be well,
Dwika
Mempersiapkan Anggaran Liburan
Siapa sih yang tidak senang berlibur? Saya yakin kebanyakan orang menyenanginya. Mungkin setelah menikmati liburan baru-baru ini, Anda sudah buru-buru ingin merencanakan liburan berikutnya, entah bulan depan, tahun depan, atau malah beberapa tahun lagi…
Sayangnya, kebanyakan dari kita bukanlah orang kaya dengan status tabungan Prioritas, selalu naik kelas bisnis di setiap penerbangan, atau menginap di hotel bintang lima. Meskipun demikian, saya meyakini bahwa liburan itu milik semua orang, termasuk yang anggarannya terbatas.
Kata kunci dari bahasan saya kali ini adalah “perencanaan keuangan”. Mungkin sebagian dari Anda bakal sebal, sudah hidup dibatasi anggarannya, ini mau senang-senang kok masih dibatasi juga. Well, reality bites, my friend. Mungkin seluruh tabungan yang Anda punya saat ini bisa dipakai untuk jalan-jalan keliling Eropa sebulan penuh. Tapi setelah kembali ke tanah air, Anda niscaya langsung “jatuh miskin” karena sudah tidak punya apa-apa lagi di genggaman.
Anda yang tidak punya tanggungan mungkin akan lebih mudah menghadapi kenyataan ini, toh meskipun “kere” tidak ada yang protes soal tidak dapat jatah bulanan, selain Anda sendiri tentunya. Tapi buat yang sudah berkeluarga ini pekerjaan rumah besar. Kalau tiba-tiba anak perlu dana imunisasi atau dana masuk sekolah, mau pakai duit dari mana lagi?
Untuk itu, suka atau tidak, kali ini saya akan mencoba membantu teman-teman merencanakan anggaran liburan. Sanggahan sebelumnya, saya bukanlah pakar perencanaan keuangan, jadi pastikan ini jadi sarana berbagi bagi kita bersama. Jika Anda punya permasalahan soal hal yang terkait, silakan kita bahas bersama-sama di sini.
Pertama, sebelum Anda merencanakan liburan, sebaiknya Anda memiliki fundamental keuangan yang lumayan. Fundamental ini bisa terdiri dari dana darurat, dana investasi (baik untuk pensiun maupun untuk pendidikan anak), dan pelunasan utang (cicilan rumah, mobil ataupun kartu kredit, jika ada). Khusus untuk dana darurat, perencana keuangan biasanya memberikan besaran nilai dana darurat sebagai berikut:
- Lajang: 4 kali pengeluaran bulanan
- Menikah tanpa anak: 6 kali pengeluaran bulanan
- Menikah dengan satu anak: 9 kali pengeluaran bulanan
- Menikah dengan dua anak atau lebih: 12 kali pengeluaran bulanan
Walaupun belum penuh-penuh amat jumlahnya, artinya jumlah tersebut tidak harus dipenuhi saat ini juga, setidaknya Anda sudah memulainya dan memisahkan alokasi penggunaan dana tersebut dan dana liburan. Ingat, jangan sampai malah menggunakan kartu kredit untuk membiayai liburan Anda! Di sana mungkin Anda bersenang-senang, tapi begitu pulang ke sini, yang ada malah pusing tujuh keliling memikirkan pelunasannya.
Yang kedua adalah perencanaan liburan itu sendiri. Anda harus secara detil menghitung berapa total biaya yang dibutuhkan untuk perjalanan yang diimpikan. Biaya itu dapat berupa tiket pesawat, transportasi selama di negara tujuan, biaya pembuatan visa (jika perlu), akomodasi dan penginapan, biaya makan, biaya oleh-oleh, pokoknya semua yang ingin dikeluarkan. Sebagai perhatian juga, sebagian negara mensyaratkan jaminan aset kas dengan jumlah tertentu. Tidak ketinggalan jika perlu Anda membeli asuransi perjalanan sebagai proteksi seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Nah, kalau setelah dapat nilai pastinya, sekarang tentukan kapan Anda ingin melakukan perjalanan tersebut. Besok? Bulan depan? Akhir tahun? Tahun depan? Saya pribadi cenderung menyarankan tidak lebih dari lima tahun perencanaan waktunya, tapi jika anggaran masih belum mencukupi, ya, apa boleh buat.
