be well,
Dwika
Jangan Pusingkan UN |
Hari-hari pada minggu lalu membuat banyak orang Indonesia menderita stress. Penyebabnya adalah UN (Ujian Nasional) untuk siswa-siswi SMA. Banyak murid dan orangtuanya yang stress. Demikian pun para guru dan kepala sekolah yang takut reputasi sekolahnya jatuh gara-gara UN. Tak sedikit sekolah yang mendatangkan "ahli BimBel" untuk drill siswa-siswi mereka supaya menjadi ahli mengerjakan soal-soal UN. Banyak orang pandai menjadi kehilangan kepercayaan diri hanya karena UN. Yang paling kasihan adalah para siswa-siswi itu sendiri, bersekolah yang seharusnya menyenangkan telah berubah menjadi beban yang memberatkan. Ujian yang seharusnya hanya merupakan tolok ukur seberapa jauh kemampuan menyerap pelajaran, seolah-olah telah berubah menjadi "monster" yang menentukan hidup-mati di masa depan.
Sukses ditentukan prestasi akademik?
Masih banyak yang beranggapan, jika seseorang memiliki prestasi menonjol dalam pelajaran, maka masa depannya terjamin. Orangtua pun menargetkan anak mereka harus masuk ranking tinggi. Bangganya luar biasa ketika anaknya bisa meraih "tiga terbaik". Bagaimana nasib murid yang menempati ranking 3 besar dari belakang?
Sahabat, apakah Anda mempunyai teman yang ketika bersekolah harus sering menyontek dari Anda, tetapi saat ini hidup makmur sebagai pengusaha (sedangkan teman lain yang selalu dipuja-puji oleh guru dan dibangga-banggakan oleh orangtuanya masih berstatus karyawan)?
Presiden terbesar dalam sejarah AS, Abraham Lincoln, hanya belajar di sekolah formal selama 18 bulan. Presiden wanita pertama RI, Megawati Sukarnoputri, tidak sampai lulus S1. Penemu terhebat dalam sejarah, pemilik paten terbanyak, Thomas Alfa Edison, adalah "drop out" Sekolah Dasar karena dinilai bodoh oleh guru-gurunya. Andrie Wongso, seorang pakar motivator Indonesia, hanya berpendidikan SD kelas 4.
Banyak pengusaha besar Indonesia pendidikan formalnya "payah", dan banyak orang-orang yang prestasi akademiknya hebat, menjadi karyawan mereka. Koq bisa begitu?
11 Jenis Kecerdasan Manusia
Howard Gardner dari Harvard Graduate School of Education memelopori penelitian bahwa manusia memiliki sedikitnya 8 jenis kecerdasan. Charles Handy dari Inggris dan Rex Li dari Hongkong menambahkannya.
- Kecerdasan Linguistik, kemampuan menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan.
- Kecerdasan Logika-Matematika, kemampuan menggunakan angka-angka dan berpikir logis.
- Kecerdasan Kinestetik-Fisik,kemampuan koordinasi gerak dan penggunaan anggota tubuh.
- Kecerdasan Musikal, kemampuan mencipta dan mengekspresikan musik.
- Kecerdasan Visual-Spasial, kemampuan membayangkan dan menciptakan bentuk.
- Kecerdasan Intrapersonal, kemampuan berkomunikasi, negosiasi, mempengaruhi orang-orang.
- Kecerdasan Interpersonal, kemampuan menyadari keadaan diri sendiri (kekuatan dan kelemahan)
- Kecerdasan Entrepreneurial, kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang bisnis.
- Kecerdasan Intuitif, kemampuan menilai orang, merasakan benar-salah.
- Kecerdasan Konseptual, kemampuan menemukan ide, konsep.
- Kecerdasan Naturalis, kemampuan yang berhubungan dengan lingkungan, fauna dan flora.
Setiap profesi memerlukan kecerdasan berbeda.
Sekolah di Indonesia terlalu "mendewakan" bidang eksakta. Bahkan ada sekolah yang mempunyai kelas khusus untuk siswa-siswi yang nilai eksaktanya hebat. J.K.Rowling, mantan sekretaris dan pernah mengajar bahasa Inggris di Porto (Portugal) pastilah bukan jagoan ilmu eksakta. Tetapi dengan buku "Harry Porter"nya yang telah terjual 400 copy, pada tahun 2008 telah berhasil mengumpulkan kekayaan US$ 800 juta. Dengan kemampuan berkomunikasi yang piawai, Oprah Winfrey menjadi salah satu pembawa acara terkemuka di AS, dan telah menjadi miliarder dengan kekayaan US$ 1,3 miliar. Pemain sepakbola Christiano Ronaldo digaji Real Madrid sekitar Rp 3 miliar per minggu. Jika seorang fresh graduate perguruan tinggi di Indonesia dengan IPK 3,5 mendapat gaji Rp 5 juta/bulan, maka ia memerlukan waktu kerja 50 tahun untuk menyamai gaji C.Ronaldo per minggu! Pemain sepakbola Indonesia sudah ada yang memperoleh gaji Rp 1 miliar per tahun. Martini, penduduk Kulon-progo, Yogyakarta, adalah pengusaha barang kerajinan dari bahan enceng gondok, yang meraih penghargaan UKM ke-3 terbaik dari Dji Sam Soe Award. Mempekerjakan 70 perajin dan sub-kontrak 600 perajin. Ia terpaksa berhenti dari pendidikan SPG karena masalah biaya, dan pernah beberapa tahun menjadi PRT di Padang dan Lampung.
Siapa yang memerlukan ijazah?
Orang-orang yang sekolahnya "pinter" cenderung bekerja pada orang lain. Sedangkan yang sekolahnya "bodoh", tahu diri tidak berani melamar kerja di perusahaan besar, tetapi "terpaksa" membangun usaha sendiri. Kalau mau jadi karyawan memang penting memiliki ijazah dengan angka tinggi. Tapi jika mau jadi pekerja mandiri atau pengusaha , tidak diperlukan ijazah, yang diperlukan adalah keinginan dan tekad. Untuk apa pusing dengan UN?!
"Instead of a national curriculum for education,
what is really needed is an individual curriculum for every child"
Charles Handy
Pakar manajemen, penulis buku, pengajar, rekan pendiri London Business School
Salam Brilian!
Jim Mintarja
No comments:
Post a Comment