be well,
Dwika
Harga Sebuah ‘Passion’
by Anthony Dio Martin
“Live with passion!” (semboyan Anthony Robbins, motivator dunia)
Pembaca, saya baru saja menonton sebuah film dokumenter luar biasa yang menjadi topik hangat dalam pembicaraan di Sundance Film Festival baru-baru ini, yakni The Cove. Film ini menceritakan perjuangan seorang pelatih lumba-lumba terkenal, Richard O’Barry dalam upayanya menyelamatkan nasib ribuan lumba-lumba yang ditangkap lantas dibantai di Jepang. Bahkan, menurut statistik, sekitar 23,000 ekor lumba-lumba dibunuh di Jepang, setiap tahunnya. Salah satu lokasi yang menjadi pusat perhatian dalam film ini adalah kota Taiji, Jepang. Dalam film yang amat mengerikan ini, dengan kamera yang diambil secara diam-diam, digambarkan bagaimana para nelayan menangkap, menggiring, lantas menikam satu demi satu lumba-lumba yang ada, dalam keadaan hidup-hidup.
Yang menarik, si tokoh utama dalam film dokumenter ini yakni Richard O’Brian, merupakan salah satu sosok yang dulunya, pernah menangkap dan mempopulerkan film ‘The Flipper’ yang membuat lumba-lumba terkenal, hingga banyak ditangkap untuk menjadi bahan tontonan karena kecerdasan mereka. Setelah bertahun-tahun mengajari para lumba-lumba, dan puncaknya adalah ketika para lumba-lumbanya justru ‘bunuh diri’ di depan matanya. Akhirnya, Richard O’Brian pun menyesal dan mulai sadar bahwa lumba-lumba bukanlah bahan tontonan, apalagi bahan ‘makanan’ seperti yang dipopulerkan di Jepang.
SEBUAH PASSION
Sosok diri Richard O’Brian memang sosok yang amat menarik, khususnya jika dilihat dari upayanya untuk menjadi aktivis lingkungan. Sampai-sampai ia rela ditangkap, dipenjarakan bahkan diusir karena semangatnya untuk menyelamatkan lingkungan. Hal ini pun mengingatkan saya pada diri seorang aktivis bernama Julia Butterfly Hill yang akhirnya mampu tinggal selama 738 hari di atas pohon demi menyelamatkan pohon-pohon tua jenis Redwood yang akan dipotong untuk keperluan pembangunan.
Apapun yang dilakukan oleh O’Brian maupun Julia, mereka merupakan sebuah contoh yang menarik dari sebuah semangat (passion) yang luar biasa. Dimulai dengan gol sederhana yang ingin mereka capai, lantas merekapun berusaha ‘mati-matian’ untuk mewujudkan goal tersebut. Kata ‘mati-matian’ disini, bukanlah hanya kata kiasan belaka. Sebab, mereka tahu pasti bahwa risiko mereka dibunuh adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi, karena menghalangi kepentingan kelompok tertentu. Bahkan dalam wawancaranya dengan New York Magazine, O’Brian memahami bahwa dirinya mungkin saja menjadi target pembunuhan dari para Yakuza di Jepang yang, menurutnya, turut mendapatkan keuntungan dari pembunuhan ribuan lumba-lumba setiap tahunnya di Jepang. Namun, semangat mereka untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang mereka perjuangkan, betul-betul membuat mereka bersedia mengorbankan apapun demi melihat impiannya terwujud. Inilah sebuah ‘passion’ yang luar biasa.
MAHALNYA SEBUAH PASSION
Apakah ‘Passion’ itu? Ketika sebuah goal, dibalut dengan ‘emosi yang mendalam’ maka lahirlah sebuah passion. Saat kita melihat seseorang bekerja untuk sebuah ‘passion’, maka ia tidak digerakkan lagi oleh penghargaan sesaat ataupun tujuan jangka pendek. Sebuah ‘passion’ bisa berlangsung seumur hidup. Misalkan saja seperti pada kisah O’Brian. Saat ditanya apa harapan hidupnya, ia menjawab, “Sederhana. Sampai akhir hayat saya, saya hanya ingin melihat orang menyadari betapa banyaknya lumba-lumba yang dibantai dan saya ingin menghentikan itu semampu yang bisa saya lakukan”. Maka, dengan passion semacam itu, tak mengherankan jika kemanapun, kita akan melihat bagaimana seorang O’Brian akan bercerita dan menyebarkan informasi mengenai lumba-lumba. Sebab, itulah passionnya!
Nah, sekarang bagaimana dengan Anda, Pembaca? Apakah passion Anda? Itulah yang seringkali akan menjadi kunci kesuksesan Anda.
Saya banyak mewawancarai para pebisnis, orang terkenal dalam siaran radio maupun siaran di TV yang pernah saya pandu. Kesimpulannya sederhana, dibalik kesuksesan mereka, kita akan melihat ‘passion’ mereka yang menyala-nyala.
Dan tentu saja, untuk mewujudkan ‘passion’ ini, biasanya perjalanannya tidak pernah mudah. Selalu dimulai dengan pertentangan, pertanyaan aneh, harus meninggalkan kebiasaan dan tata cara yang berlaku bahkan dalam beberapa perisitiwa, harus rela kehilangan hubungan dengan orang-orang yang dulunya menjadi sahabat dan teman. Belum lagi ditambah dengan biaya serta waktu yang harus diberikan, demi terwujudnya sebuah ‘passion’. Inilah ongkos-ongkos yang biasanya tidak mudah, untuk dibayar.
BAGAIMANA MEMBANGUN PASSION?
Seperti dikatakan, ‘passion’ dimulai dengan sebuah keinginan hati yang mendalam. Keinginan hati ini biasanya dikaitkan dengan apa yang ingin dilihat di masa depan. Jadi, bukan sekedar ikut-ikutan trend.
Lantas, passion ini pun dikaitkan dengan latar belakang ataupun pengalaman yang menyentuh sisi emosional. Passion O’Brian terpicu saat melihat lumba-lumbanya bunuh diri lantaran stres. Passion Julia Butterfly terpicu lantaran ia seakan-akan mendengar bisikan dari Luna, pohon dimana ia tinggal (meskipun yang satu ini kedengarannya aneh, kan?). Belajar dari pengalaman mereka tersebut, kini pikirkan keinginan Anda yang bisa menyentuh sisi emosi Anda.
Ketika keinginan hati ini mulai terkait dengan pengalaman emosi, hasilnya adalah dashyat. Dalam bisnis, kita melihat banyak hal spektakuler dicapai karena pribadi-pribadi yang punya passion luar biasa. Passion Bill Gates untuk IT terlihat sejak remaja ketika berhari-hari ia rela kurang tidur hanya untuk otak-atik komputer generasi awal yang ada di kampusnya. Passion Donald Trump terlihat dalam bidang real estate dan mulai terbangun dari pengalaman melihat kesuksesan ayahnya. Passion Ferrari terbangun saat-saat emosi puncaknya menyaksikan kendaraan yang berlomba di track-track Formula 1.
Jadi, mari kita hidupkan kembali ‘passion’ dalam diri kita. Hal itu akan menjadi energi kesuksesan yang luar biasa. Ingat kembali apa yang dikatakan oleh Donald Trump tentang kesuksesannya. Ia katakan, “Without passion you don’t have energy, without energy you have nothing” (Tanpa passion, Anda tidak akan punya energi dan tanpa energi, Anda tidak akan punya apapun).
No comments:
Post a Comment