Anda bisa lihat ada dua hal yang saya tulis dengan huru tebal, “total biaya” dan “kapan”. Dari dua variabel itulah perencanaan anggaran liburan ditentukan. Sebagai contoh, total biaya yang dibutuhkan untuk perjalanan berikutnya adalah Rp 10 juta dan waktu yang diinginkan adalah tahun depan, maka nilai Rp 10 juta itu, dengan asumsi inflasi 10% per tahun, akan menjadi Rp 11 juta tahun depan. Jika merencanakan untuk dua tahun lagi, nilainya menjadi Rp 12,1 juta. Ada faktor “nilai di masa depan” yang menjadi pembeda antara anggaran saat ini dengan anggaran yang akan datang.
Sekarang bagaimana cara mencukupi anggaran tersebut? Pertama, jangan pernah utak-atik dana darurat, dana investasi ataupun alokasi pelunasan utang yang sudah berjalan. Semua hal pokok itu bakal kacau jika diambil, bahkan meski cuma sebagian, untuk alokasi dana liburan ini. Jadi pastikan lagi bahwa dana liburan Anda adalah di luar ketiga hal tersebut plus kebutuhan konsumsi bulanan yang selama ini Anda keluarkan. Terus pakai yang mana lagi dong? Berikut kira-kira gambaran saya:
- Hal yang paling lazim adalah menggunakan pendapatan tahunan (misalnya bonus, THR atau uang cuti). Tapi hitunglah terlebih dahulu pengeluaran tahunan Anda dulu (misalnya zakat/sedekah hari raya/angpau/kado natal dan THRpembantu di rumah). Sisanya yang akan kita pakai untuk perhitungan ini.
- Jika masih kurang atau bahkan jika Anda tidak punya sisa pendapatan tahunan, maka kita harus coba menyisihkan pendapatan bulanan kita. Tentunya setelah dikurangi segala alokasi tetap dan kewajiban.
Masih belum cukup juga? Supaya cukup tentu ada beberapa cara, termasuk misalnya mengundur waktu perjalanan, mengurangi konsumsi rutin atau bahkan mencari pendapatan tambahan. Semua demi perencanaan liburan yang sudah ada
Jika Anda sudah punya sumber dananya, sekarang kita hitung cara mencukupi anggarannya. Misalnya A dengan pendapatan Rp 10 juta per bulan. Berikut adalah sejumlah skenario terhadap dana liburan A (anggaran saat ini Rp 10 juta):
Jika Anda sudah punya sumber dananya, sekarang kita hitung cara mencukupi anggarannya. Misalnya A dengan pendapatan Rp 10 juta per bulan. Berikut adalah sejumlah skenario terhadap dana liburan A (anggaran saat ini Rp 10 juta):
- Sisa pendapatan tahunan A ternyata lebih besar dari Rp 10 juta. Artinya setelah pendapatan tahunan itu diperoleh, A dapat menggunakannya secara langsung Tidak punya sisa pendapatan tahunan dan memiliki alokasi dana liburan Rp 1 juta per bulan. Setelah 10 bulan, anggaran liburan sudah terpenuhi.
- Tidak punya sisa pendapatan tahunan dan hanya memiliki alokasi dana liburan Rp 500 ribu per bulan. Jika ditabung biasa baru cukup setelah 20 bulan, tapi karena ada faktor inflasi 10% per tahun, sebaiknya menabung hingga 22-24 bulan untuk amannya.
Metode lain selain tabungan yang bisa saya perkenalkan adalah penggunaan instrumen investasi berisiko rendah macam Reksadana Pasar Uang ataupun deposito untuk jangka waktu maksimal 1 tahun ataupun Reksadana Pendapatan Tetap untuk jangka waktu 1-5 tahun.
Sebagai gambaran, dengan asumsi return 7% setahun menggunakan Reksadana Pasar Uang, supaya bisa cukup setahun untuk pengumpulan anggaran liburannya, Anda kira-kira perlu menyisihkan Rp 888 ribu setiap bulannya. Sementara jika Anda mengundur waktu eksekusi liburan menjadi 2 tahun, menggunakan Reksadana Pendapatan Tetap yang mempunyai asumsi return 10% per tahunnya, kira-kira Anda cukup mengalokasikan dana Rp 458 ribu per bulannya. Tentunya semua berpulang pada kebutuhan masing-masing.
Nilai yang dicontohkan di atas hanyalah gambaran dan dengan menggunakan suatu instrumen investasi tidak ada kepastian untuk mencapai nilai yang diharapkan. Tentunya tetap lebih baik sedikit meleset perhitungannya, misal ternyata tingkatreturn tidak setinggi yang diharapkan, ketimbang mengorbankan kondisi keuangan demi liburan dalam jangka waktu pendek yang bakal bikin sengsara dalam jangka waktu lebih lama, bukan? Selamat merencanakan kebutuhan dana liburan Anda dan nikmatilah perjalanan impian tanpa rasa bersalah!
No comments:
Post a Comment