Suatu hari Michelangelo, salah seorang seniman ternama dari zaman Renaissance, melihat para pembantunya sedang mengangkat sebuah batu pualam yang besar untuk dibuang. Ia pun bertanya kepada mereka, “Akan kalian apakan batu itu?”. “Akan kami buang, Tuan,” jawab mereka. “Mengapa dibuang ?” tanya Michelangelo. Para tukang itu pun menjawab, “Batu ini sudah rusak, Tuan, tidak mungkin dipahat menjadi sebuah karya sehi lagi. Ia hanya bisa dijadikan bahan bangunan saja.”

Batu pualam itu memang sudah rusak karena sudah pernah dipahat oleh seorang pemahat lain dan gagal. Mendengar jawaban para pembantunya itu, Michelangelo berkata, “Tunggu sebentar, aku mau melihatnya terlebih dulu.” Ia berjalan mengelilingi batu itu. Mendadak ia berkata demikian, “Ambilkan martil dan pahat bagiku, aku akan mengeluarkan Daud dari dalam batu ini!”
Para pembantunya pun mengambilkan martil dan pahat baginya. Michelangelo bekerja siang-malam selama dua tahun, memahat batu pualam itu. Dan akhirnya, lahirlah salah satu hasil karyanya yang terbaik, salah satu karya seni terindah dari zaman Renaissance, yaitu patung Daud. Sampai hari ini , patung Daud tersebut masih dapat dijumpai di kota Florence, Italia. Sampai saat ini ribuan pengunjung setiap hari datang ke Florence untuk mengagumi patung Daud itu, patung yang dipahat Michelangelo dari sebuah pualam yang sudah rusak, batu pualam yang hampir saja dibuang oleh para tukang.
Michelangelo mampu memandang jauh ke depan melampaui keadaan masa sekarang. Para pembantu Michelangelo hanya mampu melihat batu pualam itu sebagai batu yang sudah rusak dan tidak memiliki nilai lagi. Michelangelo tidak melihat batu itu dalam keadaannya sekarang, tapi ia melihat bagaimana batu itu akan jadi nantinya. Itu sebabnya ia tidak mengijinkan batu itu dibuang. Sebaliknya, ia mengubah batu itu menjadi salah satu karyanya yang terindah.
(ditulis ulang dari halaman kata pengantar yang ditulis oleh Dr. Bambang Widjaja pada buku ”Menyingkap Mantra Rahasia Pemimpin Sejati” karangan Hendrik Lim, MBA)