Alkisah hiduplah seekor kura-kura bernama Yertle. Yertle adalah raja kura-kura di sebuah kolam yang aman dan damai. Setiap hari ia duduk di takhtanya, yakni sebuah batu di tengah kolam. Suatu saat ia berpikir, andai takhtanya lebih tinggi, tentu ia dapat melihat banyak hal yang indah di luar kolam.
Yertle pun mendapat akal. Ia lalu memerintahkan sembilan ekor kura-kura untuk saling menaiki punggung, sehingga tersusun tinggi ke atas. Lalu ia naik ke punggung kura-kura paling atas dan melihat pemandangan yang luas dari tempat tinggi. Woow..! Yertle melihat suatu pemandangan yang bagus. Lebih bagus daripada istananya di tengah kolam.
 Mack, kura-kura yang berada paling bawah, mengeluh kesakitan akibat tekanan tumpukan teman-temannya, termasuk Yertle yang berada paling atas. Namun, Yertle tidak peduli. Ia terus memerintah supaya jumlah tumpukan kura-kura ditambah. Satu per satu kura-kura naik ke punggung teman-temannya, hingga membentuk menara yang tinggi.  Sampai akhirnya, jumlah kura-kura yang bertumpuk adalah 5.816 ekor! Semakin tinggi tumpukan kura-kura, semakin besarlah tekanan yang dirasakan kura-kura di bagian bawahnya. Ketika itulah Mack bersendawa akibat besarnya tekanan yang menindihnya. Lalu bergoyanglah kura-kura lain di atasnya. Akibatnya, Yertle yang berada di ketinggian jatuh terperosok ke dalam lumpur dan akhirnya mati.
Moral cerita di atas adalah :
-          Apabila kita memiliki kekuasaan, entah sebagai majikan di rumah, atasan di kantor, ataupun pejabat, jangan kita gunakan kekuasaan itu untuk menindas orang lain, karena bisa jadi kita sendiri yang menanggung akibatnya.
-          Kekuasaan bukanlah warisan yang dapat digunakan seenaknya, tetapi merupakan titipan Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan.
-          Ketika kita memiliki kekuasaan, tetaplah dengarkan suara mereka yang berada dibawah kekuasaan kita. Jadilah penguasa yang bijak dan tetap rendah hati.
Sobat, metaphora diatas saya peroleh dari sebuah Email Renungan Harian akhir bulan kemarin, dengan judul Jangan Menindas. Cerita tentang Yertle tersebut ditulis oleh Theodor Seuss Geisel, pengarang buku cerita anak-anak terkenal. Sebuah cerita yang mengingatkan kita untuk menyikapi sebuah kekuasaan dengan bijaksana. Ditengah maraknya persaingan untuk meraih kekuasaan dan jabatan di Negeri kita saat ini, semoga mereka tetap memperlakukan kekuasaan sebagai sebuah amanah yang digunakan untuk kesejahteraan semua orang dan dapat dipertanggungjawabkan kepada sesama dan  kelak kepadaNya.
Note : tulisan ini pernah dimuat di www.tranceformasiindonesia.com (TI), krn perubahan web TI, tulisan ini tidak bisa diakses lagi. tulisan ini saya posting kembali disini, smg (tetap) bermanfaat….