be well,
Dwika
Kenapa anda memilih hal-hal kecil untuk dikerjakan?
**forumwirausaha.blogspot.com
Malam itu kami berlima, saya, pak H. Ismail, pak H. Sholihin, pak H. Aziz dan pak Syukur menghadiri undangan pak H. Sugeng yang menikahkan anak pertamanya di Balai Prajurit Sudirman. Pak H. Sugeng, tetangga kami adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Beliau mempunyai banyak perusahaan, diantaranya adalah PT Haluan Utama. Namun kesuksesannya tidak membuatnya menjadi orang yang menjaga jarak dengan tetangga lain. Beliau sangat low profil. Salah satu sipatnya yang ingin saya tiru adalah rasa berbaginya yang tinngi. Ya semua karyawannya sudah diberi perumahan gratis dan diumrohkan. Tahun ini beliau memberangkatkan umroh 16 karyawannya.
Saya tidak ingin kesempatan yang langka ini berlalu begitu saja. Atau hanya diisi dengan pembicaraan yang tidak bermanfaat. Maka saya mencoba diskusi dengan pak H. Sholihin yang duduk tepat disamping saya,sang pengusaha watertreatmen. Siapa tahu akan diperoleh pelajaran yang bermanfaat.
“Pak Haji kenal dengan pak Ari wicaksono yang mempunyai perusahaan water treatmen.” Tanyaku membuka pembicaraan. “ ya saya kenal dia. Malah dulu saya teman kerja dengan dia.” Jawab pak H. Sholihin. “ Kemarin saya bertemu beliau. Orangnya masih muda, tetapi semangatnya untuk maju sangat tinggi sekali. Bahkan beliau kini sedang merintis pesantren wirausaha. Dan hebatnya lagi, beliau sedang menyiapkan pabrik air minum, yang nanti keuntungannya digunakan sebagai biaya operasional pesantren. Disamping itu perusahaan air minumnya nanti akan melibatkan para santri, sehingga ada tempat untuk praktik wira usaha.” Ceritaku kemudian. “ wah itu mudah pak teknologinya. Pak Muallif mau saya bikinkan pabrik semacam itu.” Jawab pak sholihin.
Akhirnya kami serius membicarakan masalah industry air minum dalam kemasan, hingga saya dikagetkan dengan ucapan pak H. Sholihin.
“ Pak, bicara bisnis ininya lain kali saja diteruskan. Malu dengan pak H. Ismail ( Pemilik rumah sakit Annisa). Bisnis ini gak ada nilainya. Gak ada apa-apanya” katanya.
Mendengar pernyataan demikian saya menjadi terdiam, ingin meresapi apa makna dibalik kata-kata itu. Namun tidak juga menemukan makna yang baik. Justru sebaliknya terlintas makna” Oh sombongnya orang ini”
Pernyataan itu terngian-ngiang terus ditelingaku, sampai aku menemukan arti yang baik dan tepat. Saya jadi teringat dengan kalimat yang ada di buku “ berpikir dan berjiwa besar” karya Dr. David J. Schwartz. Dalam buku itu beliau menulis yang menurut pemahaman saya sebagai berikut” yang membedakan si A dengan si B adalah cara berpikirnya. Si A berpikir 5 x lebih besar dari si B. karena itu dia pantas mendapatkan minimal 5 x lebih banyak dari si B”
Saya juga teringat akan pengalaman yang selama ini saya temui. Ternyata kesulitan yang ditemui ketika melakukan transaksi besar dan transaksi kecil adalah sama. Saya sering menemukan transaksi dengan nilai 10 juta dan 100 juta ternyata memerlukan waktu, tenaga dan pikiran tidak jauh berbeda. Bahkan terkadang nilai 100 juta lebih mudah didapatkannya dari pada 10 juta.
Namun kita sering melupakan kenyataan ini sehingga kita terjebak dengan kerja keras tetapi hasilnya tidak nampak-nampak. Kenapa kita suka terjebak melakukan hal-hal kecil? Karena kita mengira nilai kecil, kecil pula resikonya dan mudah mendapatkannya.
Betulkah demikian coba renungkan.
Begitulah manusia mereka kadang tidak mengetahui akan kebodohannya. Mereka menyangka kasus yang mereka alami itu sangat specific, sehingga ketika mereka menghadapi masalah lalu ada orang memberi nasehat, bukannya diterima dengan suka cita. Namun yang sering terjadi adalah prasangka buruk dan berkata dalam hati “kau tidak mengalaminya sih. Jadi enak saja kau bicara begitu. Coba jika kau berada diposisiku?”
Yah persis seperti prasangka saya kepada pak H. Sholihin. Kini saya sadar ternyata apa yang beliau katakan benar. Dan mengandung pelajaran yang cukup berharga. Maka pantas di usianya yang masih mudah beliau sudah menjadi orang yang sukses.
Ya. Kenapa anda memilih melakukan dan berpikir hal-hal yang keciL padahal anda orang besar, berpendidikan besar? Ingat waktu kita terbatas. Mari kita sibukkan dengan hal-hal yang akan membuat diri kita cepat besar dengan berpikir dan melakukan hal-hal yang besar. Dengan bermunculannya orang-orang besar seperti anda, Negara ini akan segera bangkit menjadi Negara besar. Tidak seperti sekarang ini.
