be well,
Dwika - Manging Consultant
Pengenalan dan Impelementasi Six Sigma
Oleh : Palimirma(Vibizmanagement - Quality) - Karena meningkatnya kebutuhan pelanggan terhadap produk/jasa yang bebas-cacat (zero-defect) maka timbul banyak konsep manajemen mutu diterapkan dan bahkan beberapa perusahaan ada yang sudah mengklaim bahwa produk/jasanya bebas-cacat. Namun demikian yang menjadi pertanyaan apakah produk/jasa bebas-cacat mencerminkan prosesnya juga bebas-cacat? Ternyata dibalik label tersebut sering dijumpai bahwa prosesnya dihasilkan melalui proses rework, reprocess, inspeksi, dan proses lain yang tidak memberi nilai tambah. Dapatkah perusahaan mencapai level mutu tinggi (bebas-cacat) tetapi tetap profitable? Melalui pendekatan “menciptakan produk/jasa bebas-cacat sejak awal proses” yang menjadi landasan dalam konsep Six Sigma, diharapkan mampu memuaskan pelanggan dan stakeholder. Konsep Six Sigma yang dimotori oleh Motorolla, Inc. ini merupakan konsep peningkatan mutu yang mengoptimalkan penerapan teknik statistik sejak desain hingga proses operasional untuk menjamin produk bebas-cacat.
Sisi History:
Six Sigma adalah seperangkat kegiatan yang mulanya dikembangkan oleh Bill Smith di Motorola pada tahun 1986 dalam rangka memperbaiki proses-proses secara sistematis melalui eliminasi cacat. Cacat (defect) sendiri didefinisikan sebagai ketidaksesuaian produk atau jasa terhadap spesifikasi dan/atau persyaratannya. Seperti juga metode-metode pendahulunya, seperti: quality control (QC), total quality management (TQM), dan Zero Defect, Six Sigma menganut konsep-konsep berikut:
• Upaya berkesinambungan dalam mengurangi variasi dari keluaran proses merupakan kunci keberhasilan bisnis
• Proses bisnis dan manufaktur dapat diukur, dianalisis, diperbaiki dan dikendalikan
• Keberhasilan mempertahankan mutu memerlukan komitmen dari seluruh personil dalam organisasi, mulai dari manajemen puncak hingga operator
Bill Smith sebenarnya tidak “menemukan” Six Sigma, lebih tepat dikatakan, ia mengkombinasikan alat-alat mutu yang telah tersedia sejak tahun 1920-an oleh pendahulunya, seperti: Shewhart, Deming, Juran, Ishikawa, Ohno, Shingo, Taguchi and Shainin, sehingga menjadi serangkaian metodologi yang solid dan menghasilkan manfaat lebih besar ketimbang jika digunakan secara terpisah. Bill Smith juga menerapkan tingkatan kompetensi personil mengikuti aturan seni beladiri Jepang, seperti: "Yellow Belt", "Green Belt" dan "Black Belt".
Definisi dan Teori yang melandasi:
Sigma diambil dari huruf kecil ke-18 dari alfabet Yunani (σ), dan digunakan dalam ilmu statistik sebagai simbol stadar deviasi. Istilah “six sigma” sendiri berasal dari pengertian bahwa jika suatu nilai berada pada keadaan 6σ antara titik tengah dengan batas deviasi terdekatnya, bisa dikatakan secara praktis tidak akan ada produk gagal. Pendekatan pengendalian proses 6σ dari Motorola mengizinkan adanya pergeseran nilai rata-rata dari proses industri sebesar ± 1,5σ sehingga akan menghasilkan tingkat ketidaksesuaian sebesar 3,4 per sejuta kesempatan (3,4 DPMO = defects per million opportunities), artinya setiap satu juta kesempatan akan terdapat kemungkinan 3,4 ketidaksesuaian. Konsep ini berbeda dengan konsep 6σ teoritiknya yang dihitung berdasarkan distribusi normal terpusat (normal distribution centered) akan menghasilkan tingkat ketidaksesuaian sebesar 0,002 DPMO.
