Satu kantong plastik berisi kerang yang masih hidup siap untuk dimasak. Beberapa dari kerang itu berteriak, “Uuuh, mau diapakan sih kita ini? Tadi kan kita sedang asyik berjemur di pantai, kemudian kita diambil oleh nelayan. Dan sekarang kita sudah ada di tangan seorang ibu. Wah, perjalanan kita sehari ini sudah melewati tiga tempat yang berbeda”. Kerang lain menjawab, “Yah kita sudah bisa menebak kan akan seperti apa nasib kita jika kita sudah ditangkap oleh nelayan dan dijual. Tidak lama lagi kita menjadi santapan manusia. Oooh, nasib.. ya nasib”.
Seorang ibu mencuci kerang itu sampai bersih. Sesekali beberapa kerang menjulurkan kepalanya, “Kita dimandikan nih! Sepertinya kita dibersihkan dulu sebelum disantap oleh manusia”. Kerang-kerang itu hendak melihat dunia luar untuk terakhir kalinya sebelum ia menjadi santapan manusia. Sesaat setelah melihat keluar, kepala kerang itu masuk kembali, menikmati kenyamanan rumahnya yang kokoh dan keras bak beton yang sulit dipecahkan. “Sebenarnya kita ini diciptakan untuk menikmati rumah kita yang kokoh ini kan? Bukannya Tuhan itu sudah adil. Kita yang lemah dan kecil ini diberikan rumah yang kokoh agar kita tidak gampang mati terinjak anak-anak pantai atau hanyut terbawa arus laut yang maha dasyat itu. Bagaimana ya caranya mempertahankan rumah kita yang kokoh ini?”, beberapa kerang mulai gelisah dengan nasib selanjutnya.
Kemudian, seorang ibu mengambil panci dan  mengisi setengahnya dengan air. Direbusnya air itu sampai mendidih, kemudian dimasukkannya kerang-kerang itu dalam panasnya air yang sedang bergejolak.
Satu menit. Dua menit. Tiga menit berlalu. Perlahan, oleh karena panasnya air dalam panci, satu per satu terbukalah kulit kerang yang awalnya tertutup rapat itu. Dan kemudian terciumlah aroma yang lezat dari kerang rebusan ini. Nyaaammm…. sungguh menggoda selera. Dari balik kulit kerang yang terbuka ini nampaknya tubuh dan seluruh isi kerang yang siap dimakan menjadi santapan yang lezat.
Kini kulit-kulit kerang yang sudah terbuka siap dihidangkan diatas piring. Ibu beserta keluarganya dengan mudah dapat mengambil isi kerang di dalam rumah kerang dan menyantapnya. Aromanya….?? hmmm nikmat dan yang pasti membuat kenyang.
Untunglah kerang dalam satu kantong plastik tadi mau membuka kulitnya yang awalnya tertutup rapat. Apa yang terjadi seandainya kerang-kerang tadi mempertahankan rumahnya dan tidak mau membuka rumahnya? Tentu kelezatan dalam dirinya tidak akan pernah diketahui dan dinikmati oleh manusia.
Ketika kita memutuskan untuk membuka diri kita, maka semakin terlihatlah potensi diri kita. Kecantikan dan ketampanan kita yang sesungguhnya akan terpancar. Dan kita pun menjadi semakin indah dan bermanfaat bagi sesama.