Search This Blog

Monday, March 21, 2011

Memahami budaya Perusahaan

Pemimpin dapat mempercepat proses belajarnya dengan cara yang sistematis, melibatkan tingkatan-tingkatan dari organisasi dibawahnya pada latihan  penerimaan budaya. 
Pemimpin yang datang pada organisasi yang baru harus sangat berhati-hati pada kebutuhan mereka sendiri untuk benar-benar memahami budayanya sebelum menilainya dan mungkin akan mengubahnya.
be well,
Dwika - Managing Consultant




Evolution of Culture Change and Leadership
Oleh : Vera Herlina,

(Vibizmanagement - Leadership) - Peran utama kepemimpinan dalam manajemen budaya adalah usaha untuk mengembangkan pembelajaran budaya secara terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan. Dalam pengertiannya, hal ini merupakan persyaratan kontradiktif di dalam budaya tersebut dengan definisi sebuah proses yang stabil dan konservatif. Namun, beberapa pemimpin berusaha untuk melembagakan dan menstabilkan pembelajaran dari inovasinya sendiri.

Edgar Schein, MIT Sloan School of Management professor, mendefinisikan budaya organisasi sebagai:
"A pattern of shared basic assumptions that was learned by a group as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way you perceive, think, and feel in relation to those problems"(Schein, 2004, p. 17).

Leadership in Mature and Potentially

Declining Organization

Pada tingkat yang lebih matang apabila organisasi telah berkembang dan budaya disatukan dengan kuat, di mana dalam budaya ditegaskan bagaimana suatu kepemimpinan diajarkan, apa yang dimaksud dengan tingkah laku kepahlawanan, atau yang pantang untuk dilakukan serta bagaimana kekuasaan dan kekuatan ditempatkan dan dikelola.

Masalah yang utama dari kematangan budaya adalah kemungkinan terjadinya kemunduran organisasi, kemudian seorang pemimpin potensial yang cukup berwawasan harus mengatasi beberapa asumsi kebudayaan yang mendesak. Yang harus dilakukan pemimpin pada saat seperti ini  tergantung kepada tingkatan budaya organisasi. Faktanya adalah adanya ketidakmampuan kelompok untuk beradaptasi terhadap realita lingkungannya. Apabila budaya tidak difasilitasi dengan adaptasi (penyesuaian diri), organisasi pun tidak akan bertahan atau akan menemukan jalan untuk mengubah budayanya sendiri.

Pemimpin dari suatu organisasi yang telah matang harus dapat membuat dirinya cukup mampu untuk dapat merasakan asumsi-asumsi secara obyektif dan tidak melakukan pembelaan. Bagaimanapun juga penunjukan manager senior secara formal atau resmi dari suatu organisasi tidak bisa langsung memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perubahan budaya kepemimpinan.

Apabila pemimpin dipaksakan diambil dari luar, maka dia harus mampu untuk mengenali dengan tepat, apa budaya dari organisasi tersebut, elemen-elemen atau hal-hal apa yang diadaptasi dengan baik dan hal-hal apa yang menimbulkan masalah pada penyesuaian yang akan datang, dan bagaimana mengubah apa yang perlu diubah. Pemimpin haruslah seorang manager terlatih yang dapat melakukan perubahan dan  belajar apa yang dimaksud dengan budaya pada situasi sekarang, mengendalikan, menegaskan kembali atau mengubahnya, dan kemudian membakukan asumsi-asumsi yang baru.
   
Sebagai kesimpulan, pemimpin berperan penting pada setiap lingkup perkembangan suatu organisasi, dan berperan membedakan suatu fungsi dari suatu tingkatan. Yang banyak dilakukan oleh pemimpin adalah secara terus-menerus mengenali suatu asumsi tertentu pada suatu budaya dan mencari tahu bagaimana cara menggunakan asumsi-asumsi secara baik atau mengubahnya apabila terlalu membatasi.


Implications for the Selection and Development  of Leaders

Sebuah analisa yang dinamis dari budaya berorganisasi menjelaskan bahwa kepemimpinan berkaitan erat dengan formasi budaya, evolusi, transformasi dan perubahan. Kezar & Eckel, 2000- menyatakan “Organizational culture can either facilitate or inhibit institutional transformation, depending on the fit between existing culture and the proposed change.”

Budaya diciptakan pada awalnya oleh para pemimpin. Budaya ditanamkan dan diperkuat oleh para pemimpin. Ketika budaya menjadi tidak berfungsi, kepemimpinan diperlukan untuk membantu kelompok mempelajari asumsi-asumsi yang baru.Tanpa kepemimpinan pada tahap ini, kelompok tidak akan mampu untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang berubah.