Mekanisme dan Metodologi
Six Sigma memiliki 2 metodologi kunci: DMAIC and DMADV, keduanya mengambil konsep siklus PDCA (plan-do-check-act) dari W. Edwards Deming. DMAIC digunakan untuk memperbaiki proses bisnis yang sedang berjalan, dan DMADV digunakan untuk menciptakan produk baru atau desain proses bagi kinerja bebas-cacat.
* DMAIC
DMAIC didefinisikan sebagai:
1) Define, definisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan.
2) Measure, ukur kinerja dari proses yang sedang berjalan.
3) Analyze, lakukan analisis terhadap kelemahan yang ada pada proses (seperti sumber-sumber cacat), jadikan kelemahan pada proses tersebut sebagai peluang perbaikan.
4) Improve, lakukan perbaikan terhadap kinerja proses-proses yang lemah tadi.
5) Control, kendalikan kinerja dari proses-proses yang diperbaiki tadi untuk mempertahankan keuntungan.
* DMADV
DMADV didefinisikan sebagai:
1) Define, definisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan.
2) Measure, ukur dan tetapkan persyaratan pelanggan serta bagaimana kompetitor memenuhi persyaratan tersebut.
3) Analyze, lakukan analisis terhadap berbagai pilihan proses guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan tersebut.
4) Design, desain proses-proses tersebut guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan.
5) Verify, lakukan verifikasi terhadap kinerja proses, terlebih lagi dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dan persyaratan pelanggan.
Selain itu terdapat berbagai metodologi Six Sigma yang dikembangkan oleh berbagai institusi, seperti: DCCDI (Define, Customer Concept, Design, Implement) oleh Geoff Tennant, CDOC (Conceptualize, Design, Optimize, Control) oleh SBTI, DCDOV (Define, Concept, Design, Optimize, Verify) oleh Uniworld, DMADOV (Define, Measure, Analyze, Design, Optimize, Verify) oleh General Electric, DMEDI (Define, Measure, Explore, Develop, Implement) oleh PricewaterhouseCoopers, dll.
Peran dan Implementasi Six Sigma:
Salah satu inovasi kunci dari Six Sigma adalah hirarki fungsi-fungsi manajemen mutu yang diadopsi dari tingkatan dalam seni bela diri Jepang. Hirarki tersebut berfungsi juga sebagai jalur karir bagi seorang professional, mulai tingkat pelaksana hingga manajemen puncak. Tingkatan dalam Six Sigma adalah sebagai berikut:
• Executive Leadership, termasuk CEO (chief executive officer) dan anggota tim manajemen puncak lainnya. Mereka bertanggung jawab dalam menyusun visi perusahaan.
• Champions, bertanggung jawab dalam penerapan Six Sigma diseluruh organisasi. Champion juga bertindak sebagai mentor bagi Black Belt. Di GE, mereka disebut juga Quality Leader.
• Master Black Belts, bertindak sebagai pelatih (coach) dan pakar (expert) Six Sigma dalam organisasi. Mereka membantu para Champion dan menuntun para Black Belt dan Green Belt.
• Experts, tingkatan ini digunakan dalam Aerospace dan sektor Hankam.
• Black Belts, melaksanakan proyek pekerjaan tertentu dibawah pengawasan Master Black Belt.
• Green Belts, mereka adalah karyawan yang melakukan kegiatan-kegiatan Six Sigma berbarengan dengan fungsi dan tanggung jawab lainnya. Mereka melaksanakan kegiatan Six Sigma dibawah bimbingan Black Belt.
• Yellow Belts, mereka adalah karyawan yang telah diberi pelatihan teknik-teknik Six Sigma, namun belum melakukan dan menyelesaikan sebuah proyek Six Sigma.
Sumber: Dari Berbagai Sumber
(PM/IC/vbm)
COMMENT
No comments:
Post a Comment