Search This Blog

Monday, May 16, 2011

Kemampuan kita yang berhasil

Kehidupan menawarkan hanya sedikit kenikmatan yang lebih menguatkan daripada pengerahan kemampuan kita yang berhasil. Kehidupan melepaskan enerji untuk melakukan pekerjaan lebih banyak. Sukses kini memberikan begitu banyak sukacita sebagaimana kegagalan sebelumnya sangat menekan jiwa. 
be well,
Dwika



Sukses Berarti Tidak Pernah Merasa Lelah


**oleh : Mortimer J. Adler
**blocknotinspire.blogspot.com 
Kegagalan barangkali pengalaman paling melelahkan yang pernah didapatkan seseorang. Tidak ada yang lebih membuat lemas daripada ketidakberhasilan – merasa terhambat, tidak bisa maju ke depan. Ini merupakan lingkaran setan. Kegagalan mengakibatkan kelelahan, dan kelelahan menyebabkan orang sulit bisa bekerja, yang akibatnya akan mendatangkan kegagalan. 
Kita menderita kelelahan ini dengan dua cara utama : sebagai kelelahan tahap permulaan dan kelelahan melakukan kewajiban. Dalam kasus pertama, kita selalu menunda tugas yang ingin kita lakukan. Entah karena ini terlalu berat atau terlalu sulit, kita jadi melalaikannya. Dan makin lama kita menundanya, kita akan merasa lebih kelelahan.

Kelelahan tahap permulaan ini benar-benar nyata, walaupun tidak benar-benar secara  jasmaniah, bukan sesuatu yang ada dalam otot dan tulang kita. Obatnya jelas sekali, walaupun mungkin tidak mudah melakukan pengobatan ini: yakni dengan mengerahkan daya kemauan. Pada saat saya merasa enggan melakukan pekerjaan, atau mendapatkan pekerjaan ini tertimbun dibawah tumpukan hal-hal lain yang harus saya lakukan saya membersihkan meja tulis dari segala hal lainnya dan mulai melakukan pekerjaan tidak disenangi lebih dulu. Untuk mencegah kelelahan tahap permulaan, selalulah menangani pekerjaan yang paling sulit lebih dahulu.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika mengedit Great Books of the Western World, saya menangani penulisan 102 esai, masing-masing mengenai gagasan besar yang dibahas oleh para pengarang buku-buku tersebut. Penulisan ini makan waktu dua setengah tahun, mengerjakannya – diantara tugas-tugas saya lainnya – tujuh hari seminggu. Saya tidak akan bisa menyelesaikannya seandainya saya membiarkan diri saya mula-mula menulis tentang gagasan yang saya anggap paling mudah dikemukakan. Dengan menerapkan aturan saya sendiri, saya bertekad menulis esai ini dalam urutan abjad yang ketat, dari ANGEL sampai WORLD, tidak pernah membiarkan diri saya melompati gagasan yang berat. Dan saya selalu memulai tugas harian dengan penulisan esai yang paling sulit. Sekali lagi pengalaman membuktikan bahwa aturan yang saya buat berhasil.
Kelelahan melakukan kewajiban lebih sulit diatasi. Disini kita tidak merasa enggan memulai pekerjaan, tetapi rasanya kita tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Kesulitannya tampak seakan-akan tidak bisa diatasi, betapapun keras kita bekerja, dan kita selalu gagal. Pengalaman kegagalan yang semakin menumpuk ini mendatngkan beban kelelahan mental yang makin meningkat. Dalam keadaan seprti itu, saya bekerja sekeras mungkin – kemudian membiarkan ketaksadaran mengambil alih.
Ketika saya merencanakan edisi ke-15 Encyclopedia Britannica, saya harus menciptakan daftar isi menurut topik dari artikel yang disusun menurut abjad. Yang seperti ini tidak pernah dilakukan sebelumnya, dan hari demi hari saya menghasilkan pemecahan yang terasa selalu kurang. Kelelahan saya hampir-hampir melumpuhkan.
Pada suatu hari, dengan mental kelelahan, saya menuliskan diatas kertas semua alasan mengapa masalah ini tidak bisa dipecahkan. Saya berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang kelihatannya tak terpecahkan sesungguhnya dapat dipecahkan, dan kesulitan terletak pada masalahnya, bukan pada diri saya. Setelah merasa lega sedikit, saya menyadar ke kursi malas dan terlelap tidur.
Kira-kira satu jam kemudian, tiba-tiba saya terbangun dengan pemecahan yang gamblang dalam pikiran. Dalam pekan-pekan berikutnya, kebenaran pemecahan yang timbul dari ketaksadaran saya dikukuhkan dalam setiap langkah. Walaupun saya masih bekerja sekeras sebelumnya, kalau tidak lebih keras lagi, pekerjaan saya tidak disertai dengan rasa capai atau kelelahan. Sukses kini memberikan begitu banyak sukacita sebagaimana kegagalan sebelumnya sangat menekan jiwa. Saya mengalami kegembiraan apa yang disebut para ahli psikologi zaman sekarang sebagai “flow” (arus yang aneh). Kehidupan menawarkan hanya sedikit kenikmatan yang lebih menguatkan daripada pengerahan kemampuan kita yang berhasil. Ini melepaskan enerji untuk melakukan pekerjaan lebih banyak.
Kadang-kadang jebakan tidak terdapat dalam masalah itu sendiri, tetapi dalam situasi sosial – atau demikianlah keadaannya. Tetapi, sebagaimana Shakespeare menulis, “Kesalahannya, Brutus yang baik, bukan pada bintang kita tetapi pada diri kita sendiri.” Mengapa menyalahkan orang lain dan melepaskan tanggung jawab kita karena salah pengertian? Melakukan pekerjaan dengan berhasil berarti melkukan apa saja yang perlu – dan itu termasuk memperoleh kerjasama orang lain.

