Search This Blog

Friday, September 2, 2011

Melihat lebih banyak jalan

Wirausaha yang berpengalaman mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru dibanding karyawan. 

be well,
Dwika





ide spektakuler dalam memulai usaha

A. Ide Kewirausahaan

Seperti yang telah kita ketahui bahwa wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Oleh karena itu inovasi merupakan instrument penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Dan wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya hingga akhirnya ia menjadi pengendara usaha (business driven).

Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dan untuk menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi dengan cara:
a. Pengurangan kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif.
b. Penyebaran risiko pada aspek yang paling mungkin
c. Pengelolaan risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat

Menurut Zimmerer, kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus-menerus. Banyak ide yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide-ide lama. Dengan kata lain banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi dari hasil pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.

B. Sumber-sumber Potensial Peluang

Sumber peluang potensial dapat digali dengan cara:
a. Menciptakan produk baru yang berbeda, dalam hal ini produk dan jasa haruslah memiliki perbedaan dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Dan yang terpenting produk dan jasa itu harus menciptakan nilai bagi penggunanya (konsumen). Untuk itu wirausaha harus benar-benar mengetahui prilaku konsumen di pasar.
b. Mengamati pintu peluang. Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya. Ada beberapa keadaan yang menciptakan peluang, yaitu: (a) Produk baru harus segera dipasarkan, (b) Kerugian teknik harus rendah, (c) Ketika pesaing tidak agresif mengembangkan strategi produk, (d) Pesaing tidak memiliki teknologi yang canggih, (e) Pesaing tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisisnya, (f) Perusahaan yang baru kita rintis memiliki sumber daya dan kemampuan dalam menghasilkan produk.
c. Menganalisis produk dan proses secara mendalam. Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak.
d. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
e. Memperhitungkan risiko. Ada tiga risiko yang kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
(a) Risiko Pasar atau Persaing, adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar.
(b) Risiko Finansial, adalah kegagalan yang timbul akibat ketidakcukupan dana.
(c) Risiko Teknik, adalah kegagalan dalam proses pengembangan produk.

C. Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan
Untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson ada beberapa yang harus dimiliki oleh wirausaha yaitu:
a. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan atau ditekuninya.
b. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan pada sukses di masa lalu.
c. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
d. Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
e. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
f. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan memprediksi keadaan masa yang akan datang.
g. Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.

Menjadi wirausaha yang berhasil harus memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan. Kemampuan itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman.

Bekal kewirausahaan yang perlu dimiliki berupa pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausahaan. Beberapa bekal pengetahuan misalnya:
a. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada di sekitarnya.
b. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab
c. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.
d. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Dan beberapa keterampilan yang perlu dimiliki diantaranya:
a. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko
b. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah
c. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola
d. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi
e. Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan

Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M. Memphil, Jr dan Douglas Cloud ada empat kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, diantaranya:
a. Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan atau disajikan.
b. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing.
c. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan, mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.
d. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. Ia harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.

D. Usia dan Keberhasilan Usaha

Menurut Zimmer & Scarborough (1998) di Amerika Serikat kebanyakan wirausaha memulai usaha mereka antara usia 30 dan 40 tahun. Namun, banyak peneliti menemukan bahwa tidak ada batas usia dalam aspirasi kewirausahaan mereka. Siapa saja, tidak peduli usia, jenis kelamin, suku, kebangsaan asli, status social, latar belakang ekonomi atau hal lainnya dapat mencapai keberhasilan dengan menjalankan usaha sendiri.
Usia Wirausaha ketika Mendirikan Usaha

Usia Presentase
< 20 tahun 1%
20 – 24 tahun 8%
25 – 29 tahun 17%
30 – 34 tahun 21%
35 - 39 tahun 18%
40 – 44 tahun 15%
45 – 49 tahun 9%
50 – 54 tahun 7%
55 - 59 tahun 3%
> 60 tahun 1%
Menurut Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Ia mengelompokkan perkembangan karier manusia menjadi tiga kelompok usia, yaitu usia dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Setiap kelompok memiliki cirri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan karier.
Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock adalah sebagai berikut
a. Usia dewasa awal (usia 18-40 tahun)
Masa dewasa awal sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam masa dewasa awal, ia memiliki tugas pokok, yaitu memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat, dan factor psikologis yang dimilikinya sehingga kesahatan mental dan fisiknya tetap terjaga. Karena itu, sebagian orang dewasa telah menentukan pilihannya jauh-jauh hari sebelum mereka bekerja sehingga jauh-jauh hari mereka telah melatih diri sesuai dengan prasyarat yang diperlukan untuk jenis pekerjaan yang dianggap cocok dengan minat dan bakatnya. Sebaliknya, masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan kariernya setelah lulus dari SLTA, akademi, ataupun perguruan tinggi. Keadaan mereka ini biasanya diperburuk dengan kenyataan bahwa meeka kurang memiliki keterampilan dan pengalaman yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ada. Hal ini sering menyebabkan mereka memasuki karier yang memang bisa menampung mereka tetapi tidak sesuai dengan bakat dan minatnmya. Situasi seperti ini bisa juga terjadi pada wirausaha. Bisa jadi mereka memutuskan menjadi wirausaha pada usia dini bukan karena karier ini sesuai dengan bakat dan minatnya, melainkan karena satu-satunya karier yang tersedia baginya. Bila demikian halnya, jika gagal ia akan mencoba bidang karier lain yang dianggap lebih sesuai, atau ia tetap menjadi wirausaha tetapi dengan pikiran yang tidak focus. Hurlock (1991) menyebut masa dewasa awal itu coba-coba untuk berkarier, artinya kemantapan kariernya masih belum pasti. Itulah sebabnya usia bisa berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi kerja mereka.
b. Usia Dewasa Madya (usia 40-60 tahun)
Masa dewasa madya bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Keberhasilan itu biasanya dicapai usia empat puluhan dan lima puluhan. Pada usia ini kebanyakan orang mencapai prestasi puncak, mereka memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan yang mereka miliki pada waktu masih muda. Ini bisa dimengerti karena mereka sudah cukup mantap dengan pilihan kariernya dan sudah memiliki pengalaman cukup sehingga mendapat penghargaan yang memadai. Prestasi puncak pada usia ini juga bisa berlaku pbagi wirausaha.
c. Usia dewasa akhir (usia diatas 60 tahun)
Pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan kariernya atau berhenti sama sekali. Karena itu, usia ini disebut dengan usia pension. Karena meneurunnya kesehatan dan fisik, pada usia ini banyak orang mulai berhenti bekerja dan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan social. Karier mereka mulai menurun, bahkan berhenti sama sekali. Mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja dan mencurahkan perhatian pasa kehidupan spiritual dan social.
Pendapat Hurlock diatas senada dengan pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan. Bedanya, Hurlock menekankan pada kemantapan karier, sedangkan Staw menekankan pada bertambahnya pengalaman.
Menurut Staw (1991), usia bisa terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha. Dengan asumsi bahwa usia kronologis seseorang terkait dengan entrepreneurial age (lamanya seseorang menjadi wirausaha). Ini berarti, dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan. Bahkan, menurut Hisrich & Brush wirausaha yang maju saat ini bukanlah usaha yang pertama kali yang dimiliki. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru dibanding karyawan dengan jalur karier yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Suryana Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2003.
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003

No comments:

Post a Comment