be well,
Dwika
Kehidupan yang besar selalu dimulai dari impian yang besar
**forumwirausaha.blogspot.com
“ Saya juga ingin kaya dan sukses. Tetapi bagaimana caranya. Saya ini ibarat orang yang berada dilumpur hidup. Saya ingin keluar tapi tidak tahu harus bagaimana. Bergerak ee malah tenggelam” begitu kira-kira jawaban orang ketika ditanya kenapa kok kelihatannya karier dan pendapatan diam ditempat,
Saya jadi teringat ketika pertama kali ke Jakarta setelah lulus kuliah. Puluhan surat lamaran telah disebar namun sudah 3 bulan lewat belum ada juga surat panggilan yang datang. Ada juga panggilan tes namun tidak lulus. Selama 3 bulan itu saya numpang ditempat kakak saya. Ya walaupun saudara namun perasaanku tidak enak. Bagaimana tidak, seorang sarjana namun kebutuhan sehari-harinya disubsidi oleh kakak yang hanya lulus SMA. Rasanya malu sekali. Tetapi bagaimana? Saya harus bagaimana? Bukankah saya tidak tinggal diam. Begitulah kira-kira, hati ini ingin segera terlepas dari ketergantungan dan beban orang lain. Tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Satu-satunya yang saya tahu adalah melamar pekerjaan dan menunggu jawaban. Hanya itu. Lumpur hidup telah mengurungku.
Tetapi makin lama perasaan saya tidak kuat menahan rasa malu dalam hati. Akhirnya ketika motor kakak ada dirumah, saya membawanya keluar.”Saya akan jadi tukang ojek. Yah kerjaan apapaun tidak masalah”. Kakatu dalam hati. Tidak berapa lama mangkal ada seseorang datang. “ Ojek dik. Tolong antarin keluar ya” kata laki-laki setengah baya itu. “Baik pak” kataku agak gugup, maklum baru kali ini saya menjadi tukang ojek.
Namun apa yang terjadi kawan, ketika penumpang sudah naik tetapi motor tidak bisa jalan. Sudah saya coba menarik gas sekencang-kencangnya namun motor tetap saja diam ditempat. “ Maaf pak, coba turun dulu” kataku agak gugup. Penumpang turun, lalu motor saya jalankan. Motor bisa berjalan dengan lancar. “Silahkan pak” kakatu kemudian. Namun ketika penumpang naik lagi, motor tidak mau jalan lagi. “ya Allah kenapa jadi begini. Mau keluar dari ketergantungan orang lain saja sulitnya bukan main.” Kakatku dalam hati. “ Maaf pak, kelihatannya motornya tidak mau diajak cari duit. Silahkan cari yang lain saja” Kataku sambil menunduk malu, lalu pulang dengan tangan hampa. ( eh mungkin itu malaikat kali ya, yang tidak menghendaki saya jadi tukang ojek. Apa jadinya jika waktu itu saya berhasil jadi tukang ojek. karena setelah kejadian itu saya mendapat pekerjaan dan mengantarkan saya seperti sekarang ini)
Ya, begitulah kawan. Sulitnya keluar dari jeratan masalah. Saat itu hanya itu yang aku tahu. Melamar pekerjaan dan menjadi tukang ojek. Namun dua-duanya gagal. Saat itu saya tidak mengenal dan tidak terpikir cara lain kecuali itu. Dagang?. Belum terlintas sama sekali. Tetapi kalau toh terlintas mau jualan apa? Tetapi apa saya sanggup menahan rasa malu? waktu itu mindset yang ada hanya cari kerja, karena belum punya modal. Padahal ketika masih kuliah sudah berkeinginan usaha. Dan pernah dimarahin seseorang ketika mau usaha tetapi tidak jadi karena alasan tidak punya modal.
Sampai sekarangpun saya masih merasakan seperti berada dilumpur hidup. Saya ingin lebih sukses dan lebih kaya lagi. Tetapi mau bergerak rasanya sulit. Banyak cara yang telah saya lakukan untuk keluar dari Lumpur hidup itu, mulai dari banyak membaca buku, mengikuti seminar, bergabung dengan master mind, tetapi rasanya langkahku belum optimal. Rasanya jalanku masih lambat sementara perjalanku menuju impianku masih jauh terbentang.
Sanggupkah aku sampai di terminal impianku, mempunyai perusahaan dengan asset dan omzet lebit dari 100 milyar, mempunyai pondok pesantren, menjadi inspirator bisnis muslim dan menulis buku best seller.
Saya merasa bersyukur kesadaran diri untuk terus maju, tidak mengenal lelah dan pantang menyerah, masih terus bergemuruh didadaku. Mungkin semuanya perlu proses dan waktu. Yah yang penting saya masih menggegam impianku dengan erat. Saya masih bersemangat untuk meraihnya. Tidak peduli rintangan yang akan saya temui. Tidak peduli lumpur hidup baru akan mengurungku. Aku harus tetap mengejar impianku.
Semoga semuanya bisa terwujud sebelum kematian datang. “Ya Allah, bukannya aku tidak mensyukuri nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan kepadaku. Jika semua ini hanya untuk saya, itu semua sudah lebih dari cukup ya Allah. Tetapi saya ingin hidup bukan hanya untuk saya dan keluarga saya. Saya ingin menjadi orang bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia. Saya ingin memenuhi panggilan RosulMu. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.. Kami berharap Engkau mengabulkannya. Engkau masukkan kami kedalam golongannya orang-orang mulia disisiMu.”
