be well,
Dwika
Perbedaan Kebutuhan dengan Keinginan
by hardinalz
Alkisah, Edi – sebut saja begitu namanya – lagi gandrung dengan sebuah laptop. Ia yang kini mahasiswa semester tiga jurusan komputer benar-benar membutuhkan komputer jinjing. Dengannya Edi dapat mengerjakan tugas-tugas kuliah di mana saja dengan mudah. Di kampus ia bisa browsing di mana saja karena ada fasilitas Wi-Fi gratisan untuk akses internet. Daripada harus ke warnet atau akses dari rumah – selain waktunya kurang fleksibel, ia juga harus keluar uang – lebih baik ia membeli sebuah laptop. Lihat-lihat harganya ternyata sekarang tidak terlalu mahal. Sebuah laptop saat ini, sudah bisa dibeli dengan harga 5 jutaan rupiah. Dengan menyisihkan uang saku dan minta bantuan ortu, beberapa bulan saja laptop sudah ada di tangannya.
Di pameran baru-baru ini, ia sudah mendapatkan laptop idamannya, bahkan ia sudah melihat-lihat dan mengamati speknya (spesifikasi) di situs pembuat vendor perangkat tersebut. Di salah satu “toko online” ia lihat harganya sedikit miring. Saking niatnya memboyong laptop ke rumah, Edi tak segan mampir ke puluhan website untuk membaca review produknya di berbagai media. Bahkan ia sudah mendowload gambarnya untuk dijadikan wallpaper PC di rumahnya.
Serasa keinginannya tak terbendung. Hampir di setiap kesempatan ia mengamati harga laptop idamannya yang belum beranjak turun. Ia coba-coba sedikit membandingkannya dengan merek lain yang punya spesifikasi mirip. Tapi tetap, ia lebih suka laptop yang sudah diidamkannya.Singkat cerita, tibalah saat untuk membeli laptop karena dana yang dibutuhkan sudah di tangan. Pergi ke sentra komputer, keluar masuk toko untuk sekadar membandingkan harga yang sedikit beda sungguh menyenangkan Edi. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli laptop buruannya di sebuah toko yang menawarkan sedikit kelebihan di sisi pelayanan purna jual.
Minggu-minggu pertama setelah membeli laptop, ia bawa komputer jinjing itu ke mana saja – tempat kuliah atau ke tempat kos temannya. Alasannya untuk mengerjakan tugas kuliah. Tetapi di hari-hari berikutnya, Edi mulai malas menggunakan laptop-nya. Waktu istirahat di kampus, ia tak lagi membuka laptop-nya untuk browsing. Ia merasa bosan, karena browsing ke sana kemari tidak memberi banyak manfaat. Ia tak lagi membawa laptop ke kampus. Bahkan ketika ada rencana untuk mengerjakan tugas kelompok di tempat kos teman, ia malas membawa laptop-nya. Toh tugas itu bisa dikerjakan bersama di PC desktop milik temannya, begitu ia beralasan.
Ia mulai menyadari sebenarnya laptop yang dulu ia impi-impikan itu ternyata tidak ia butuhkan. “Kebutuhan” yang ia pikirkan kala itu ternyata hanya sebuah keinginan, tidak lebih. Kini laptop itu teronggok di meja belajarnya dan jarang sekali ia sentuh.
Kisah ini mewakili sebuah gambaran bahwa kebutuhan akan sebuah barang belum tentu betul-betul merupakan sebuah kebutuhan yang sesungguhnya. Tetapi “kebutuhan” tersebut hanyalah sebuah keinginan. Coba renungkan, pernahkah Anda merasa membutuhkan suatu model ponsel. Anda sangat mengidamkannya. Anda membutuhkannya karena fitur kamera yang Anda bayangkan bisa Anda gunakan untuk berfoto diri, supaya hasil foto itu bisa Anda upload ke FB Anda. Anda juga merasa membutuhkannya karena ada fitur push email sehingga Anda bisa download email kapan saja. Atau mungkin Anda membutuhkannya karena terdapat fitur radio FM, dan mp3 player-nya, jadi Anda dapat menghibur diri di mana saja.
Tetapi dasar lacur, setelah ponsel multimedia itu di tangan Anda, Anda makin jarang memanfaatkan fitur yang sebelumnya Anda merasa butuhkan. Hari-hari berikutnya, Anda tak lagi memanfaatkan fitur itu. Padahal, karena fitur tersebut, Anda rela mengeluarkan uang lebih.
Jadi, pandai-pandailah memilah kebutuhan di antara keinginan-keinginan Anda. Orang bijak bilang, berpikirlah sebelum “melingkar” lebih dahulu sebelum membuat keputusan. Mungkin Anda tidak mengorbankan banyak waktu untuk sekadar merenungkannya sejenak terlebih dahulu daripada keputusan yang Anda buat ternyata merugikan dan meluapkan nafsu yang hanya bernama keinginan.
Dikutip dari Tabloid PCplus no 280 tahun VII artikel sharing oleh Julianto (juli@infokomputer .com) dirubah oleh Dicky
No comments:
Post a Comment