be well,
Dwika
TIM ATAU SEKEDAR KELOMPOK
Most teams aren’t teams at all but merely collections of individual relationships with the boss.Each individual vying with the others for power, prestige and position.
- Douglas McGregor -
- Douglas McGregor -
Kali ini saya ingin sharing kisah salah satu klien di suatu perusahaan. Suatu ketika, dalam pelatihan Emotional Quality Management, seorang senior manager yang begitu berkuasa, menghampiri saya dan berkata : “Pak Martin, tim member saya itu tidak becus dengan kerjaan mereka, seperti tidak punya motivasi dan kerjanya selalu gagal”. Hal tersebut membuat saya penasaran dan kemudian saya mencoba mencari tahu bagaimana hubungan antar tim member dan hubungan tim member dengan tim leader (sang manager). Dan dalam pelatihan tersebut, untungnya peserta diberikan kesempatan untuk berbicara one on one dengan konselornya, sesi tersebut mempermudah saya untuk mencari duduk permasalahannya.
Saya banyak berbicara dengan beberapa tim member manager tersebut dan mendapatkan beberapa kisah bahwa mereka memang tidak termotivasi sama sekali sebagai tim. Beberapa kisah terjadi di dalam tim mereka, seperti saling sikut untuk menyenangkan “senior manager” bahkan beberapa proyek yang sudah mau berhasil, digagalkan oleh tim member sendiri. Dan dengan adanya permasalahan tersebut tidak ada sama sekali “perhatian” dari sang manager. Pernah suatu saat ia berkata di depan para tim membernya “i don’t care how long you stay in the office, I only care how many project you could make to succeed!”
Nah, saya jadi mengerti garis besar permasalahan yang terjadi di dalam tim mereka. Atau saya lebih suka menyebut mereka kelompok kerja. Tidak heran bila melihat fakta dan cara mereka berhubungan satu sama lain. Bagaimana bisa mensukseskan proyek apabila mentalitas tim yang sesungguhnya, belum terbentuk? Pada kesempatan ini kita akan membicarakan mengenai tim yang ideal dan bagaimana seharusnya tim leader mengelola timnya.
Tim
Tim
Dalam paragraf terdahulu saya mengatakan bahwa sebenarnya mereka bukan tim, namun hanya kelompok kerja. Ya, jelas karena tim sebenarnya adalah kelompok dari orang orang yang mempunyai visi dan missi yang sama, dan secara bersama-sama berkolaborasi untuk mewujudkannya. Syarat terpenting dalam tim adalah adanya interdependensi antar anggotanya plus mereka saling bertanggung jawab atas kerja mereka.
Dari syarat tersebut saja mereka tidak bisa disebut sebagai tim. Karena tidak ada unsur kolaborasi dan interdependensi. Jelas mereka telah kehilangan mentalitas tim. Nah kita tidak ingin berkutat dengan bicara tim lebih panjang, mari kita bicarakan solusinya.
Dari kelompok Kerja menjadi Tim yang solid
Tidak mudah memang membuat para anggota tim yang orientasinya kesuksesan individual menjadi tim yang solid dan mampu memberikan lebih dari pada hanya sekedar bekerja sendiri-sendiri. Ingat bahwa dalam tim satu tambah satu bisa menghasilkan lebih dari dua, bahkan tidak hanya dua, tak terkira.
Berikut beberapa hal harus dimiliki oleh tim member yang dapat difasilitasi oleh tim leader:
Pertama, masukan unsur Antusias dalam bekerja, karena Antusias menular. Ciptakan perasaan yang antusias di diri para member. Awal cobalah untuk mencari suatu permasalahan yang harus segera diselesaikan. Buat pertemuan dan selesaikan dengan cara brainstorming. Kesempatan diberikan tiap peserta untuk melontarkan pandangan dan idenya dalam memecahkan masalah. Setelah permasalahan didapatkan solusinya maka Tim Leader memberikan pujian untuk tiap member, begitu pula tiap member memberikan apresiasinya ke member lainnya. Dan setelah masalah tuntas, ulangi pola yang sama dan antusiasme dan perasaan kebersamaan akan tercipta dengan sendirinya.
Kedua, ciptakan ‘sense of urgency’. Tim member harus percaya bahwa apa yang mesti mereka raih sifatnya mendesak dan segera. Dengan menciptakan sense of urgensi akan membantu mereka sendiri untuk menentukan prioritas, arah kerja dan menciptakan hasrat untuk mencapai keberhasilan bersama. Cara pertama yang dapat dilakukan oleh tim leader adalah membuat deadline. Dimana deadline mewakili adanya komitmen, deadline juga menegakkan akuntabilitas kinerja dan tentunya menciptakan sense of urgency.
Ketiga, usahakan tim member semua ter-update informasi dan pengetahuannya. Berikan kepada tim member segala informasi terbaru, trend terbaru industry dan segala pengetahuan terbaru untuk mengisi gelas pikiran serta penyamaan bahasa antar tim member. Hal ini membantu tim untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan mulai membuat strategi – strategi baru dalam pencapaian tujuan.
Keempat, ciptakan emotional bonding. Tim harus menghabiskan banyak waktu bersama-sama sehingga tercipta ikatan. Banyak sekali tim yang gagal dalam membina ikatan emosional ini. Cobalah kreatif dengan menciptakan kegiatan bersama, baik yang terjadwal maupun kegiatan yang tak terjadwal. Dan ikatan ini tidak hanya membutuhkan interaksi yang santai namun juga interaksi yang spontan.
PERAN TIM LEADER
Keempat hal diatas sangat dipengaruhi oleh peran serta tim leader. Sebagai seorang leader, anda harus memahami bahwa tim biasanya tidak akan terbentuk dengan sendirinya, melainkan ada selalu seseorang yang merupakan katalisator untuk membawa tim menjadi solid. Tidak apa tim leader menjadi titik fokus awal, karena roda akan bergulir pada tim member lainnya. “Siapa lagi? Orang itu haruslah tim leader itu sendiri” kalimat itulah yang keluar ketika saya berusaha memberikan masukan pada senior manager tadi.
Terakhir, saya akan menutup dengan kalimat yang dikatakan guru Kepemimpinan John Maxwell, “one is too small a number to achieve greatness”. Jadikan tim member sebagi asset yang berharga sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi keberhasilan diri mereka sendiri dan anda tentunya!
No comments:
Post a Comment