Search This Blog

Saturday, October 29, 2011

Tumpahkan waktu untuk keluarga.

Tumpahkan waktu keluarga sebesar-besarnya untuk keluarga.
be well,
Dwika



Melihat kartun di bawah ini, saya langsung teringat dengan celetukan Lala (6 tahun) beberapa waktu lalu. “Istri ayah Blackberry ya?”
Saya hanya bisa tersenyum kecut mendapat teguran seperti itu. Tak bisa menjawab apapun. Yang ditanyakan Lala sungguh benar. Boleh dibilang, saya tidak bisa lepas dari mobile gadget.  Setiap saat mengecek dan mengupdate Twitter, Facebook, Koprol, Plurk. Membaca dan menjawab  email, baik itu urusan kantor maupun pribadi, lebih sering via smartphone  ketimbang laptop.
twitteraddict
Bangun tidur, yang dicari pertama kali adalah smartphone. Buang hajat, tenteng telpon cerdas juga dan berlama-lama di kamar kecil. Perjalanan menuju kantor tak bisa lepas dari alat komunikasi tersebut. Di kantor, fungsi telponnya saja saja yang saya pakai, fungsi bermedia-sosial diambil-alih oleh laptop. Celakanya, perjalanan pulang ke rumah, bahkan sampai di rumah, saya tidak bisa lepas dari alat satu ini.
Tanpa sadar, saya seperi memiliki anak baru di rumah. Celakanya, anak baru ini jauh lebih saya manjakan dibanding anak yang sesungguhnya. Celetukan Lala bahkan membuktikan bahwa saya lebih sayang Blackberry ketimbang istri.
Saya tahu, ini bukan hanya terjadi pada saya sendiri, tetapi juga banyak orang, yang menggunakan telpon cerdas (apapun jenisnya — iPhone, Blackberry, Nexia, Nokia dan lainnya) dipadukan dengan media sosial, entah Twitter, Facebook, maupun lainnya. Coba perhatikan di mal-mal, dengan mudah kita menemukan orang yang sambil jalan atau naik elevator pun masih beraktivitas dengan telpon cerdasnya.
Tak bisa disangkal, telpon cerdas plus media sosial memang mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Dalam beberapa kasus, ini bisa menimbulkan keretakan rumah tangga karena kurangnya perhatian terhadap pasangan, atau peluang munculnya teman dekat baru.
Gabungan telepon cerdas dengan media sosial menghadirkan banyak peluang baru untuk bersosialisasi dan berbisnis, yang dapat meningkatkan taraf hidup kita. Namun pada sisi lain, bisa menurunkan taraf hidup berkeluarga. Kemesraan berkomunikasi dengan anak-anak, terutama yang di bawah umur dan belum memegang telpon cerdas, sudah pasti tergerus. Demikian pula dengan pasangan hidup kita di rumah.
Akal sehat mengatakan, batasi penggunaan media sosial di rumah. Tumpahkan waktu keluarga sebesar-besarnya untuk keluarga.
Hmm.. mudah diucapkan.
Sangat menantang untuk dipraktekkan.
Ada gagasan lain teman?
Author: "Nukman Luthfie"

No comments:

Post a Comment