Search This Blog

Sunday, September 18, 2011

Menyenangkan mereka

Mulailah mengatakannya kepada seseorang atau teman Anda. Dengan menyenangkan mereka, pasti mereka akan membalas juga dengan menyenangkan Anda. Atau, setidak-tidaknya Anda menjadi seseorang dengan pribadi yang sangat menyenangkan!.
be well,
Dwika




Why Not ?!



Dari begitu banyak kisah pemasaran yang menarik, pengalaman berikut yang dialami oleh Jim Dornan pada sebuah hotel di Yunani adalah salah satu terbaik yang saya pernah baca. Sangat menyentuh hati... Jika Anda bisa memahami dan  menirunya, percayalah... Anda akan menjadi pribadi yang sangat menarik! Dan jika Anda seorang pemilik, pemimpin atau manajer perusahaan, perusahaan Anda akan memiliki pelanggan loyal. Orang sekaliber Jim Dornan pun mengakuinya.(Jim Mintarja)
Sebagai pendiri Network TwentyOne yang sudah tersebar di puluhan negara, sebuah perusahaan yang menyelenggarakan pelatihan motivasi, kepemimpinan dan jaringan pemasaran produk, Jim Dornan selalu melakukan perjalanan bisnis keliling dunia. Suatu waktu ia melakukan perjalanan panjang yang istimewa, karena ditemani oleh David, puteranya. Dari kota mereka di Atlanta, mereka terbang menuju Barat Amerika Serikat, lalu melewati lautan Pasifik menuju Korea. Dari sana mereka menuju Eropa, dilanjutkan ke Afrika Selatan, dan kembali ke Atlanta. Kunjungan di Korea memberikan pengalaman hidup yang menarik bagi David. Coba bayangkan! Di dalam kamar hotelnya tersedia komputer, tetapi tidak ada tempat tidur, hanya ada kasur! David belajar, setiap bangsa memang memiliki budaya dan ciri khas.
Dalam perjalanan dari Korea ke Thessaloniki-Yunani, mereka singgah sebentar di Singapura dan Munich-Jerman. Saat menunggu keberangkatan di bandara Munich, Jim mengatakan kepada David ia ingin menunggu di ruang tunggu khusus untuk penumpang kelas satu. Di sana ia ingin menikmati kopi sambil menunggu pengumuman keberangkatan pesawat ke Yunani. Ia sudah sering sekali masuk ke ruang tunggu khusus penumpang kelas satu penerbangan Lufthansa di bandara ini. Jim menunjukkan tiket penerbangannya, dan langsung memasuki ruang tunggu tersebut. Tetapi, pegawai wanita yang menjaga di pintu masuk berkata, "Maaf Pak, Anda tidak boleh masuk. Ruangan ini hanya untuk penumpang kelas satu". Langkah Jim tertahan, "Saya tahu, dan bahkan saya juga sudah booking untuk kelas satu".
Pegawai itu mencek tiket Jim. Setelah itu ia mengatakan, sisa perjalanannya menuju Yunani yang hanya satu jam itu adalah kelas bisnis, bukan kelas satu. Jim menjelaskan, "Ya, saya tahu. Pada sisa perjalanan dari Munich ke Yunani, memang Lufthansa hanya menyediakan kelas bisnis dan ekonomi saja. Untuk perjalanan rute lainnya ke seluruh dunia, tiket Lufthansa saya adalah untuk kelas satu. Harganya pun mencapai 20 ribu dolar".  Wajarnya, sekedar satu cangkir kopi di ruang tunggu untuk penumpang kelas satu patut diberikan kepada seorang penumpang yang memegang tiket semacam itu. Tetapi petugas ini tetap bersikukuh, "Anda tidak diperkenankan masuk. Silakan turun saja, kemudian naik eskalator menuju ruang tunggu untuk penumpang kelas bisnis."
Wanita ini menguasai peraturan, dan merasa sudah benar dengan berpegang teguh pada aturan itu. Tapi... ia tidak punya keluwesan sama sekali. Begitu kakunya ia pada peraturan, sehingga untuk hal kecil seperti kasus Jim ia tidak bisa bertindak fleksibel. Bagi pegawai ini, peraturan perusahaan adalah jauh lebih penting daripada pelayanan kepada pelanggan. Ia berpikir dan bekerja hanya dengan konsep yang sempit, yaitu melakukan pekerjaan dengan benar, bukan melakukan pekerjaan yang benar. Akibatnya ia tidak mampu memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Pegawai semacam ini jelas merupakan hasil dari suatu sistim pelatihan karyawan yang dirancang kurang baik. Dan hari itu, Jim bertemu dengan seorang "korban" dari sistim seperti itu.
Atas kejadian ini Jim mengatakan, "Menghadapi orang seperti ini saya tidak bisa memaksa. Akhirnya saya membeli kopi di luar, tetapi saya mencatat kejadian tersebut dalam hati".
Kunjungan Jim ke Yunani adalah untuk memberikan seminar di Thessaloniki, sebuah kota yang terletak di tepi pantai. Karena ingin menyesuaikan diri dengan perubahan jam, Jim dan David datang lebih awal beberapa hari. Mereka direkomendasikan menginap di sebuah hotel kecil yang terletak di pinggir lautan.