Semoga bermanfaat.
See you in the top.
Malam itu kami berlima, saya, pak H. Ismail, pak H. Sholihin, pak H. Aziz dan pak Syukur menghadiri undangan pak H. Sugeng yang menikahkan anak pertamanya di Balai Prajurit Sudirman. Pak H. Sugeng, tetangga kami adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Beliau mempunyai banyak perusahaan, diantaranya adalah PT Haluan Utama. Namun kesuksesannya tidak membuatnya menjadi orang yang menjaga jarak dengan tetangga lain. Beliau sangat low profil. Salah satu sipatnya yang ingin saya tiru adalah rasa berbaginya yang tinngi. Ya semua karyawannya sudah diberi perumahan gratis dan diumrohkan. Tahun ini beliau memberangkatkan umroh 16 karyawannya.
Saya tidak ingin kesempatan yang langka ini berlalu begitu saja. Atau hanya diisi dengan pembicaraan yang tidak bermanfaat. Maka saya mencoba diskusi dengan pak H. Sholihin yang duduk tepat disamping saya,sang pengusaha watertreatmen. Siapa tahu akan diperoleh pelajaran yang bermanfaat.
“Pak Haji kenal dengan pak Ari wicaksono yang mempunyai perusahaan water treatmen.” Tanyaku membuka pembicaraan. “ ya saya kenal dia. Malah dulu saya teman kerja dengan dia.” Jawab pak H. Sholihin. “ Kemarin saya bertemu beliau. Orangnya masih muda, tetapi semangatnya untuk maju sangat tinggi sekali. Bahkan beliau kini sedang merintis pesantren wirausaha. Dan hebatnya lagi, beliau sedang menyiapkan pabrik air minum, yang nanti keuntungannya digunakan sebagai biaya operasional pesantren. Disamping itu perusahaan air minumnya nanti akan melibatkan para santri, sehingga ada tempat untuk praktik wira usaha.” Ceritaku kemudian. “ wah itu mudah pak teknologinya. Pak Muallif mau saya bikinkan pabrik semacam itu.” Jawab pak sholihin.
Akhirnya kami serius membicarakan masalah industry air minum dalam kemasan, hingga saya dikagetkan dengan ucapan pak H. Sholihin.
“ Pak, bicara bisnis ininya lain kali saja diteruskan. Malu dengan pak H. Ismail ( Pemilik rumah sakit Annisa). Bisnis ini gak ada nilainya. Gak ada apa-apanya” katanya.
Mendengar pernyataan demikian saya menjadi terdiam, ingin meresapi apa makna dibalik kata-kata itu. Namun tidak juga menemukan makna yang baik. Justru sebaliknya terlintas makna” Oh sombongnya orang ini”
Pernyataan itu terngian-ngiang terus ditelingaku, sampai aku menemukan arti yang baik dan tepat. Saya jadi teringat dengan kalimat yang ada di buku “ berpikir dan berjiwa besar” karya Dr. David J. Schwartz. Dalam buku itu beliau menulis yang menurut pemahaman saya sebagai berikut” yang membedakan si A dengan si B adalah cara berpikirnya. Si A berpikir 5 x lebih besar dari si B. karena itu dia pantas mendapatkan minimal 5 x lebih banyak dari si B”
Saya juga teringat akan pengalaman yang selama ini saya temui. Ternyata kesulitan yang ditemui ketika melakukan transaksi besar dan transaksi kecil adalah sama. Saya sering menemukan transaksi dengan nilai 10 juta dan 100 juta ternyata memerlukan waktu, tenaga dan pikiran tidak jauh berbeda. Bahkan terkadang nilai 100 juta lebih mudah didapatkannya dari pada 10 juta.
Namun kita sering melupakan kenyataan ini sehingga kita terjebak dengan kerja keras tetapi hasilnya tidak nampak-nampak. Kenapa kita suka terjebak melakukan hal-hal kecil? Karena kita mengira nilai kecil, kecil pula resikonya dan mudah mendapatkannya.
Betulkah demikian coba renungkan.
Begitulah manusia mereka kadang tidak mengetahui akan kebodohannya. Mereka menyangka kasus yang mereka alami itu sangat specific, sehingga ketika mereka menghadapi masalah lalu ada orang memberi nasehat, bukannya diterima dengan suka cita. Namun yang sering terjadi adalah prasangka buruk dan berkata dalam hati “kau tidak mengalaminya sih. Jadi enak saja kau bicara begitu. Coba jika kau berada diposisiku?”
Yah persis seperti prasangka saya kepada pak H. Sholihin. Kini saya sadar ternyata apa yang beliau katakan benar. Dan mengandung pelajaran yang cukup berharga. Maka pantas di usianya yang masih mudah beliau sudah menjadi orang yang sukses.
Ya. Kenapa anda memilih melakukan dan berpikir hal-hal yang keciL padahal anda orang besar, berpendidikan besar? Ingat waktu kita terbatas. Mari kita sibukkan dengan hal-hal yang akan membuat diri kita cepat besar dengan berpikir dan melakukan hal-hal yang besar. Dengan bermunculannya orang-orang besar seperti anda, Negara ini akan segera bangkit menjadi Negara besar. Tidak seperti sekarang ini.
Semoga bermanfaat.
See you in the top.
No comments:
Post a Comment