Apa dibutuhkan seorang pemimpin pada tahap ini adalah sebagai berikut :

1.Persepsi dan Wawasan
Pertama, pemimpin harus mampu merasakan adanya suatu masalah. Pemimpin  yang berhasil melakukan perubahan harus memiliki tingkatan yang tinggi akan obyektivitas terhadap dirinya dan organisasinya. Obyektifitas ini dihasilkan pengalaman sepanjang karir mereka dalam membedakan keadaan yang mengijinkan mereka untuk membandingkan dan membedakan perbedaan budaya. Pengalaman internasional juga adalah salah satu jalan untuk mempelajari hal ini.
Pemimpin dapat menghasilkan asumsi baru dari proses membandingkan, hal ini sama seperti pelatihan dan program pengembangan yang mengacu pada belajar dari pengalaman dan penilaian diri. Dari pandangan ini salah satu fungsi yang penting dari penasehat luar atau diluar anggota adalah menyediakan semacam bimbingan yang menghasilkan wawasan budaya. Jauh lebih penting bagi penasehat untuk membantu para pemimpin mencari tahu untuk dirinya sendiri apa yang telah terjadi dan yang harus dilakukan daripada menyediakan rekomendasi apa yang harus dilakukan oleh suatu organisasi. “Ahli terapi budaya” membantu pemimpin mencari tahu apa itu budaya dan pada bagian mana budaya  dapat  lebih diadaptasikan.  

2.Motivasi
Motivasi penting untuk ikut campur dalam proses budaya dari seseorang. Untuk mengubah elemen-elemen tertentu dari budaya, pemimpin harus memiliki motivasi kuat untuk  mau mengadakan perubahan terhadap organisasinya.

3.Kekuatan Emosi
Untuk mengubah suatu organisasi, pemimpin membutuhkan kemantapan psikis, yang berarti pemimpin harus memiliki kekuatan  emosi untuk menyerap segala ketidaknyamanan yang dibawa oleh adanya perubahan dan kemampuan untuk tetap mendukung organisasi melalui masa peralihan meskipun anggota kelompok menjadi marah dan memberontak.

4.Kemampuan untuk mengubah asumsi budaya
Apabila suatu asumsi dihentikan, hal ini harus  digantikan atau diperbaharui dalam bentuk yang lain dan menjadi beban bagi para pemimpin untuk mewujudkannya. Pemimpin harus memiliki kemampuan membujuk untuk membentuk suatu pemikiran dengan menyebutkan dan menjual visi-visi dan konsep-konsep baru. Pemimpin harus mampu membawa ke permukaan, mengulang dan mengubah beberapa asumsi-asumsi dasar suatu kelompok

5.Kemampuan untuk menciptakan pelibatan diri dan partisipasi
Para pemimpin gerakan social, agama atau politik dapat mengandalkan kharisma pribadi dan membiarkan para pengikutnya melakukan apa yang mereka akan lakukan. Dalam suatu organisasi, pemimpin harus bekerja dengan kelompok yang ada pada saat itu. Pemimpin harus mengenali bahwa pada akhirnya, pembentukan kesadaran / pikiran harus terjadi di dalam kepala para anggota dan bahwa akan terjadi hanya jika mereka secara aktif terlibat dalam proses tersebut. Seluruh organisasi harus menerima beberapa tingkatan wawasan dan membangun motivasi untuk melakukan perubahan sebelum ada benar-benar perubahan yang akan terjadi dan pemimpin menciptakan keterlibatan ini. Robert A. Cooke, PhD mengatakan “Culture is  the behaviors that members believe are required to fit in and meet expectations within their organization.”

6.Kemampuan untuk mempelajari  suatu budaya baru 
Budaya yang mengubah pemimpin seringkali harus mengambil alih sebuah perusahaan saat mereka belum memiliki pengalaman sebelumnya karena mereka pertama kali belajar, sehingga itulah arti penting mempelajari sebuah kebudayaan.

Kashner (1990), "Readying an institution to reply to the conditions that call for change or to innovate on the institution's own initiative requires a clear understanding of its corporate culture and how to modify that culture in a desired direction" (p. 20)

Pemikiran ini memunculkan pertanyaan seberapa banyak seseorang dapat belajar pada hal yang benar-benar baru.
Pemimpin dapat menyeberangi batasan-batasan dan memasuki budaya organisasi yang baru dengan mudahnya apabila mereka berada pada suatu industri yang merupakan pusat tehnologi. Apa yang terlihat lebih sulit untuk melintasi sebuah industri atau batasan-batasan nasional, karena pengaturan pemikiran yang dibangun pada awal karir dari manager adalah secara fundamental / mendasar lebih ditekankan.
Pemimpin yang datang pada organisasi yang baru harus sangat berhati-hati pada kebutuhan mereka sendiri untuk benar-benar memahami budayanya sebelum menilainya dan mungkin akan mengubahnya. Suatu masa belajar bertahan sampai dengan setahun atau lebih, apabila situasi mengijinkan / memberikan banyak waktu.
Pemimpin dapat mempercepat proses belajarnya dengan cara yang sistematis, melibatkan tingkatan-tingkatan dari organisasi dibawahnya pada latihan  penerimaan budaya.

Jika semua tingkatan organisasi sudah mampu menerima budaya baru maka keberhasilan perubahan budaya yang menghasilkan suatu transformasi siap dimulai!

(VH/IC/vbm)

No comments:

Post a Comment