Search This Blog

Tuesday, April 5, 2011

Investasi bukan Asuransi

Apabila niat Anda memang sekadar mencari asuransi untuk perlindungan, sah-sah saja membeli polis asuransi. Apabila untuk investasi, masih banyak tempat lain (selain lewat asuransi) dengan keuntungan lebih tinggi.
be well,
Dwika - Managing Consultant




Asuransi atau Investasi?
Edy Ginting --Jakarta
Seorang kawan menelepon dan minta masukan tentang asuransi. Kata si kawan yang tinggal di Riau itu, ada orang yang menawarkan asuransi pada dirinya. Dia pun bertanya, apakah produk itu aman dan bagaimana prospeknya.
Hampir sejam lamanya aku menjelaskan kepadanya tentang segala hal tentang asuransi yang aku tahu. Pertanyaan pertama yang aku ajukan padanya adalah, asuransi yang ditawarkan itu murni asuransi, atau asuransi plus investasi yang beken dengan istilah Unitlink. Dijawab si kawan, Unitlink.
Pertanyaan kedua dariku, apa tujuan dia mau membeli asuransi. Kalau untuk keselamatan dan perlindungan, ya monggo saja. Asuransi memang salah satu jalan yang tepat untuk mendapatkannya. Kalau untuk mencari keuntungan investasi, ya anda salah tempat. Sebab, walau namanya asuransi, ya tetap saja asuransi. Embel-embel investasi hanya tambahan, biar masyarakat bisa terpengaruh saat diberi penjelasan uang mereka akan menjadi sekian rupiah dalam beberapa tahun.

Si kawan lalu menceritakan kalau di asuransi yang ditawarkan padanya, keuntungan hasil investasi juga tinggi. Dengan membayar polis sekian rupiah, maka dalam jangka waktu sekian tahun, akan berlipat menjadi dua-tiga kali. Mendengar argumen si kawan ini, aku pun mengatakan, "Kalau ada yang lebih tinggi lagi memberikan hasil investasi, mau milih yang mana? Padahal, sama-sama aman, lho," kataku.
Kepadanya aku mengatakan, jangan terpancing dengan iming-iming asuransi itu aman. Nyatanya, banyak juga perusahaan asuransi yang tutup. Apalagi saat krisis global 2008 lalu. Ditambah lagi dana kita yang ada di asuransi tidak dijamin LPS, seperti dana yang ada di bank-bank. Memang kalau investasi di tempat lain tidak kalah aman dengan asuransi?
Karena itu, kalau niatnya memang sekadar mencari asuransi untuk perlindungan, sah-sah saja membeli polis asuransi. Tapi, kalau untuk investasi, masih banyak tempat lain dengan keuntungan lebih tinggi. "Apa saja?" tanya si kawan ini.
Aha, akhirnya dia terpancing juga. Aku pun menceritakan semua instrumen investasi yang aku tahu dari yang paling kecil resikonya sampai yang bisa bikin jantung deg-degan. Aku memulai dari investasi di program dana pensiun yang ada di sejumlah bank. Aku mengatakan, kalau niatnya mau mencari dana pensiun, ikut saja program dana pensiun di sebuah bank. Kita tinggal tentukan berapa rupiah yang mau disimpan setiap bulan dan berapa lama jangka waktunya. Selain dana pensiun, kini banyak bank juga membuat tabungan rencana, sebuah tabungan yang baru bisa diambil dalam jangka wakti 1-10 tahun, tergantung maunya kita.

Kalau mau lebih besar lagi pertumbuhan dana kita, maka masih banyak instrumen investasi lain. Mulai dari obligasi, reksadana, saham, dan sebagainya. Pokoknya sesuaikan dengan profil resiko kita. "Kalau loe bisa terima resiko besar dengan bunga yang tinggi juga, pilih aja saham atau reksadana saham. Tapi, kalau pengen tidur nyenyak dan tidak tahan resiko besar, pilih tabungan rencana, deposito, obligasi, atau reksadana pasar uang," kataku.
Aku menambahkan padanya, mengapa aku tidak setuju mencari keuntungan investasi dengan cara ikut asuransi plus investasi, yang biasa beken dengan sebutan unitlink itu. Pasalnya, uang yang kita simpan guna diivestasikan, pada akhirnya oleh si perusahaan asuransi itu, juga akan 'dimainkan' di jenis-jenis investasi tadi. Mulai dari deposito, obligasi, maupun reksadana. Jadi, mengapa kita tidak langsung aja beli obligasi atau reksadana.
Sebab, dari sejarah yang ada, pertumbuhan di unitlink yang menyimpan uang nasabah di reksadana, masih kalah oleh pertumbuhan di reksadana itu sendiri. Apalagi, komponen biaya-biaya unitlink juga lebih besar daripada langsung membeli reksadana.
Kalau alasannya ingin rutin menabung, maka sekarang ada beberapa bank yang menerapkan autodebet untuk membeli reksadana yang mereka jual. Cukup bilang ke bank, tarik uang saya setiap tanggal 1 dan belikan unit reksadana produk anu. Maka, bank akan melakukannya dan tunggu saja laporan pembelian di rumah, beberapa hari kemudian.
Di ujung pembicaraan, si kawan ini tampaknya mulai terpengaruh. Hehehe...

No comments:

Post a Comment