be well,
Dwika
Toxic Emotions
Manusia memiliki variasi emosi yang sangat banyak. Saking beragamnya emosi yang kita miliki, kadang-kadang kita pun sampai tidak menyadari emosi apa yang sebenarnya sedang berkecamuk dalam hati. Itu sebabnya dalam workshop kecerdasan emosi yang kami adakan bersama lembaga jaringan kecerdasan emosi terbesar di dunia, Six Seconds, kami memiliki sebuah sesi yang melatih peserta untuk mengenali emosi apa yang sedang muncul dalam diri mereka.
Namun, dari sekian banyak emosi yang dimiliki oleh manusia, sebenarnya kita memiliki 4 emosi dasar yang kita bawa ketika kita pertama kali lahir. Keempat emosi itu adalah bahagia, marah, sedih, dan takut. Saya tidak mengerti mengapa Tuhan memberi kita “bawaan” 4 emosi dasar yang 75%nya berisi emosi-emosi tidak menyenangkan (takut, sedih, dan marah), tetapi saya yakin bahwa semua emosi yang “dititipkan” dalam diri kita semuanya merupakan anugerah Tuhan yang berguna bagi kita.
Dalam setiap pelatihan kecerdasan emosi yang kami adakan, selalu ada orang-orang yang berpikir bahwa ada emosi-emosi yang sebaiknya dibuang jauh dari hidup kita, misalnya emosi marah. Bahkan ada seorang peserta yang pernah berkata, “Pak, saya ini pemarah sekali dan saya sebenarnya tidak suka menjadi seorang yang mudah marah. Tolong pak, bisa nggak setelah ikut training ini emosi marah saya dibuang dan tidak pernah muncul lagi?” Tentu saja kami tidak bisa membuang emosi siapapun. Dan sebenarnya kita memang tidak perlu membuang atau menyingkirkan emosi apapun dari dalam diri kita karena semua emosi sifatnya adalah netral, tergantung bagaimana kita mengelola dan mengarahkannya. Termasuk 3 emosi dasar yang tampaknya “buruk”, yaitu marah, sedih, dan takut.
Dunia medis dan spiritual mengatakan 3 emosi dasar di atas sebagai Toxic Emotions atau emosi-emosi yang beracun dan merusak. Memang, secara medis sudah dilakukan penelitian berkali-kali dan semuanya mengarah pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa orang-orang yang terlalu mudah terjebak dalam emosi marah, sedih, dan takut, terutama dalam dosis yang tinggi, akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan mereka. 3 emosi dasar yang tidak menyenangkan tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan efek destruktif bukan hanya pada mental dan jiwa kita, tetapi bahkan sampai kesehatan fisik kita.
Tapi benarkah 3 Toxic Emotions ini benar-benar tidak ada gunanya bagi kita? Seperti yang saya tuliskan di awal artikel ini (dan yang selalu saya katakan dalam setiap pelatihan kecerdasan emosi yang saya adakan), tidak ada emosi yang jelek atau baik, semuanya tergantung bagaimana kita mengelola dan mengarahkannya. Dalam buku saya “Emotional Quality Management” saya menulis bahwa emosi adalah PESAN. Jika Anda merasakan emosi tertentu, artinya ada sebuah pesan yang harus Anda responi dan antisipasi. Nah, dalam kesempatan ini, marilah kita mempelajari satu-persatu dari ketiga Toxic Emotions tersebut. Apakah pesan positif yang sebenarnya disampaikan oleh “para emosi” tersebut? Dan bagaimanakah kita bisa menggunakannya untuk tujuan konstruktif? Mari kita mulai pembahasan seru ini!
Marah
Diantara ketiga Toxic Emotions, emosi marah memperoleh citra paling buruk. Banyak penelitian yang mengatakan kemarahan juga merupakan salah satu penyebab emosional terbesar munculnya penyakit-penyakit kronis. Tindakan-tindakan kriminal dan destruktif juga banyak dipicu oleh emosi marah ini. Tapi sesungguhnya, pesan apa yang coba disampaikan oleh emosi marah?
Diantara ketiga Toxic Emotions, emosi marah memperoleh citra paling buruk. Banyak penelitian yang mengatakan kemarahan juga merupakan salah satu penyebab emosional terbesar munculnya penyakit-penyakit kronis. Tindakan-tindakan kriminal dan destruktif juga banyak dipicu oleh emosi marah ini. Tapi sesungguhnya, pesan apa yang coba disampaikan oleh emosi marah?
Marah adalah emosi alami yang berhubungan dengan fungsi adaptasi. Marah biasanya memberi kita petunjuk bahwa ada sesuatu yang sedang dilanggar dari kehidupan kita, ada ancaman atau sesuatu yang bermasalah yang harus segera kita responi. Karena berhubungan dengan survival inilah maka emosi marah adalah emosi dengan limpahan energi terbesar serta agresif. Bahkan, dalam konsep hipnosis, marah adalah salah satu emosi yang memiliki efek hipnosis kepada sang korban, terutama jika dilakukan dengan intensitas emosional yang sangat kuat.
