Search This Blog

Monday, June 6, 2011

Bertahan hidup

Anda memulai sebuah hari dengan pemikiran, “Ini adalah hari yang baru, berbagai kemungkinan bisa terjadi dan hari ini belum tentu sama dengan hari kemarin.” Oke… Jika hari ini saya bisa bertahan hidup, barangkali kali ini akan ada seseorang yang menemukan saya disini, atau bisa saja ada angin yang meniup kayu ini ke sebuah daratan…” Itu sebabnya ia terus bertahan hidup dengan segala cara.
be well,
Dwika






HARAPAN

Di tahun 1982, nama Stephen Callahan tercatat dalam sejarah manusia sebagai orang pertama yang mampu bertahan hidup lebih dari 75 hari di tengah lautan. Ketika itu, ia sedang menyeberangi lautan Atlantik sendirian dan kemudian terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kapalnya karam dan dia hanya terapung-apung di tengah lautan. Stephen bertahan hidup dengan peralatan seadanya hingga 76 hari kemudian (lebih dari 5 minggu!) 3 orang nelayan menemukan dia dalam keadaan hidup. Ketika ditemukan, tubuh Stephen memang jauh lebih kurus, namun ia masih tetap hidup.
Apa yang dilakukan Stephen memang sangat menakjubkan. Selama 76 hari dia hanya makan dari ikan yang ia tangkap dan berusaha menguapkan air laut untuk mendapatkan air segar. Namun, bagi saya yang jauh lebih menakjubkan dari semuanya adalah kemampuan Stephen untuk menjaga pengharapannya. Saya kira, hampir semua orang jika berada dalam kondisi seperti yang dialami Stephen mungkin akan memilih untuk menyerah.
Jika untuk bertahan 3-4 hari mungkin masih mampu untuk kita lakukan, tetapi bayangkan jika Anda harus bertahan hidup dia atas sebuah potongan kayu sementara sejauh mata Anda memandang hanyalah tampak lautan biru yang sepi dan tiada berujung. Belum lagi Anda tidak tahu sampai kapan Anda harus bertahan dalam keadaan seperti itu. Saya rasa, menyerah adalah sebuah keputusan yang sangat wajar. Namun, Stephen Callahan benar-benar orang yang sangat luar biasa. Pada kondisi yang tiada harapan, ia masih tetap memiliki harapan untuk hidup dan bahkan ia mampu mengumpulkan semangatnya untuk berusaha mencari makanan dan “survive”
Saya kira, apa yang dilakukan oleh Stephen Callahan benar-benar memberi pelajaran kepada kita tentang apa artinya semangat hidup. Di tengah situasi ekonomi yang semakin sulit dan tekanan hidup yang semakin meningkat, kadangkala menyerah bisa menjadi sebuah keputusan yang wajar dan normal. Dalam beberapa kali sesi training dan konseling, saya sering mendapatkan “curhat” mengenai kehidupan yang begitu sulit dan penuh tekanan. Rata-rata dari mereka sudah mulai putus asa dan kehilangan harapan. Mereka sudah tidak berniat lagi untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
Memang, penderitaan dan tekanan adalah salah satu pemadam semangat yang paling ampuh. Tapi tentunya kita tidak ingin menjadi seorang pecundang dalam kehidupan bukan? Kadangkala yang membedakan antara orang sukses dengan orang gagal adalah orang sukses mencoba lebih banyak, dan bertahan dalam penderitaan lebih lama.
Dalam kesempatan ini, saya ingin memberikan 3 tips sederhana yang akan membantu kita untuk membangkitkan kembali pengharapan kita. Terutama jika kita sudah mulai berada dalam kondisi putus asa atau hampir menyerah.
Pertama, jika Anda mengalami segala sesuatu yang menyulitkan Anda atau bahkan sangat menekan Anda. Percayalah bahwa kejadian itu hanyalah bersifat SEMENTARA. Dari pengalaman saya memberikan pelatihan dan seminar Kecerdasan Menghadapi Tantangan (Adversity Quotient) baru-baru ini, saya menemukan bahwa ada banyak sekali orang yang jika mengalami keadaan kurang baik mereka menganggap bahwa itulah nasib mereka yang sesungguhnya. Di dunia ini masih ada banyak orang yang percaya bahwa mereka selalu “dibuntuti” dengan berbagai kejadian-kejadian buruk atau nasib-nasib sial, sehingga jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, mereka seringkali berkata, “Kenapa hal ini SELALU terjadi padaku?”
