Search This Blog

Wednesday, June 1, 2011

Kualitas pemimpin

Secara garis besar, kondisi sebuah lembaga, perusahaan, organisasi atau bahkan negara sangat dipengaruhi oleh kualitas pemimpinnya. Pemimpin harus menyadari bahwa sikap dan perbuatannya sangat mempengaruhi orang lain.Sikap dan perbuatannya seharusnya menjadi teladan dan panutan orang lain, harus mampu mengontrol sikapnya, misalnya berusaha senantiasa bersikap positif, dewasa,bijaksana, rendah hati, teguh pendirian, jujur, adil, patuh terhadap hukum meskipun tidak diawasi, dan lain sebagainya.

be well,

Dwika




"Sebuah Teladan dari Napoleon Bonaparte"

**Andrew Ho

Napoleon I Bonaparte adalah seorang maharaja Perancis dan Italia (15 Agustus 1979 – 5 Mei 1821). Ia berhasil menguasai hampir seluruh daratan Eropa dalam 8 tahun pertempuran. Dengan angkatan perangnya pada tahun 1812 ia bermaksud menyerang Rusia. Tetapi pada bulan Oktober 1813, ia kalah dalam Perang Leipzig. Akibatnya ia harus turun tahta dan dibuang ke pulau Elba.

Dalam pengasingan Napoleon dan keluarganya hidup sebagaimana masyarakat kebanyakan, tidak ada fasilitas dan penghormatan layaknya seorang pemimpin negara. Suatu hari ia berjalan kaki ditemani sang istri menyusuri pantai. Tak terasa langkah-langkah kaki mereka semakin mendekati pelabuhan terdekat. Di pelabuhan tersebut kebetulan sedang berlangsung bongkar muat isi kapal, sehingga suasananya hiruk pikuk.

Tiba-tiba mereka dikejutkan suara keras para awak kapal yang sedang mengusung barang turun dari kapal.“Minggir! Minggir!” teriak para awak kapal berulang kali memerintah mereka segera menepi. Terang saja sikap para awak tersebut memancing amarah istri Napoleon Bonaparte.

“Kalian semua kurang ajar! Di depan kalian ini adalah maharaja Perancis. Seharusnya kalian semua yang harus memberi jalan!” teriak wanita itu tak kalah keras dan penuh amarah.

Napoleon segera memberi isyarat kepada istrinya agar menahan diri. “Mereka sangat lelah bekerja. Jangan marah kepada mereka,” bisik Napoleon. Bahkan ia langsung memerintah para tentaranya membantu awak-awak kapal itu menurunkan barang-barang dari kapal.

Selanjutnya Napoleon berhasil membangun kekuatan militer lagi selama 100 hari (dikenal dengan les Cent Jours). Sebenarnya ia dinilai tidak banyak melakukan perbaruan kekuatan militer yang cukup berarti, selain kekuatan ‘empat segi infantri’ (yang ia gunakan untuk menahklukkan Mesir), meriam & penyangganya, taktik perang, dan alat-alat perang modern yang menyebabkan angkatan perang Perancis sebelumnya selalu memenangkan perang. Tetapi berdasarkan berbagai penelitian sejarah, Napoleon dianggap sebagai komando perang paling mumpuni.

Dengan kekuatan militernya itu, Napoleon berhasil kembali menguasai Perancis. Selain mengandalkan kekuatan militer, dukungan terbesar atas keberhasilan Napoleon menguasai Perancis lagi ternyata berasal dari para awak kapal yang pernah ia bantu.

Sayangnya, kekuasaan Napoleon tidak berlangsung lama karena ia kembali dikalahkan dalam perang di Waterloo (sekarang Belgia) pada tanggal 18 Juni 1815. Oleh pasukan Inggris, ia dibuang ke pulau Saint Helena, dimana ia meninggal 6 tahun kemudian. Meskipun demikian, salah seorang keturunannya yaitu Napoleon III berhasil menjadi penguasa di Perancis pada abad ke 19.

Pesan:

Semua orang berpotensi menjadi pemimpin. Tetapi sebelum itu ia harus memahami pola kepemimpinan yang baik, entah dari buku-buku panduan, sosok pemimpin bijaksana dan sukses, seminar dan lain sebaginya termasuk dari kisah hidup Napoleon di atas. Selama menjadi pemimpin, Napoleon sudah pasti bukanlah tipe ideal bagi seluruh masyarakat di dunia. Tetapi setidaknya ada dua hal menarik di dalam dirinya yang patut kita teladani.

Salah satunya adalah sikap Napoleon yang penuh empati terhadap para awak kapal sewaktu ia di pengasingan. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan manempatkan diri pada situasi atau kondisi orang lain. Empati adalah unsur penting dalam kepemimpinan yang mencakup kecerdasan emosional dan sosial. Kecerdasan tersebut memungkinkan seorang pemimpin mampu memahami dan mengerti keberadaan dan kondisi orang lain, sehingga dapat menerapkan tehnik paling tepat untuk membangun kesatuan dan identitas mereka.

“Imbalan-imbalan yang kita terima dalam kehidupan selalu dalam proporsi yang tepat dengan besarnya penghargaan yang kita berikan kepada orang lain,” kata Earl Nightingale. Dampak yang ditimbulkan dari sikap seorang pemimpin yang mempunyai empati tinggi adalah timbulnya rasa penghargaan dan kepercayaan dari orang-orang yang ia pimpin. Dalam kisah singkat di atas, kita dapat melihat bahwa sikap yang penuh empati dari Napeoleon memotivasi para awak kapal yang pernah ia bantu untuk memberikan dukungan penuh pada perjuangan Napoleon untuk merebut kembali kekuasaannya.

Selain berempati, seorang pemimpin harus menyadari bahwa sikap dan perbuatannya sangat mempengaruhi orang lain.Sikap dan perbuatannya seharusnya menjadi teladan dan panutan orang lain. Sehingga seorang pemimpin harus mampu mengontrol sikapnya, misalnya berusaha senantiasa bersikap positif, dewasa,bijaksana, rendah hati, teguh pendirian, jujur, adil, patuh terhadap hukum meskipun tidak diawasi, dan lain sebagainya.

Sosok Napoleon dalam kisah di atas menunjukkan bahwa ia mampu menjadi pemimpin yang cukup rendah hati. Hal itu setidaknya dapat kita lihat dari bagaimana ia berkemauan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan para awak kapal.

Secara garis besar, kondisi sebuah lembaga, perusahaan, organisasi atau bahkan negara sangat dipengaruhi oleh kualitas pemimpinnya. Bercermin dari kisah di atas, kita dapat melihat bahwa sosok pemimpin ideal harusnya memiliki empati dan kesadaran yang tinggi bahwa dirinya adalah teladan bagi orang-orang yang ia pimpin. Untuk memiliki 2 kualitas tersebut, seorang pemimpin seharusnya berusaha memperbaiki diri, memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan, sekaligus mencari pengalaman baru supaya mampu menciptakan perbaruan dan kemajuan dalam berbagai bidang.

No comments:

Post a Comment