun, yang membuatnya luar biasa selain ketenarannya sebagai penyanyi tenor adalah apa yang dia lakukan dengan ketenarannya.
Pada waktu terjadi gempa bumi di Meksiko pada 1985, apa yang dilakukan oleh Placido Dominggo sungguh luar biasa. Dengan cepat, ia melakukan serangkaian acara dan pertunjukan untuk membantu negeri yang dikaguminya itu. Cukup banyak dana yang berhasil terhimpun olehnya yang berhasil ia kumpulkan dan sumbangkan.
Jika ingat kisah ini, mungkin kita pun jadi teringat dengan kisahnya lagu We Are The World yang ditulis oleh Michael Jackson dan Lionel Richie, yang akhirnya melibatkan banyak penyanyi untuk menyumbang bagi Afrika. Secara total terkumpullah sekitar US$63 juta yang disumbangkan bagi dana kemanusiaan di Amerika dan Afrika.
Lantas, pada 2010 pun, We Are The World dinyayikan lagi untuk membantu Haiti. Sungguh suatu pembelajaran yang luar biasa. Mirip dengan kisah ini pun pernah dilakukan di Inggris oleh penyanyi Bob Geldof dan Midge Ure pada 1984, di mana mereka menyanyikan lagu untuk mengumpulkan dana untuk menanggulangi kemiskinan di Etiopia. Sungguh langkah yang luar biasa!
Kisah-kisah di atas saya jadikan sebagai pengantar untuk berbicara post-success syndrome, yakni penyakit orang setelah mengalami kejayaan dan keberhasilan. Realitanya, kita banyak berbicara soal bagaimana langkah dan cara untuk menjadi sukses dan berhasil, tetapi jarang sekali kita berbicara dan memikirkan: buat apa setelah sukses nanti?
Akibat tidak direncanakannya langkahlangkah setelah sukses, maka kita melihat berbagai keanehan dan kejanggalan terjadi tatkala orang meraih suksesnya.
Hal yang lumrah terjadi adalah 3S: self sabotage, self pride serta self worshipping. Ketiganya merupakan penyakit yang amat berbahaya setelah sukses. Inilah yang seringkali menjadi alasan bagi banyak orangakhirnya justru menjauhi orang-orang yang telah sukses.
Sebenarnya, saya sendiri yakin, jika diantisipasi dengan baik, penyakit-penyakit post-success syndromeini tidak perlu menjangkiti Anda. (Lihat: 3 Ancaman orang sukses!)
Lantas, buat apa?
Melihat kecenderungan post success syndrome negatif yang terjadi, tulisan ini sebenarnya hanya punya satu tujuan, hatihatilah dengan kesuksesan dan kepopuleran yang kita bangun. Segalanya akan berakhir, tepuk tangan akan berhenti dan pujian juga akan menurun.
Namun, kalau kita belajar dari kisahkisah di awal tulisan ini, kita sebenarnya bisa menciptakan post-success syndrome yang positif. Artinya, kesuksesan kita bisa berarti semakin banyak yang bisa kita lakukan untuk orang lain.
Salah satu keuntungan dari orang yang sukses adalah dirinya dijadikan teladan, didengarkan dan massa pun merapat kepada dirinya. Nah, di sinilah seseorang yang sukses bisa menggunakan kesempatan ini untuk membangun hal yang positif atau justru merusaknya.
Ingat saja, orang sukses maupun populer, punya peluang dan kesempatan yang lebih banyak. Ia mungkin lebih disukai, lebih didengarkan, lebih punya banyak kesempatan, lebih banyak sumber daya dan network. Semuanya ini sebenarnya potensi yang luar biasa jika digunakan.
Itulah yang kita pelajari dari kisah Pacido Dominggo, Michael Jackson-Lionel Richie serta Bob Geldof. Mereka sukses tetapi mereka tidak menjadi terlalu egois dan mencari sensasi dan kepentingan diri saja. Meskipun, harus kita akui, kehidupan merekapun tidak lepas dari cacat dan kesalahan, tetapi mereka tetap berusaha memikirkan orang lain dalam kepasitas suksesnya. Nah, pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan Anda?
