Search This Blog

Saturday, October 8, 2011

Memaafkan diri


Sudah meminta maaf, tapi tetap saja dipersalahkan, itu adalah cara orang untuk menyiksa diri Anda. Masalahnya ada di dia, bukan di diri Anda. Yang diluar kendali kita, tidak bisa dipaksa, tapi bisa diusahakan dengan mendekati dan meyakinkan dia. Jangan ikut ikutan menyiksa diri sendiri, stop menghakimi diri sendiri. 
be well,
Dwika


"Maafkan Diri Dulu Sebelum Memaafkan Orang Lain"

"Maafkan Diri Dulu Sebelum Memaafkan Orang Lain"
SmartEmotion Radiotalk, Bp Anthony Dio Martin, 25 August 2011
(Thanks to Pak Eka Wartana yang membuat rangkumannya untuk dibaca oleh Anda!)


Intermezo dulu:
Mbak Eka Dewi, salah satu host radio  SmartFM ber Ulang Tahun!!
Selamat Hari Ulang Tahun ya Mbak Eka Dewi, semoga sukses selalu dalam karir maupun kehidupan.

Pengantar:
Menjelang Lebaran, kita siap siap untuk saling memaafkan….maaf yang keluar dari hati, bukan hanya dari bibir saja……Ada kisah seorang bapak yang rajin bersilaturahmi, saling bermaaf maafan tapi tetap tidak merasakan kedamaian. Temannya berkata:”Mungkin itu karena kamu belum memaafkan dirimu sendiri?”

StanfordUniversitymengadakan studi terhadap 259 orang yang mengalami masalah dan hidup dalam stress berat melalui Stanford Forgiveness Project. Setelah mengalami terapi tentang teknik memaafkan diri selama 6 bulan, 70% dari mereka mengalami hidup yang lebih baik dan sehat daripada yang tidak mendapat terapi memaafkan. Orang akan menjadi lebih sehat ketika mulai memaafkan dirinya sendiri.

Ada contoh bagus dari film Eat, Love and Pray yang dibintangi oleh Julia Robertsdimana seorang tokoh prianya khusus datang ke India untuk mencari kedamaian hati dengan memaafkan dirinya. Dia tidak menemuinya, karena ‘kunci maaf’ itu berada ditempat yang sangat dekat, yaitu: didalam dirinya sendiri….bukan di India! (apalagi kalau nyarinya sampai ke Kolombia….;-))

Kisah lain dari Pak Martin, tentang seorang wanita sukses yang masih dihantui oleh perasaan bersalahnya. Cowok idamannya tidak direstui oleh ibunya. Cekcok diiringi dengan bentakan ke ibunya berakhir dengan meninggalnya sang ibu akibat shock dan stroke. Dia merasa telah ‘membunuh’ ibunya.
Toh, akhirnya dia tidak menikah dengan pria itu. Ibunya tidak setuju, tentunya untuk kebaikan dia sendiri. Ibunya mungkin sedang berbahagia di ‘sana’, sementara dia masih terkungkung dengan ‘penjara’ dirinya.

Situasi masa lalu yang membuat kita sulit untuk memaafkan diri sendiri:
1.    Kegagalan dimasa lalu. Misalnya, mengalami kegagalan pernikahan, gagal berprestasi, kehilangan kesempatan yang hanya sekali seumur hidup.
2.    Pernah menyakiti orang lain. Misalnya, dengan sengaja memutuskan hubungan dengan orang lain (pacar) yang membuat orang lain sakit hati.
3.    Tindakan yang melukai orang lain. Misalnya: suka berjudi, mabuk mabukan, yang secara tidak langsung melukai dan mengganggu orang lain. (tidak sadar akan tindakannya waktu itu)
4.    Merasa harus melakukan sesuatu tapi tidak dilakukannya. Misalnya, seharusnya mengunjungi orang tua yang sedang sakit, tidak dilakukannya sampai orang tuanya meninggal.

Perbedaan antara no. 2 dan 3: yang no. 2 dilakukan dengan sengaja, sedangkan yang no. 3 tanpa disadarinya, kelakuannya sudah menyakiti orang lain.

Mekanisme Psikologi Menyiksa Diri (MPMD), merupakan unsur penting untuk memaafkan diri sendiri. Mekanismenya: kejadian dimasa lalu yang menimbulkan self critism (kritik diri) dari didalam bagian bagian dirinya, misalnya: “Kamu seharusnya….”, “Gara gara kamu ……” yang diperparah dengan adanya rasa bersalah, jijik, kesal. Orang menjadi cenderung untuk menghidupkan kembali ‘film’ kejadian masa lalu itu.  

Mitos yang salah:
1.    Bisa menebus kesalahan dengan memikirkannya terus menerus.
2.    Pembuktian bahwa dia masih mencintainya, dengan memikirkannya. Misalnya, memikirkan bayi yang diaborsi disaat pacaran, masih tersimpan rasa sayangnya kepada si bayi (yang sudah tiada).
3.    “Inilah hukuman buat saya”.
4.    Saya akan mengalami kembali hal yang sama dimasa depan. Merasa yakin dia akan mengalami masalah lagi akibat kesalahan yang terjadi dimasa lalu.

Kita ini manusia biasa yang bisa berbuat salah dan tidak luput dari dosa. Stoplah menghukum diri terus menerus. Situasi waktu itu memaksa kita untuk melakukan kesalahan, karena tidak ada opsi lain…..Stop semuanya, hiduplah lebih bebas dan merdeka!