Orang-orang seperti ini menganggap bahwa kesialan atau nasib buruk adalah sesuatu yang permanen atau menetap dalam dirinya. Dan seandainya mereka mengalami keadaan-keadaan baik, mereka akan berpikir, “Ah… ini Cuma kebetulan…”
Sebaliknya, orang-orang yang sukses memiliki mentalitas yang sangat berbeda 180 derajat! Jika mereka mengalami kejadian buruk, mereka akan berpikir, “Ini hanyalah sementara… Di lain waktu pasti tidak akan begini…”. Sedangkan jika mereka menghadapi keadaan menyenangkan, mereka berpikir, “Nah… Tuhan SELALU menyertai saya dan memberikan rahmatNya kepada saya…”. Dapatkah Anda melihat bedanya?
Kedua, selalulah yakin bahwa usaha Anda akan semakin mendekatkan diri pada jawaban harapan Anda. Sekecil apapun usaha yang Anda lakukan, asalkan Anda tidak berdiam diri, sebenarnya Anda sudah selangkah lebih dekat dengan keberhasilan. Banyak orang menyerah di usaha mereka yang ke 100 tanpa pernah menyadari bahwa usaha mereka yang ke 101 bisa membawa perubahan besar dalam hidup mereka. Dalam hal ini, saya benar-benar terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison. Kita semua mungkin sudah sering mendengar cerita bahwa Edison pernah mengalami kegagalan ratusan kali sebelum akhirnya ia berhasil menemukan bola lampu.
Jika Edison tidak memelihara harapannya, bisa jadi pada percobaan ke sekian ia sudah menyerah. Namun, sebuah perkataan menakjubkan muncul dari mulut Edison, “Saya bukanlah gagal, saya hanya menemukan ratusan cara yang salah untuk menciptakan penemuan ini.” Dengan kata lain, Edison sangat percaya bahwa setiap usaha yang ia lakukan selalu membuatnya selangkah lebih dekat kepada keberhasilan.
Jadi, kesulitan apapun yang sedang Anda alami hari ini, jangan pernah berhenti berusaha dan mencoba. Anda tidak pernah tahu di usaha ke berapa Anda akan mengalami sebuah terobosan. Jika Anda sudah berusaha berkali-kali namun belum membuahkan hasil, selalulah berpikir “siapa tahu yang berikutnya bisa…”
Ketiga, percayalah bahwa hari esok akan berbeda dengan hari ini. Banyak orang ketika berada dalam keadaan sulit, mereka mulai berpikir bahwa esok pun juga masih akan sama seperti ini. Pemikiran seperti ini akhirnya membuat mereka kehilangan tenaga untuk berusaha. Dan ketika mereka berhenti berusaha, maka keadaan tidak pernah menjadi baik dan mereka semakin terperangkap dalam keadaan sulit tersebut. Ini menjadi semacam lingkaran setan yang terus mematahkan harapan kita hingga kita akhirnya benar-benar tergelepar tak berdaya.
Salah satu alasan mengapa seseorang bisa bunuh diri adalah karena ia tidak melihat adanya kemungkinan perubahan di hari-hari yang akan datang. Mereka berpikir bahwa esok, lusa, atau minggu depan, keadaan akan terus seperti ini. Sehingga akhirnya mereka memilih untuk mengakhiri hidup karena mereka merasa “untuk apa menjalani hidup yang sudah jelas kelihatan, yaitu kehidupan yang akan terus sama dengan hari ini.”
Keadaan akan jauh berbeda jika Anda memulai sebuah hari dengan pemikiran, “Ini adalah hari yang baru, berbagai kemungkinan bisa terjadi dan hari ini belum tentu sama dengan hari kemarin.” Orang-orang yang hidup dalam keyakinan seperti ini biasanya selalu memiliki kekuatan untuk berusaha dan bertahan. Stephen Callahan juga adalah orang yang hidup dalam keyakinan ini. Saya percaya, setiap hari berganti dan pagi datang menjelang, ia mungkin akan berkata, “Oke… Jika hari ini saya bisa bertahan hidup, barangkali kali ini akan ada seseorang yang menemukan saya disini, atau bisa saja ada angin yang meniup kayu ini ke sebuah daratan…” Itu sebabnya ia terus bertahan hidup dengan segala cara.
Nah, di akhir tulisan saya ini, izinkan saya mengutip sebuah kalimat dari Albert Einstein, orang yang pernah dikenal sebagai salah satu orang paling jenius di dunia, “Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.”

No comments:

Post a Comment