Lebih sering, jebakan yang menjerat diri kita benar-benar pribadi sifatnya. Sebagai manusia perhatian kita mudah dialihkan, dan kita membiarkan masalah pribadi memberati kita, menyebabkan kelelahan-kegagalan menghambat produktivitas kita di segala bidang.
Seorang teman saya mengalami kemerosotan karena masalah keluarga yang dibiarkannya berlarut-larut. Wanita ini punya anak perempuan yang menikah diam-diam dengan seorang laki-laki yang menurut perkiraannya tidak akan disetujui ayahnya. Anak perempuannya meminta agar ibunya berjanji untuk menutup mulut. Karena resah oleh masalah ini, dan menanggung beban kesalahan karena menyimpan rahasia ini, membuat si ibu kelelahan. Kelelahannya mempengaruhi pekerjaannya dan akibatnya keberhasilan yang biasanya diraih berubah menjadi kegagalan. Dia diselamatkan dari tekanan jiwa yang serius hanya setelah orang lain ikut campur dan memberi tahu si ayah – yang ternyata tidak memberikan reaksi negatif seperti yang diperkirakan sebelumnya. Rasanya tidak mungkin seseorang bisa membiarkan hidupnya kusut seperti itu, tetapi begitulah caranya suatu masalah bisa mengganggu kita kalau tidak segera diatasi.
Maka, langkah pertama kita seharusnya adalah memanfaatkan kelelahan yang tak bisa dijelaskan dan tidak punya dasar fisik sebagai radar – sebagai sistem peringatan dini – dan untuk melacak kelelahan sampai ke sumbernya; untuk menemukan kekalahan yang kita rasakan tetapi tidak kita akui. Kemudian kita harus mendiagnosis penyebab kegagalan ini. Dalam kasus-kasus yang langka, mungkin memang tugas terlalu sulit bagi kita, yang tidak terpecahkan oleh otak kita. Kalau memang demikian, kita boleh mengakui kenyataan dan menyerah. Atau hambatannya hanya terletak pada keengganan kita menghadapi masalah tersebut. Dalam hampir semua persoalan, masalah bisa dipecahkan dengan secara sadar menunjukkan perhatian pada tugas yang dihadapi – dengan semua ketrampilan dan kepandaian yang bisa kita kerahkan. Dan itu perlu ditambah dengan bantuan inspirasi dari ketaksadaran.
Saya sudah memberikan contoh tentang satu cara untuk mendapat jalan keluar. Mula-mula, tuliskan semua alasan mengapa masalah tidak terpecahkan. Usahakan untuk memaksakan diri Anda masuk kedalam kotak kesulitan, seperti Houdini, ke tempat semua jalan melepaskan diri rupanya mustahil. Hanya setelah itulah, seperti Houdini, Anda bisa mendobrak ke luar. Setelah membiarkan diri Anda terikat dalam simpul kesulitan, untuk sementara berhentilah berfikir secara sadar mengenai masalah itu. Biarkanlah ketaksadaran Anda bekerja untuk menguraikan simpul. Sembilan diantara sepuluh kesempatan, ini akan menghasilkan pemecahan.

No comments:

Post a Comment