Janganlah kita terus menerus menghukum diri kita dengan tidak memaafkan. Beban yang paling berat dengan tidak memaafkan adalah beban emosional. Misalnya: beban emosional akibat diperkosa pacar, beban emosional akibat tindakan turut menjarah dan membakar gedung dimana orang orang didalamnya terbakar…..teriakan teriakan para korban masih terngiang ditelnganya, yang muncul terus dalam bayangan. Akibat paling buruk: terus menerus menghukum diri sendiri.

Untuk self healing dan untuk menolong orang lain, ada training :
Hypnotherapy 

Diskusi telpon/ sms.
Beda penyembuhan dengan kesadaran dan dengan hipnoterapi. ADM:hipnoterapi bukan satu satunya solusi. Ada problem dialam bawah sadar. Ada orang yang diputus oleh pacarnya, secara sadar dia sudah memaafkan pacarnya, tapi ada dorongan untuk selalu ingin melukai orang lain. Dia masih menyimpan kemarahan dan kebenciannya, tanpa disadarinya. Balas dendamnya diwujudkan dengan mempermainkan wanita wanita lain….dipacari, lalu ditinggalkan. Dia sendiri tidak menikah. Seringkali kita tidak bisa menolong diri sendiri. Kita memerlukan orang lain untuk menolong kita. (Bp Dicky Budianto, Bandung).

Sudah memaafkan, tapi ingat terus. Dikecewakan teman. Secara sadar kita sudah memaafkan tapi bawah sadar kita masih memendam perasaan kecewa. (Bu Agustin, Klaten).
Disakiti teman kantor. Tahu harus memaafkan, tapi apakah harus pindah kerja untuk menjauhi dia? ADM: Pindah kemanapun, masalahnya masih terbawa didalam pikiran. Masalahnya bukan hanya memaafkannya, tapi perlu dibicarakan dengan dia dengan asertif, bagaimana dia sudah menyiksa Anda. Terapkan metode 3 ‘S’Saat kamu ……, Saya merasa……Saya ingin kamu……” (Bu Sarah, Medan)

Perbaiki kesalahan terhadap ibu. Tidak bisa mewujudkan cita cita yang diharapkan ibu. Memperbaiki kesalahan dengan memberi motivasi ke anak, untuk ‘menebus’ kesalahan ayah terhadap nenek mereka, dengan menyelesaikan studinya.ADM: Good job! Contoh yang baik dimana kesalahan bukan hanya diikuti penyesalan terus menerus, tapi juga tindakan untuk memperbaiki kesalahan. (Bp Herman, Jkt).

Dipojokkan terus. Sudah meminta maaf, tapi tetap saja dipersalahkan. ADM: itu cara orang untuk menyiksa diri kita. Masalahnya ada di dia, bukan di diri Anda. Yang diluar kendali kita, tidak bisa dipaksa, tapi bisa diusahakan dengan mendekati dan meyakinkan dia. Jangan ikut ikutan menyiksa diri sendiri, stop menghakimi diri sendiri. Control apa yang bisa dikontrol. (Bu Indri).

Pikiran tidak mungkin melupakan. Problemnya, kita bisa memaafkan secara pikiran (sadar), tapi tidak demikian secara bawah sadar? Ada bagian hati kecil yang belum bisa membebaskan. Kita butuh untuk melihatnya dari bingkai yang berbeda: apa manfaatnya (ini tidaklah mudah, mungkin dibutuhkan bantuan, jasa orang lain).Coba niatkan dari dalam diri sendiri setiap malam, melalui pikiran bawah sadar…..tekankan bahwa hal itu toh sudah terjadi, bebaskan dia dan diri sendiri.

Tips Memaafkan Diri.
Pelajari, sepakati, niati dulu untuk memberi ijin kepada diri sendiri untuk sembuh. Filosofinya, kesalahan dimasa lalu yang membebani diri, bukan hanya menyiksa diri sendiri, tapi juga menyiksa orang lain!

Langkah Langkah memaafkan diri:
1.    Stop it and enough! Sudahlah, toh hal itu sudah terjadi. (Let’bygones be bygones…tapi jangan minum Baigon ya….! ;-)), yang telah berlalu, biarkanlah berlalu….)
2.    Learn to love yourself (again). Sayangilah diri sendiri. Meskipun pernah salah, berbuat bodoh, lihatlah situasi sekarang. Orang lain belum tentu masih ingat dan masih marah kepada kita.
3.    Stop your suffering thought !. Hentikan pikiran yang membuat diri menderita, misalnya merasa bisa menebus kesalahan dengan mengingatrnya terus.
4.    Repay positively! Bayarlah secara positif, pikirkan sesuatu untuk membayar kesalahan dimasa lalu. Misalnya, pemabok yang menabrak bocah sampai meninggal bisa member nafkah kepada keluarga bocah itu. (seperti yang dilakukan Pak Herman yang memotivasi anaknya dan membiayainya hingga lulus S2)

Dengan ke empat langkah itu, kita bisa hidup lebih bebas! Mari kita memaaafkan orang lain tapi juga memaafkan diri kita sendiri.

Komentar Iseng:
·       Selain dari maaf-memaafkan, kiranya perlu dicari penyebab kesalahan itu sendiri,,,,,dan berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa depan? (adakah pikiran: “Gak apa buat salah, toh nanti ada waktu ber maaf-maaf an….)
·       Kalau terlalu mudah mendapatkan, biasanya terlalu mudah mengeluarkannya? Misalnya orang yang mendapatkan uang “panas” hasil korupsi, akan mudah menghabiskannya….Nah, kalau terlalu mudah memaafkan diri sendiri, apakah tidak membuka pintu pengulangan kesalahan….? (“Toh nanti bisa kumaafkan lagi diriku…, wong maafnya gak minta ke orang lain kok….”.)

No comments:

Post a Comment