Tempatkan semua kejadian hidup Anda sebagai berkah. Setiap hari adalah
hadiah, miskin maupun kaya, sakit ataupun sehat, rugi ataupun untung,
tua ataupun mati. Yang ada hanyalah syukur Anda, karena segala sesuatu
dalam hidup jadi hadiah. Jika hari ini hidup Anda tidak dikuasai oleh
keserakahan, maka kebesaran hati sudah menjadi milik anda.
be well,
Dwika - Managing Consultant
==============================
Silence Is The Leaders Strength
Penulis : harry uncommon
Salam mulia,
Bagaimana memperkuat hati di dalam? Ada trainer bertanya, "bagaimana
mengelola kalbu?" Bagaimana menemukan cinta? Jawaban langsungnya
ternyata dengan "silent" (adjective: berdiam diri) ungkap Mother
Theresa yang telah mengerti banyak tentang makna hidup.. Hening,
berdiam diri adalah jalan menuju ke doa. Doa jalan menuju kepada iman.
Iman jalan menuju cinta. Cinta adalah jalan menuju pelayanan. Pelayanan
jalan menuju kedamaian. Dan cinta adalah kekuatan hakiki nan abadi.
Cinta itu kemudian melahirkan kebahagiaan hati, merasa damai. Berdiam
diri bagi pemimpin adalah kekuatan.
"Tengoklah kedalam" potongan syair Ebiet G. Ade tsb. cocok
menggambarkan, ada kekayaan yang sudah lama kita tinggalkan. Dengan
menengok kedalam, terang hati akan memancar dengan hebat, semakin keras
dan semakin terang. Begitu "terangnya" terpancar, gairah cinta itu akan
menjalar ke seluruh pikiran dan rasa. Begitu pikiran dan rasa
tersentuh, seluruh tubuh tergerak. Ia akan menggerakkan moralitas dan
karakter. Hanya berhenti sampai membicarakan tentang kejujuran di ruang
meeting menjadi pilihan yang buruk. Menjadi jujur, itulah upah dari
terang. Ketika terang hati menjelma menjadi sebuah kekayaan moral,
orang di sekitar akan melihat terang itu, mereka dapat merasakannya.
Mengapa?
Mereka melihat ”walk the talk” berjalan di hidup anda. Anda kini telah
melakukan apa yang sering anda bicarakan, yaitu kejujuran. Apa yang
akan terjadi jika anda berubah? Inilah ekspresi-ekspresi awal dari
orang terdekat anda, ”Tumben, jujur banget bos kita..? Gak salah nih
bos..? Serius bos? Besok lagi ya bos..he..he..!” Terang itu begitu
kasat mata. Pemimpin yang baik, akan nampak oleh anak-anak buahnya.
Pemimpin yang jahat juga lebih kelihatan. Keheningan menyelamatkan kita.
Bukan moral & pikiran saja yang dibebaskan, tubuh juga dimerdekakan
dari perbudakan kegelapan. Tubuh juga siap melakukan
perubahan-perubahan. Tubuh akan kini ikhlas untuk menderita dan
menerima ketidaknikmatan. Yang tersulit dari perubahan itu adalah
mengajari tubuh. Ia maunya nikmat terus, senang terus, enak terus,
kenyang terus. Gairah terang hati yang kini telah menjalari tubuh
jasmani itulah, yang akan menutupi sensor-sensor kesenangan dan
kenikmatan. Sensornya diganti. Sensor derita dan pengorbanan kini
menguasai tubuh. Jika tubuh sudah dalam kendali sensor baru ini,
kesakitan, kelaparan, deraan, pukulan bahkan pancungan kepala tidak
akan ditakuti lagi oleh tubuh.
Jika dalam bertinju, otak akan mengeluarkan sensasinya. Dengan
keagungan Tuhan, sang otak yang mengendalikan tubuh kita, mengeluarkan
hormon endorphin. Tubuh petinju tak akan terasa sakit di-uppercut oleh
lawan, juga di berondong jab juga tahan. Tulang rusuk yang patah tak
terasakan. Itulah sensasi sensor otak yang sudah diubahkan. Tubuh sudah
dikendalikan oleh sensasi otak. Otak mengambil alih fungsi tubuh. Tubuh
tinggallah hanya tulang, daging, kulit dan selulit. Tubuh merasakan
derita tetapi tidak sedahsyat sebelumnya. Itulah mengapa Panglima
Sudirman mampu bertahan gerilya keluar masuk hutan gelap dengan derita
sakit paru-parunya yang gawat dan dahsyat ketika itu. Tubuhnya tidak
lagi merasakan sakit. Masuklah kedalam, anda akan menemukan kekuatan
hati. Kekuatan diri. Orang menyebutnya work with passion.
Mahatma Gandhi mampu bertahan dalam siksaan fisik berupa tendangan
sepatu lancip sipir penjara serta sering puasa tanpa makan sepanjang
hidupnya. Sampai akhirnya, ia menyaksikan dengan mata kepalanya
sendiri, dirinya ditembak oleh warganya sendiri.
Jika hari ini anda merasa tertekan & malu karena belum bisa naik
mobil BMW ke kantor padahal anda seorang direktur, itu masih belum
apa-apa dibandingkan derita tubuh sepanjang hidup Panglima Sudirman dan
Mahatma Gandhi. Hanya jika terang hati menguasai tubuh dan rasa, maka
segala derita menjadi seperti ke titik zero. Masih ingat orang pajak
yang ke kantor naik motor, meski sesungguhnya ia bisa menerima suap
sebuah BMW baru. Ingat kepala sekolah SMA yang menyapu sekolahnya
setiap hari meski ia bisa memberi perintah saja kepada tukang sapu
sekolah. Ingat seorang janda yang jualan pisang goreng keliling
berjalan kaki hingga sakit asma berat hanya karena tanggung-jawabnya
untuk menyekolahkan anaknya sampai lulus di UGM. Ingatkah perjuangan
keras Andrie Wongso dari Malang, yang tidak pernah lulus SD, harus
berjualan kue yang dibuat ibunya sendiri, selagi teman-temannya pergi
ke sekolah.
Kahlil Gibran dan Jallaludin Rumi adalah tokoh-tokoh lainnya diluar
sana yang berhasil menempatkan semua kejadian hidup sebagai berkah.
Tidak ada masalah, apalagi musibah. Setiap hari adalah hadiah, miskin
maupun kaya, sakit ataupun sehat, rugi ataupun untung, tua ataupun
mati. Mereka menjalani hidup dengan berjalan diatas pikiran mereka.
Pikiran tidak mendikte dan mencengkeram mereka. Ego lenyap. Yang ada
hanyalah syukur karena segala sesuatu dalam hidup jadi hadiah.
Jika hari ini hidup anda tidak dikuasai oleh keserakahan, maka
kebesaran hati sudah menjadi milik anda. Penuturan Peter F. Drucker:
“Kita hidup di era peluang yang tak terduga, kesempatan begitu banyak.
Jika memiliki ambisi, cerdik dan jujur, anda akan dapat menaiki puncak
profesi pilihan anda, tanpa memandang dari mana anda memulai. Tokoh
besar lainnya seperti Napoleon, Da Vinci, Mozart, dan seniman besar
lainnya, dapat kita teladani dalam mengelola diri sendiri yang
diwujudkan dalam karya. [Classic Drucker, 2007]. Keberhasilan mengelola
diri sendiri dan karya akan membawa semua pribadi berhasil, termasuk
anda. Masuklah kedalam, anda akan menemukan kekuatan hati.
No comments:
Post a Comment