Lalu, bagaimana untuk memanfaatkan energi dan efek hipnosis dari emosi marah? Segera lacak hal prinsip apakah yang terlanggar dalam diri Anda? Apakah tujuan yang ingin Anda capai dengan kemarahan Anda? Apakah hal konstruktif yang dibutuhkan oleh orang yang Anda marahi? Jika Anda sudah menemukan jawaban dari 3 pertanyaan tersebut, maka Anda bisa mengarahkan kemarahan Anda kesana dengan menggunakan cara yang “bermartabat” dan dengan sesadar-sadarnya.
Sedih
Emosi sedih adalah akar dari frustasi dan depresi yang merupakan penyebab utama orang bunuh diri. Itu sebabnya penting sekali untuk kita melakukan pengelolaan emosi sedih sejak dari awal agar tidak berakumulasi menjadi bentuk kesedihan yang mengarah kepada frustasi dan depresi. Pesan utama yang ingin disampaikan oleh emosi sedih adalah adanya sesuatu berharga yang hilang dari diri kita. Dengan adanya emosi sedih, kita menjadi tahu apa yang sebenarnya penting bagi hidup kita dan apa yang kita hargai.
Emosi sedih adalah akar dari frustasi dan depresi yang merupakan penyebab utama orang bunuh diri. Itu sebabnya penting sekali untuk kita melakukan pengelolaan emosi sedih sejak dari awal agar tidak berakumulasi menjadi bentuk kesedihan yang mengarah kepada frustasi dan depresi. Pesan utama yang ingin disampaikan oleh emosi sedih adalah adanya sesuatu berharga yang hilang dari diri kita. Dengan adanya emosi sedih, kita menjadi tahu apa yang sebenarnya penting bagi hidup kita dan apa yang kita hargai.
Ketika Anda mengalami kesedihan, beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengelolanya adalah dengan “menarik” diri Anda sejenak dan melakukan refleksi personal, menerima rasa sakit yang mungkin terjadi (kebanyakan orang melakukan kesalahan dengan mengingkari rasa sakit itu), kemudian menarik pelajaran-pelajaran penting yang coba disampaikan melalui peristiwa itu dan kemudian meninggalkan perasaan sedih itu sebagai sebuah monumen yang bila setiap kali kita melihatnya kita akan mengingat semua pelajaran yang sudah kita alami dan menjadi peringatan agar kita tidak mengulanginya kembali.
Takut
Perasaan takut adalah salah satu perasaan yang paling dibenci oleh banyak orang, karena ketakutan seolah-olah menunjukkan “sisi lemah” kita. Sebenarnya emosi takut sama sekali tidak ada hubungannya dengan lemah kuatnya seseorang. Emosi takut membawa pesan bahwa kita harus waspada dan bersiap-siap menghadapi sesuatu di depan kita yang bisa menimbulkan ancaman. Di saat kita takut, sebenarnya tubuh kita sedang memompa hormon adrenalin dan siap menumpahkannya ke seluruh tubuh kita untuk meningkatkan kekuatan fisik kita.
Perasaan takut adalah salah satu perasaan yang paling dibenci oleh banyak orang, karena ketakutan seolah-olah menunjukkan “sisi lemah” kita. Sebenarnya emosi takut sama sekali tidak ada hubungannya dengan lemah kuatnya seseorang. Emosi takut membawa pesan bahwa kita harus waspada dan bersiap-siap menghadapi sesuatu di depan kita yang bisa menimbulkan ancaman. Di saat kita takut, sebenarnya tubuh kita sedang memompa hormon adrenalin dan siap menumpahkannya ke seluruh tubuh kita untuk meningkatkan kekuatan fisik kita.
Jika Anda merasakan ketakutan, sebenarnya Anda sedang diperhadapkan pada dua hal, yaitu ancaman dan sekaligus juga kesempatan. Orang-orang yang cerdas emosinya menggunakan rasa takut sebagai sinyal bahwa ada kesempatan yang bisa diambil (sementara ada banyak orang yang tidak berani mengambilnya). Jadi, lain kali Anda merasa takut, cobalah memfokuskan diri pada kesempatan hebat apa yang sedang Anda menanti disana, bayangkan ketika Anda bisa mengambil kesempatan itu dan menajdi pemenang sementara orang lain tidak berani melangkah. Dengan cara demikianlah Anda bisa memanfaatkan ketakutan Anda sebagai batu loncatan untuk meraih tempat yang lebih tinggi.
Memang bukanlah hal yang mudah untuk mengelola ketiga Toxic Emotions di atas, tetapi jika Anda menyimak kehidupan orang-orang sukses, mereka adalah orang yang berhasil me’manage’ ketiga emosi tersebut dan mendayagunakannya sebagai salah satu sumber energi, sumber pengalaman, dan bahkan sumber inspirasi mereka.
No comments:
Post a Comment