Ketika mereka check-in di hotel kecil itu, hari sudah sore, dan restoran di hotel itu resminya tutup di sore hari. Tetapi, manajer hotelnya bertanya, "Sore ini Anda mau makan apa?"
"Apa yang dapat kami makan?", mereka balik bertanya.
"Apa saja yang Anda mau, nanti kami sediakan", jawabnya.
"Betul?", tanya Jim lagi.
"Betul", jawabnya, "Mengapa tidak?"
Ini merupakan pelayanan awal yang baik, yang kemudian disusul dengan layanan-layanan lainnya. Mereka ditawari apakah ingin dipijat. Manajer hotel menawarkan pelayanan pijat di ruang tingkat atas yang menghadap ke lautan. Mereka juga ditawari kalau memerlukan supir, kalau mereka ingin jalan-jalan, atau menu makanan khusus. Disini, segalanya selalu mungkin!
Malam itu, Jim dan David makan malam lebih awal. Mereka memilih sebuah restoran yang menyajikan makanan Italia. Makanannya lezat sekali, pelayanannya luar biasa, dan keindahan pemandangannya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Mereka sangat menikmati makan malam itu, apalagi setelah perjalanan yang panjang. Menurut Jim, tempat ini menawarkan banyak sekali keindahan dan kemungkinan. Setiap mereka bertanya, "Sungguh?", atau "Yang benar?", jawaban yang diperoleh selalu, "Mengapa tidak?".
Setelah makan, mereka kembali ke hotel. Di malam hari, Jim keluar menuju balkon kamar yang menghadap pantai. Ia melihat sinar lampu, dan mencoba melongok dari pinggiran balkon untuk melihat apa yang ada dibawah sinar itu. Ternyata... ia menyaksikan sebuah pemandangan yang menakjubkan!
Disana... tepat di pinggiran laut tampak sebuah meja yang disediakan untuk dua orang. Diatas meja bertaplak putih bersih itu terdapat lilin-lilin dan seperangkat peralatan makan dari porselin dan kristal. Seorang pelayan yang berpakaian tuksedo dan mengenakan sarung tangan putih sedang melayani pasangan yang duduk di pantai Mediterania itu. Empat buah tempat lilin yang masing-masing memuat 20 buah lilin dipasang mengeliling meja. Dan... ada sebuah piano! Dua kaki piano terendam air laut, dan dua lainnya diatas pasir. Seorang pria sedang memainkan piano itu, mengiringi makan malam pasangan tersebut dengan alunan musik yang romantis. Menurut Jim, itulah pertama kalinya ia menyaksikan suatu adegan yang hanya bisa dijumpai di film-film saja. Pemandangan yang sungguh mengesankan!
Keesokan paginya Jim sengaja menemui manajer hotel, untuk menanyakan hal yang dilihatnya semalam. Pasangan itu adalah tamu dari Spanyol yang merayakan ulang tahun perkawinan. Mereka sudah memesan untuk dibuatkan makan malam yang romantis di pantai. Sang manajer dengan senang hati memenuhi permintaan mereka.
Jim bertanya lagi, Tapi... bagaimana Anda membawa piano ke pantai melalui bukit?"
Dia menjelaskan, "Kami membawanya dari lobby".  
Karena jarak dari lobby ke lokasi semalam cukup jauh, ia berkata, "Anda serius?"
Manajer itu memandang Jim dengan senyuman tersungging di bibirnya dan berkata,                
"Mengapa tidak?"... "Saya harus membahagiakan tamu-tamu saya".
Betapa bedanya sikap manajer ini dengan pegawai Lufthansa di bandara Munich itu! Menurut Jim Dornan, sampai sekarang ia masih sering teringat sang manajer dan hotel yang dikelolanya. Falsafah bisnisnya benar-benar luar biasa! Cara ia mengelola hotelnya juga luar biasa! Sungguh pribadi yang sangat menyenangkan!
Sahabat, senangkah Anda berhadapan dengan orang yang mengatakan, "Pokoknya peraturan adalah peraturan!"? Sebagai seorang konsumen atau pelanggan, senangkah Anda jika permintaan Anda yang masuk akal tetap ditolak? Sebagai seorang pemilik, pemimpin atau manajer, senangkah Anda dengan sikap karyawan Anda yang dengan kaku menegakkan peraturan perusahaan, sekalipun itu bisa menyakiti pelanggan penting Anda?
Sahabat, senangkah Anda mendengar "Ya, mengapa tidak?" dari seseorang atau teman Anda? Senangkah Anda berada diantara orang-orang dan teman-teman yang senang mengatakan, "Ya, mengapa tidak?". Jika ya... mulailah mengatakannya kepada seseorang atau teman Anda. Dengan menyenangkan mereka, pasti mereka akan membalas juga dengan menyenangkan Anda. Atau, setidak-tidaknya Anda menjadi seseorang dengan pribadi yang sangat menyenangkan! Why not?!
Diinspirasi dan dikisahkan kembali dari ‘Piano di Tepi Pantai'. Salah satu kisah dari buku berjudul sama yang ditulis oleh Jim Dornan, pendiri Network TwentyOne.
by: Jim Mintarja

No comments:

Post a Comment