be well,
Dwika
Kebahagiaan “Happiness” Adalah Tujuan Hidup?

Jika demikian maka kemungkinan pasti bisa jika “Rasa Bahagia” kita assosiasikan dengan goal kita (istilah NLP) ke dalam visualisasi atau imaginasi kita dan apakah itu akan lebih mudah dan lebih cepat tercapai tujuan / impian kita ? ternyata jawabannya Ya menurut ahli NLP, ternyata mekanismenya “emosi + Goal (pikiran) = pencapaian” dan sebaliknya jika ada kebiasaan buruk yang ingin kita rubah ternyata tinggal memanggil memori “Rasa Sedih” dan selanjutnya kita assosiasikan dengan kebiasaan tadi, maka otomatis kebiasaan buruk tadi perlahan akan hilang. Menurut Tung Desem Waringin hakekat motivasi adalah “Mencari Nikmat dan Menghindari Sengsara”. Secara fitrah orang akan menjauhi/menghindari suatu hal jika hal itu membahayakan, membuat sengsara atau membuat penderitaan. Merokok merupakan kebiasaan yang merugikan/ membahayakan tapi mengapa banyak orang masih mau bahkan sulit untuk menghilangkan kebiasaan ini, jawabannya karena assosiasi “nikmat” lebih dominan dari assosiasi “sengsara”. Sehingga kata Pak Tung sering dalam menghentikan kebiasaan merokok cuma dalam hitungan menit tidak memerlukan waktu lama dengan hanya merubah assosiasi nikmat ke sengsara.
No comments:
Post a Comment