Search This Blog

Saturday, October 29, 2011

Microblogging

Hadirnya microblogging seperti Twitter dan jejaring sosial seperti Facebook, dituduh sebagai penyebab utama melorotnya minat menulis blog. 
be well,
Dwika



**"Nukman Luthfie"
Para narablog (blogger) yang tiga tahun lalu begitu rajinnya menulis blog, saya perhatikan, perlahan mulai menurun frekwensi ngeblognya. Sebagian malah berhenti sama sekali. Pada saat yang sama, mereka begitu rajinya berceloteh di Twitter dengan 140 karakternya atau update status di Facebook. Hanya segelintir narablog yang saya kenal, yang masih bertahan dengan kegigihannnya menulis blog, seperti Roni Yuzirman, Yodhia Antariksa, Paman Tyo,  Blontank Poer, Sitta Karina,  Bukik , Okto Silaban, Pitra, Mbelgedez dan Karmin Winarta.
Bukan hanya narablog yang semakin jarang ngeblog. Mereka juga kian jarang blog-walking (membaca blog teman-temannya dan meninggalkan jejaknya di sana dengan sepotong dua potong komentar).
Hadirnya microblogging seperti Twitter dan jejaring sosial seperti Facebook, dituduh sebagai penyebab utama melorotnya minat menulis blog.  Narablog makin jarang ngeblog tapi aktif di Twitter dan Facebook. Mereka yang biasa blog-walking kini lebih cerewet di Twitter dan Facebook, makin jarang meninggalkan komentar di blog. Mereka sepertinya lebih suka berkomentar di jejaring sosial.
Blog pun semakin sepi komentar.  Blog tanpa komentar, bagi banyak narablog, bagaikan cinta bertepuk sebelah tangan. Ini, antara lain yang membuat narablog kian malas menulis blog.
Tentu social media bukan satu-satunya alasan. Kesibukan, kehilangan sumber ide tulisan, dan kehilangan mood menulis termasuk alasan yang disebut saat saya ajukan pertanyaan di Twitter mengapa mereka kini jarang ngeblog. Saya pun termasuk yang semakin jarang menulis blog, tapi kini perlahan masuk ke jalur yang benar lagi :) .

Bagaimana menyalakan kembali api menulis blog?

1. Hayati lagi, apa alasan kita memulai ngeblog.
Saran bijak kepada pasangan suami istri yang mau bercerai adalah dengan pertanyaan: “coba ingat-ingat, apa yang membuat kalian berdua bersatu menjadi suami istri?”  Jika jawabannya adalah cinta, maka membuka komukasi yang macet akan lebih mudah.
Saya pun mulai ngeblog karena cinta menulis. Saya tetap cinta menulis sampai hari ini. Hanya kesibukan yang amat sangat, termasuk membangun bisnis baru Musikkamu.com, yang membuat frekwensi menulis blog merosot drastis. Kini cinta itu saya gali lagi. Berhasil. Tulisan blog mulai mengalir lagi, baik yang personal di sini, maupun yang korporat di Virtual Consulting.

2. Tetapkan target frekwensi menulis blog.
Saya sangat suka ketika Yodhia Antariksa mengawali blognya langsung memuat pernyataan akan menulis posting blog baru setiap Senin dan Kamis. Dan ahli manajemen sumber daya manusia ini konsisten dengan pernyataannya. Saya sangat suka blog Strategi Manajemen yang ditulis renyah padat dan up to date itu.
Saya juga angkat topi dengan Jamil Azzaini, yang bertekad menulis blog setiap hari di blognya yang baru dirilis beberapa bulan lalu. Setiap hari? Ya. Setiap hari. Selama ini inspirator Sukses Mulia itu konsisten dengan komitmennya. Semoga terus bertahan.
Saya sendiri cukup sepekan sekali menulis blog.

3. Being found itu penting.
Saya aktif di hampir semua jejaring sosial. Rajin ngetweet. Masih semangat di Facebook. Kini sedang berhasrat dengan Google+.  Tapi saya sadar, meski enak bercakap-cakap, bercengkerama, dan bersosialisasi di sosial media, namun media ini memiliki kekurangan yang fatal: tak terarsip dengan baik dan ide kita terpecah-pecah dalam karakter terbatas sehingga berpotensi disalahpahami . Meski kultwit ampuh, tak banyak yang suka membaca tweet kita satu per satu. Dan kultwit itu akan “hilang dan sulit dicari”.
Blog memiliki kelebihan itu. Tulisan bisa sepanjang apapun yang kita mau sehingga teks dan konteks melebur dengan baik, memudahkan pembaca memahami tulisan. Dan yang tak kalah pentingnya, tulisan itu terarsip dengan baik di blog, dan mudah ditemukan di Google.
Author: "Nukman Luthfie"

No comments:

Post a Comment