be well,
Dwika
Dana Darurat - Menghitung Pengeluaran
So, menyambung posting sebelumnya soal dana darurat. Aturannya kan : minimal 6x pengeluaran sebulan kita.
Nah, berapakah pengeluaran kami sebulan?
Kweng kweeeeengggg...!
Susah rasanya memulai untuk mencari tahu yang satu ini. First of all, gue takut menghadapi kenyataan bahwa pengeluaran gue sebulan itu mahal, berlebihan, intinya takut aja. Apalagi, sebelum ini, gaji kami selalu dipisah. He and his money, me and mine. Urusan uang dia mau dipake buat apa, itu bukan urusan gue. Yang penting, tabungan Dana Darurat tetep lo transfer ke gue. That's it!
Tapi suatu hari akhirnya kami duduk bareng, dan menjabarkan pengeluaran kami, detail demi detail, ditulis di sebuah buku. Sambil ketawa miris, gue melihat fakta bahwa, uang pulsa gue, setara sama biaya ngopi gue sebulan, bahkan sama seperti biaya gue beli baju. Yang artinya, udah berlebihan.
Sejak itu gue menghentikan kebiasaan ngopi di cafe premium itu, kecuali kalo ada buy 1 get 1, atau emang duitnya lagi ada aja.
Dalam mengatur pengeluaran, kami memutuskan beberapa hal:
- Uang jajan per hari dijatah
- Ada uang khusus buat weekend, yang well..biasanya menghabiskan lebih dari 200ribu cuma sehari thok.
- Ada uang khusus angpao kawinan. Ini nih, yang jarang tapi mbludek pas kejadian.
- Ada tabungan khusus ke dokter. Untuk yang ini, karena gue lagi terapi hormon untuk berusaha hamil.
Setelah itu, mulai kebayang deh, berapa jumlah pengeluaran kami sebulan. Yang ternyata, oh ternyata..gue baru sadaaaaar! Bisa 3 kali lipat pengeluaran kami sewaktu single.
Ada begitu banyak perubahan setelah kami menikah, yang selama ini berusaha kami lupakan, biar nggak pusing. Kami anggep nggak begitu eksis, jadi kami tetep bisa kemana-mana, beli ini-itu, asik asik ngayal liburan ke luar negri dadakan..yang padahal bisa bikin kami bangkrut.
Setelah tau jumlah pengeluaran, dan di kali 6 untuk memenuhi minimum Dana Darurat, JDER! Pening lah kepala awak ni...
Itu buanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banget! Gak kebayang mesti ngumpulin berapa lama buat Dana Darurat thok. Bahkan ditambahin bonus, atau rapelan gaji pun rasanya masih lama.
Apa yang terjadi?
Nah, berapakah pengeluaran kami sebulan?
Kweng kweeeeengggg...!
Susah rasanya memulai untuk mencari tahu yang satu ini. First of all, gue takut menghadapi kenyataan bahwa pengeluaran gue sebulan itu mahal, berlebihan, intinya takut aja. Apalagi, sebelum ini, gaji kami selalu dipisah. He and his money, me and mine. Urusan uang dia mau dipake buat apa, itu bukan urusan gue. Yang penting, tabungan Dana Darurat tetep lo transfer ke gue. That's it!
Tapi suatu hari akhirnya kami duduk bareng, dan menjabarkan pengeluaran kami, detail demi detail, ditulis di sebuah buku. Sambil ketawa miris, gue melihat fakta bahwa, uang pulsa gue, setara sama biaya ngopi gue sebulan, bahkan sama seperti biaya gue beli baju. Yang artinya, udah berlebihan.
Sejak itu gue menghentikan kebiasaan ngopi di cafe premium itu, kecuali kalo ada buy 1 get 1, atau emang duitnya lagi ada aja.
Dalam mengatur pengeluaran, kami memutuskan beberapa hal:
- Uang jajan per hari dijatah
- Ada uang khusus buat weekend, yang well..biasanya menghabiskan lebih dari 200ribu cuma sehari thok.
- Ada uang khusus angpao kawinan. Ini nih, yang jarang tapi mbludek pas kejadian.
- Ada tabungan khusus ke dokter. Untuk yang ini, karena gue lagi terapi hormon untuk berusaha hamil.
Setelah itu, mulai kebayang deh, berapa jumlah pengeluaran kami sebulan. Yang ternyata, oh ternyata..gue baru sadaaaaar! Bisa 3 kali lipat pengeluaran kami sewaktu single.
Ada begitu banyak perubahan setelah kami menikah, yang selama ini berusaha kami lupakan, biar nggak pusing. Kami anggep nggak begitu eksis, jadi kami tetep bisa kemana-mana, beli ini-itu, asik asik ngayal liburan ke luar negri dadakan..yang padahal bisa bikin kami bangkrut.
Setelah tau jumlah pengeluaran, dan di kali 6 untuk memenuhi minimum Dana Darurat, JDER! Pening lah kepala awak ni...
Itu buanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banget! Gak kebayang mesti ngumpulin berapa lama buat Dana Darurat thok. Bahkan ditambahin bonus, atau rapelan gaji pun rasanya masih lama.
Apa yang terjadi?
No comments:
Post a Comment