“ Saya juga ingin kaya dan sukses. Tetapi bagaimana caranya. Saya ini ibarat orang yang berada dilumpur hidup. Saya ingin keluar tapi tidak tahu harus bagaimana. Bergerak ee malah tenggelam” begitu kira-kira jawaban orang ketika ditanya kenapa kok kelihatannya karier dan pendapatan diam ditempat,
Saya jadi teringat ketika pertama kali ke Jakarta setelah lulus kuliah. Puluhan surat lamaran telah disebar namun sudah 3 bulan lewat belum ada juga surat panggilan yang datang. Ada juga panggilan tes namun tidak lulus. Selama 3 bulan itu saya numpang ditempat kakak saya. Ya walaupun saudara namun perasaanku tidak enak. Bagaimana tidak, seorang sarjana namun kebutuhan sehari-harinya disubsidi oleh kakak yang hanya lulus SMA. Rasanya malu sekali. Tetapi bagaimana? Saya harus bagaimana? Bukankah saya tidak tinggal diam. Begitulah kira-kira, hati ini ingin segera terlepas dari ketergantungan dan beban orang lain. Tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Satu-satunya yang saya tahu adalah melamar pekerjaan dan menunggu jawaban. Hanya itu. Lumpur hidup telah mengurungku.
Tetapi makin lama perasaan saya tidak kuat menahan rasa malu dalam hati. Akhirnya ketika motor kakak ada dirumah, saya membawanya keluar.”Saya akan jadi tukang ojek. Yah kerjaan apapaun tidak masalah”. Kakatu dalam hati. Tidak berapa lama mangkal ada seseorang datang. “ Ojek dik. Tolong antarin keluar ya” kata laki-laki setengah baya itu. “Baik pak” kataku agak gugup, maklum baru kali ini saya menjadi tukang ojek.
Namun apa yang terjadi kawan, ketika penumpang sudah naik tetapi motor tidak bisa jalan. Sudah saya coba menarik gas sekencang-kencangnya namun motor tetap saja diam ditempat. “ Maaf pak, coba turun dulu” kataku agak gugup. Penumpang turun, lalu motor saya jalankan. Motor bisa berjalan dengan lancar. “Silahkan pak” kakatu kemudian. Namun ketika penumpang naik lagi, motor tidak mau jalan lagi. “ya Allah kenapa jadi begini. Mau keluar dari ketergantungan orang lain saja sulitnya bukan main.” Kakatku dalam hati. “ Maaf pak, kelihatannya motornya tidak mau diajak cari duit. Silahkan cari yang lain saja” Kataku sambil menunduk malu, lalu pulang dengan tangan hampa. ( eh mungkin itu malaikat kali ya, yang tidak menghendaki saya jadi tukang ojek. Apa jadinya jika waktu itu saya berhasil jadi tukang ojek. karena setelah kejadian itu saya mendapat pekerjaan dan mengantarkan saya seperti sekarang ini)
Ya, begitulah kawan. Sulitnya keluar dari jeratan masalah. Saat itu hanya itu yang aku tahu. Melamar pekerjaan dan menjadi tukang ojek. Namun dua-duanya gagal. Saat itu saya tidak mengenal dan tidak terpikir cara lain kecuali itu. Dagang?. Belum terlintas sama sekali. Tetapi kalau toh terlintas mau jualan apa? Tetapi apa saya sanggup menahan rasa malu? waktu itu mindset yang ada hanya cari kerja, karena belum punya modal. Padahal ketika masih kuliah sudah berkeinginan usaha. Dan pernah dimarahin seseorang ketika mau usaha tetapi tidak jadi karena alasan tidak punya modal.
Sampai sekarangpun saya masih merasakan seperti berada dilumpur hidup. Saya ingin lebih sukses dan lebih kaya lagi. Tetapi mau bergerak rasanya sulit. Banyak cara yang telah saya lakukan untuk keluar dari Lumpur hidup itu, mulai dari banyak membaca buku, mengikuti seminar, bergabung dengan master mind, tetapi rasanya langkahku belum optimal. Rasanya jalanku masih lambat sementara perjalanku menuju impianku masih jauh terbentang.
Sanggupkah aku sampai di terminal impianku, mempunyai perusahaan dengan asset dan omzet lebit dari 100 milyar, mempunyai pondok pesantren, menjadi inspirator bisnis muslim dan menulis buku best seller.
Saya merasa bersyukur kesadaran diri untuk terus maju, tidak mengenal lelah dan pantang menyerah, masih terus bergemuruh didadaku. Mungkin semuanya perlu proses dan waktu. Yah yang penting saya masih menggegam impianku dengan erat. Saya masih bersemangat untuk meraihnya. Tidak peduli rintangan yang akan saya temui. Tidak peduli lumpur hidup baru akan mengurungku. Aku harus tetap mengejar impianku.
Semoga semuanya bisa terwujud sebelum kematian datang. “Ya Allah, bukannya aku tidak mensyukuri nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan kepadaku. Jika semua ini hanya untuk saya, itu semua sudah lebih dari cukup ya Allah. Tetapi saya ingin hidup bukan hanya untuk saya dan keluarga saya. Saya ingin menjadi orang bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia. Saya ingin memenuhi panggilan RosulMu. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.. Kami berharap Engkau mengabulkannya. Engkau masukkan kami kedalam golongannya orang-orang mulia disisiMu.”
No comments:
Post a Comment