Search This Blog

Saturday, July 16, 2011

Tahu arah yang dituju

Leader yang berhasil  mampu memahami apa yang dia pimpin, tahu kapan momentum datang sehingga mengerakkan semua sumberdaya, mampu memacu pembangunan, tahu sektor yang harus diprioritaskan, dan tahu arah yang harus dituju.
be well,
Dwika







“S” Curve

**Hasnul Suhaimi


Bagi anda yang berkecimpung dalam bisnis, mungkin sudah akrab dengan konsep “S Curve”. Kenapa namanya begitu, karena bentuknya memang menyerupai huruf “S”. Nah, saya terpikir untuk berbagi dengan teman-teman semua mengenai konsep ini karena melalui konsep ini kita bisa memahami berbagai masalah menyangkut siklus hidup, baik menyangkut diri kita, keluarga, bisnis, hingga negara.
Akhir pekan lalu, dalam kuliah mengenai inovasi di ITB , saya menunjukkan kurva “S” ini untuk mencoba menggambarkan apa yang kami lakukan di XL. Gambarnya seperti di bawah ini:
Angka 1 ke 2 menunjukkan proses pertumbuhan XL, dan terus berlanjut hingga ke angka 3. Pertumbuhan inilah yang membuat kami masih bisa kokoh berdiri di industri telekomunikasi nasional dengan 38,5 juta pelanggan dan sebagai perusahaan dengan capital market sebesar Rp 47 triliun. Suatu pencapaian yang kami raih melalui usaha yang tidak gampang dan penuh liku. Apalagi, pasar telekomunikasi seluler Indonesia demikian dinamis dan ketat dalam kompetisi.
Momentum pertumbuhan (no.2) dengan bentuk kurva agak tegak kami lalui sepanjang 2007 hingga 2009. Ketika memasuki tahun 2007, secara komprehensif XL mulai menurunkan tarif layanan voice secara terus menerus, semakain lama semakin murah. Antara 2006 hingga triwulan ke-3 2010 ini,XL telah mengalami kenaikan pelanggan hingga 4 kali, pendapatan naik sekitar 2,7 kali lipat, traffic 41 kali, EBITDA margin naik 33%, tarif turun hingga tinggal 1/10, revenue share naik 8,5%, serta market capital naik 3 kali lipat. Kini XL semakin kuat untuk merebut posisi kedua terbesar operator telekomunikasi seluler Indonesia. Karena itu, kurvanya naik agak tegak menandakan pertumbuhan yang cukup pesat.
Namun kini, kami di XL merasa masa pertumbuhan atau masa keemasan ini sudah hampir berakhir alias mature. Dalam realitas, masa kejayaan layanan voice dan SMS lambat laun sudah mulai menurun. Mengapa? Kini hampir semua orang sudah punya ponsel. Begitu juga dengan tarif yang sudah demikian murah diterapkan semua operator. Jangkauan layanan seluler semua operator juga sudah mencapai 90% populasi. Karena itu, kami harus segera berpikir keras agar bisa tetap tumbuh. Kalau tidak tumbuh, maka perusahaan ini pelan namun pasti akan stagnan atau melemah, lalu mati.
Pada kondisi mendekati maturity seperti ini, perusahaan harus segera semaksimal mungkin mencari sumber pertumbuhan baru (second “S Curve”).Bagi perusahaan operator layanan seluler seperti XL, sumber pertumbuhan selain dari layanan voice dan SMS harus segera dicari. Selanjutnya, satu hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah efisiensi baik belanja modal (capital expenditure) maupun biaya operasional (operating expenditure). Efisiensi perlu dilakukan agar perusahaan mendapatkan cash flow dan net income yang lebih besar. Jadi line of businessyang sudah saturasi menjadi cash cow untuk digunakan membiayai investasisecond “S Curve”.
Melalui tulisan ini, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa seorang pemimpin musti mengerti benar kondisi organisasi yang dia kelola dan hal-hal apa saja yang mempengaruhinya. Dengan begitu dia akan tahu kapan musti kumpulkan dan kerahkan semua modal sumberdaya yang dia punya (investasi), kapan berlari kencang, kapan musti melambat, kapan musti mengubah strategi. Bahkan, filosofi yang ada dalam kurva ini juga berlaku buat kita sebagai orang tua dalam mengasuh anak secara baik. Kapan dia musti dipacu pertumbuhan fisik, kapan untuk pertumbuhan otak, kapan rohani, sampai kapan kita mulai harus mengurangi jarak agar dia bisa mandiri.
Andai saja, ini kalau kita boleh berandai-andai, XL memanfaatkan momentum tumbuhnya industri telko seluler pada awal tahun 2000-an, mungkin kini jarak dengan operator terbesar nomor 1 tidak terlalu jauh. Dalam 10 tahun sejak berdiri hingga akhir 2006, jumlah BTS XL sebanyak 7.260 unit, dan jumlah pelanggan 9,5 juta. Bandingkan dengan periode antara 2006 – 2009 (4 tahun) di mana XL mampu membangun 21.623 unit BTS dan menambah pelanggan hingga 38,5 juta. (lihat pula angka-angka pencapaian di paragraf ke-3 tulisan ini).
Saya yakin, para leader yang berhasil, meski dalam skala keluarga atau UKM sekalipun, adalah mereka yang mampu memahami apa yang dia pimpin. Mereka tahu kapan harus habis-habisan, dan kapan mengendorkan ritme. Begitu pula, para leader di negara-negara yang mengalami kemajuan pesat dalam pembangunan, pastilah juga mereka yang tahu kapan momentum datang sehingga perlu mengerakkan semua sumberdaya yang dimilikinya, lalu dengan penuh perhitungan mampu memacu pembangunan, tahu sektor mana yang harus diprioritaskan, dan pada akhirnya tahu arah mana yang harus dituju.
Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment