be well,
Dwika
Manajemen Cash Flow, Ilmu yang Harus Dikuasai Pengusaha
Posted on July 27, 2011
Comment: 13 Comments
Setiap kali membaca berita di berbagai media tentang performa perusahaan, yang paling sering ditulis adalah angka-angka penjualan, rugi/laba, pangsa pasar. Angka-angka itu memang penting untuk menilai sebuah perusahaan. Tapi, di balik semua itu, ada yang tak kalah pentingnya yang disebut sebagai cash flow alias arus kas.
Setiap hari, pekan, bulan, ada uang yang masuk ke perusahaan baik dari hasil penjualan maupun sumber lainnya seperti pinjaman. Pada periode yang sama, ada uang yang dikeluarkan untuk membayar berbagai keperluan, seperti gaji, sewa gedung, operasional pabrik dan lainnya. Lalu lintas uang masuk dan keluar itulah arus kas. Untuk mendapatkan informasinya, perusahaan lalu membuat laporan arus kas (cash flow statement) yang menjadi bagian penting laporan keuangan perusahaan.
Dengan laporan arus kas itu, perusahaan bisa memprediksi arus kas di masa mendatang, apakah akan positif atau negatif. Jika positif, manajemen perusahaan akan bersuka ria. Jika negatif, manajemen harus banting tulang menambalnya.
Nah, laba perusahaan tidak menjamin lancar tidaknya arus kas. Bisa saja, neracanya biru, tapi arus kasnya merah. Bisa saja penjualannya melonjak, tapi arus kasnya masih defisit.
Saya kasih contoh sederhana. Sebuah perusahaan mendapatkan sebuah proyek senilai Rp 1 miliar untuk jangka waktu enam bulan dengan pola pembayaran 10% uang muka, 40% setelah proyek setengah jadi, 40% lagi setelah proyek selesai dan sisanya 10% dilunasi tiga bulan kemudian untuk jaminan support.
Pada prakteknya, uang muka 10% seringkali tidak cukup untuk memulai proyek itu. Bahkan, pada praktiknya, uang muka itu tidak segera cair. Manajemen harus memakai uang perusahaan untuk menjalanan proyek. Berarti mengurangi arus kas. Beruntunglah yang mendapatkan uang muka untuk proyeknya. Banyak proyek yang tidak memberikan uang muka (terutama proyek pemerintah), dan perusahaan harus membiayai sendiri. Ini berarti arus kas lebih banyak lagi yang keluar.
Jika uang di kas perusahaan tidak mencukupi untuk melaksanakan proyek, bisa-bisa perusahaan kena penalti, dan 40% pertama yang harusnya bisa ditagih tak bisa ditagih karena kemajuannya lambat.
Bayangkan sendiri, perusahaan bukan hanya mengelola satu proyek, tapi bisa dua, tiga, empat dan lebih.
Sepertinya perusahaan banyak mendapat proyek, tapi uang masuk ternyata lebih kecil dari pada yang keluar pada periode tertentu. Jika proyek berjalan lancar, dan pemberi proyek membayar dengan baik, maka arus kas perusahaan bagus. Namun, selama melaksanakan pekerjaan, arus kas bisa acak adul.
Untuk perusahaan yang sudah mapan, selalu banyak solusi untuk memecahkan masalah ini. Misalnya saja, mencari pendanaan awal untuk menggarap proyeknya. Namun, bagi pengusaha pemula, apalagi yang ukuran UKM, hal semacam ini nyaris mustahil. Pendanaan dari bank membutuhkan agunan dan laporan keuangan (dua hal yang seringkali tidak dimiliki UKM).
Tapi pendanaan bukan satu-satunya masalah arus kas. Masalah lain: piutang/tagihan tak lancar (dibayar mundur terus) dan tagihan macet (gagal bayar). Masalah lainnya lagi: ketakmampuan perusahaan menghemat pengeluaran. Perlu tulisan lain untuk membahas kedua hal itu.
Intinya, yang lebih menentukan hidup matinya perusahaan bukan angka penjualan dan rugi laba, melainkan arus kas.
Arus kas itu ibarat aliran darah dalam tubuh kita. Secara fisik, bisa saja kita kelihatan sehat. Tapi, jika pada saat tertentu aliran darah macet, tubuh kita akan pegal-pegal, yang jika dibiarkan akan berpotensi melebar ke mana-mana. Secara laporan keuangan, perusahaan bisa saja laba, tapi bisa saja pada periode tertentu arus kasnya negatif, yang jika dibiarkan akan mematikan perusahaan.
Maka, menjadi pengusaha bukan hanya mampu meningkatkan penjualan dan profitabilitas, tetapi juga melancarkan arus kas perusahaan. Apa boleh buat, Manajemen Cash Flow harus menjadi salah ilmu yang harus dikuasai pengusaha.
No comments:
Post a Comment