Search This Blog

Thursday, September 1, 2011

Dua hal sekaligus

Sehebat apapun Anda, tetap saja Anda tidak akan mampu memperoleh dua hal sekaligus, yakni pekerjaannya dan juga keluarga.
be well,
Dwika



Belajar dari Brenda Barnes : From Zero to Hero
Brenda Barnes Memulai Karir Dari Bawah: Dari Waitress Sampai Jadi CEO di Perusahaan Terkemuka
Brenda Barnes berada dalam lingkungan orang tua berasal dari Chicago yng mengajarkan dirinya kerja keras, mau mendengarkan orang lain, dan banyak nilai lainnya yng tak hanya mereka katakan tetapi juga amalkan sebagai contoh. Tampaknya nilai-nilai dasar itu membantunya menjadi luar biasa. Selain nilai-nilai hidup seperti kerendahan hati, kedua orangtua Barnes juga menganggap penting arti pendidikan. Brenda meraih undergraduate-nya di bidang bisnis dan ekonomi dari Rockford, Illinois Augustana College pada tahun 1975. Ternyata setelah lulus, tak banyak peluang kerja yng bisa didapatkan olehnya. Hasilnya, sambil mencari prospek pekerjaan yng lebih menarik, Brenda pun rela melakukan pekerjaan apa saja. Mulai dari menjadi seorang pelayan alias waitress, penyortir surat di kantor pos, dan juga berjualan pakaian.

Hingga akhirnya Brenda pun bisa mengawali karir profesionalnya di Pepsi Co. Inc pada 1976 saat ditunjuk sebagai manajer bisnis di Wilson Sporting Goods, satu dari beberapa anak perusahaan Pepsi. Baginya tak mudah menjalankan pekerjaannya karena pada masa itu diskriminasi gender masih sangat kental, Brenda berjuang keras utk berkompetisi dgn kebanyakan rekan pria.
Seiring karir yng mulai menanjak ketika ia ditunjuk utk menduduki jabatan sebagai kepala penjualan, Brenda pun meneruskan pendidikannya. Di tahun 1978 ia meraih gelar MBA dari Loyola University. Hingga akhirnya di tahun 1996, karir Brenda yng telah menanjak melewati beberapa posisi pun meroket sebagai Presiden dan CEO Pepsi-Cola Amerika Utara.
Di bawah kepemimpinan Brenda, Pepsi-Cola Amerika Utara sukses meraih penjualan dan keuntungan besar. Ia dikenal sebagai pemimpin yng berhasil membangun identitas merek dagangnya. Di tahun 1996, perusahaan berhasil meraup untung hingga USD1,43 miliar.
Tetapi ternyata di balik kesuksesannya tersebut, Brenda Barnes mengambil keputusan yng cukup mengejutkan. Ia mengundurkan diri pada tahun 1997 dan secara resmi meninggalkan Pepsi pada akhir tahun. Ia memang sudah mengingatkan pemimpin perusahaannya bahwa jabatannya di pos tersebut kemungkinan tidak akan bertahan lama.
Alasan pengunduran dirinya dari perusahaan yng telah dibelanya selama 22 tahun itu begitu sederhana, ia hanya ingin memiliki lebih banyak waktu dgn ketiga anaknya yng masih kecil serta suaminya, Randall Barness, yng juga seorang eksekutif. Sewaktu menjabat di posisi terakhirnya tersebut, ia memang bekerja selama 70 jam dalam seminggu. Rata-rata ia bekerja hingga pukul 3.30 pagi. Pekerjaannya begitu menyita waktu. Belum lagi jika ia harus melakukan perjalanan bisnis.
Brenda Barnes “Tak ada alasan yng sangat penting yng membuat aku mengambil keputusan itu. aku hanya tak memiliki banyak waktu bagi keluarga. aku hanya punya sedikit sekali waktu dgn mereka dan suami aku. aku hanya ingin mencurahkan 100% waktu aku utk mereka,” terang Barnes mengungkapkan alasan pengunduran dirinya.
Ia mengakui, sehebat apapun dia, tetap saja ia tidak akan mampu memperoleh dua hal sekaligus, yakni pekerjaannya di Pepsi dan juga keluarganya. Melalui beragam cara, Pepsi menawarinya utk kembali lagi dgn beberapa penawaran menarik, seperti jadwal kerja yng lebih fleksibel, mengabaikan absensi, sedikit tanggungjawab, dan sebagainya.
Dan dgn keputusannya utk menolak tawaran tersebut, berhasil membuat banyak perusahaan di Amerika yng terkejut. Mereka tersadar utk mengubah budaya perusahaan. Dari hanya sekedar mementingkan urusan pekerjaan, perusahaan mulai terbuka utk mengakomodasi kepentingan pribadi, termasuk keluarga dari individu-individu yng ada di dalamnya.
Setelah tak lagi disibukkan dgn rutinitas kerja, Brenda pun menghabiskan waktunya dgn keluarga. Ia juga belajar hal lain yng selama ini luput dia kuasai, seperti memasak, meningkatkan keahlian komputer, dan kegiatan positif lainnya. Brenda pun menjalani kehidupan lain dari yng selama ini digelutinya.
Tetapi memang ia adalah seorang wanita yng seakan ditakdirkan utk menjadi seorang wanita karir, di tahun 2004 Brenda kembali ke dunia bisnis saat direkrut perusahaan manufaktur yng berbasiskan di Chicago yakni Sara Lee. Disini, tak perlu berlama-lama bagi Brenda utk meniti karir ke puncak.
Pada Februari 2005, Brenda dipromosikan menjadi Presiden dan CEO Sara Lee. Prestasi dan kemampuannya yng telah dipupuknya sebelumnya diakui disini. Brenda pun membuat keputusan besar atas Sara Lee. Yakni dgn menjadikan Sara Lee berfokus pada bisnis makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, dan perawatan tubuh. Bisnis sandang yng sejak lama dilakoni Sara Lee dihilangkan saat kepemimpinan Brena.
Dengan keputusannya itu, ia pun disambut negative oleh pelaku pasar dan pengamat. Brenda mengakui bahwa pada saat itu adalah masa terberatnya di Sara Lee. Tetapi akhirnya perubahan besar yng diputuskannya pun memberi efek positif. Produk-produk andalan Sara Lee seperti Ambi Pur, Jimmy Dean, Kiwi, Sanex, dan juga roti Sara Lee mampu menguasai pasar Eropa juga Asia. Sara Lee pun berkembang pesat menjadi perusahaan barang-barang konsumsi terkemuka.
“Saya hanya ingin menunjukkan bahwa perempuan pun bisa memimpin perusahaan dgn baik,” tutup Brenda.

No comments:

Post a Comment