Dalam kesempatan ini, ada tiga pertanyaan besar saya untuk Anda. Pertama, untuk tujuan apakah Anda menjadi sukses? Kedua, Apakah Anda mempunyai bibit-bibit tiga penyakit bahaya kesuksesan yang disebutkan di atas? Ketiga, apakah kesuksesanmu juga berarti bukan hanya Anda yang tertawa melainkan orang lainpun bisa turut bergembira dengan kesuksesan Anda?
****
3 Ancaman orang sukses!
Inilah tiga hal yang paling mengancam orang sukses.
• Self sabotage adalah sabotase diri. Arti sederhananya, adalah tatkala orang menjadi sukses ia pun mulai melakukan banyak hal yang semakin merampas kesuksesannya sendiri. Seringkali kita membaca orang sukses dan terkenal yang melakukan hal-hal yang aneh untuk mencari perhatian.
Saya sendiri pernah menyaksikan putri seorang yang amat kaya tetapi cara pergaulan dan sikapnya sangat overacting. Awalnya, kalau mendengar namanya, semua orang akan terkagum-kagum padanya. Namun, jika tahu mengenai kehidupan pribadinya, semua orang mungkin membuang muka. Obat-obatan, kehidupan yang kacau, dan sangat jauh dari keteladanan. Bahkan, parahnya, ia pun akhirnya meringkuk dalam penjara gara-gara narkoba. Inilah contoh suatu sabotase diri.
Biasanya proses sabotase diri ini dialami oleh orang yang sebenarnya punya harga diri yang bermasalah. Dalam lubuk hati yang terdalam, biasanya kita akan menemukan akar masalah yang mengatakan, “Saya sebenarnya tidak layak dan tidak pantas untuk meraih dan menikmati sukses ini!”Akibatnya, tatkala ia mulai menjadi sukses, bukannya ia memikirkan langkah-langkah yang membuatnya semakin berhasil melainkan justru ia semakin terpuruk dalam perilaku yang mengingkari suksesnya sendiri. Memang kasihan! Ibarat, sudah capek dibangun tetapi dirinya sendiri yang menghancurkannya!
• Self pride ini bahasa umumnya adalah angkuh. Mereka ini sangat jauh dari pepatah yang mengatakan,“Padi yang makin berisi akan makin menunduk”. Prinsip mereka justru berbeda, padi yang menunduk, tidak akan dilirik orang. Jadinya, mereka sangat bangga dengan kemampuannya. Mereka menyombongkan kehebatan dirinya dan sangat takut ketika orang merendahkan atau pun tidak mengakui kehebatannya. Banyak hal yang dilakukannya yang membuatnya makin aneh, tatkala orang ini meraih kesuksesannya. Ia mulai menjauhi orang-orang yang dulunya berteman dengannya. Ia membuat dirinya kelihatan sibuk. Membuat dirinya menjadi orang yang sulit dikontak dan diajak bekerjasama dan cenderung memberikan komentar yang merendahkan orang lain dan meninggikan dirinya.
Jika dikomentari, semakin seseorang menyombongkan dirinya maka hal itu semakin membuktikan kekurangan pada dirinya, suatu bentuk ketidakamanan. Akibatnya, ia perlu menyombongkan dirinya agar dirinya dihargai dan dihormati. Tunggu dulu! Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mengungkapkan prestasi dirinya, tetapi apabila ini dilakukan berulang-ulang dan berlebihan, hal ini menjadi sesuatu yang justru membuat orang bukannya menjadi kagum melainkan justru jadi muak.
• Self worshipping ini bicara mengenai orang sukses yang senang sekali dipuja. Ia menjadi orang yang gila pujian dan kehormatan. Apapun akan ia lakukan untuk mengumpukan orang-orang yang memujanya. Ini mirip dengan perkumpulan ataupun sekte-sekte di masa lalu. Mereka mencari dan mengumpulkan massa untuk memuja diri mereka. Pada diri mereka akan gampang sekali tersinggung kalau seandainya ada kritik dan masukan yang diberikan kepada mereka.
Mereka pun cenderung menjadi sangat defensif ketika mendapatkan kritikan. Mereka merasa menjadi yang terbaik sehingga sulit untuk belajar dan mengembangkan diri lagi.
No comments:
Post a Comment