Search This Blog

Wednesday, March 9, 2011

Kerja Cerdas-Anda

Setiap tahun Anda gagal, Anda tahu bahwa saya harus bekerja lebih keras dan berlatih lebih banyak lagi dari orang lain. Saat mereka sudah tidur, Anda masih latihan dan saat mereka belum bangun, Anda sudah mulai latihan". Itulah kerja keras yang dibayar oleh Anda. Setiap ada kesempatan, Anda pun melihat dan mendengarkan bagaimana hasilnya. Saya berlatih serta menperdalam teknik Anda serta bereksperimen dengan teknik  baru.  Itulah yang membuat Anda sukses seperti sekarang! Nah itulah bentuk kerja cerdas-Anda. 
be well,
Dwika - Managing Consultant



BUKAN KERJA KERAS ATAU KERJA CERDAS, TAPI KERJA EKSTRA

by: Anthony Dio Martin
 Ada banyak kisah menarik yang bisa dipetik dari medan perang dunia kedua. Salah satunya adalah kisah perlombaan untuk saling memecahkan rahasia sandi pihak musuh. Setelah berusaha menciptakan berbagai kode sandi yang sulit, Jerman akhirnya mengembangkan sebuah mesin bernama Enigma yang sangat terkenal dan sulit dipecahkan. Selama bertahun-tahun alat ini menjadi problem pelik bagi pihak sekutu, khususnya Amerika. Namun, setelah bertahun-tahun berusaha, akhirnya sandi Jerman itu pun bisa dipecahkan juga. Lantas, memahami bahwa bagaimanapun berbagai teknik dan cara dengan mesin sandi memiliki pola keteraturan yang pada akhirnya gampang untuk dipecahkan. Amerika pun berpikir keras. Akhirnya, pada tahun 1942, Angkatan Bersenjata AS merekrut dan melatih 29 pemuda Indian Navajo dan mengirim mereka ke pangkalan yang amat dijaga kerahasiaannya. Orang-orang ini disebut sebagai "penyampai pesan" (the messanger). Mereka diminta untuk memikirkan sebuah sandi khusus dalam bahasa asli mereka yang akan sulit dipecahkan musuh. Mereka berhasil, sandi itu pun tak pernah dapat dipecahkan sampai sekarang. Dan puluhan tahun setelah perang berakhir, sandi rahasia itu tetap tersimpan aman, untuk berjaga-jaga seandainya dibutuhkan lagi.


Itulah kisah persaingan untuk menjadi lebih baik, yang terinspirasi dari dunia perang yang sesungguhnya. Yang kali ini diwakili dengan perang menciptakan kode sandi yang sulit untuk dipecahkan oleh pihak musuh.

Pertanyaannya sekarang bagaimanakah perang sandi ini relavan dengan kehidupa personal kita?

Cobalah Anda perhatikan di sekitar Anda, apalagi kalau kita berada di dunia bisnis. Sebenarnya, kitapun terus-menerus berada di medan perang. Perang untuk menjadi lebih baik, perang agar diingat oleh konsumen kita, perang agar peringkat kita naik, perang agar market share kita semakin besar. Bukanlah itulah perang yang tengah kita geluti? Artinya, kitapun berada dalam suasana perang 'mencapai kesuksesan' yang lebih baik. Memang bukan fisik, tetapi secara mental, kita terus-menerus berada di medan perang itu.

Bukan Kerja Keras atau Cerdas, Tapi Kerja Extra

Analogi tetang perang dan bagaimana para militer menyikapi medan perang, merupakan bentuk pembelajaran terbaik bagaimana kita seharusnya menyikapi perang 'kesuksesan bisnis serta karir' kita saat ini. Lihatlah seorang tentara atau pasukan yang berperang. Mereka dituntut bekerja, bukan saja keras tetapi juga cerdas. Dua-duanya diperlukan. Seorang pasukan, kadang harus bangun awal sebelum musuhnya bergerak. Kadang pula harus menyerang ketika musuhnya tertidur. Bahkan, untuk mencapai suatu target, mereka kadang harus bersusah payah melewati medan yang sulit, mengamati dan menyelidiki dengan seksama bahkan tidak boleh beristirahat, sampai tujuan itu tercapai. Itulah kerja keras yang ditunjukkan.

Tetapi, kerja keras, juga percuma. Percuma saja, seandainya para pasukan bekerja keras dengan hanya membawa anak panah dan pisau, seandainya musuh sudah menggunakan senapan. Tetapi, percuma juga menyerang pagi-pagi dengan senapan sederhana, sementara musuh sudah menggunakan senjata otomatis yang mampu memuntahkan begitu banyak peluru sekali ditarik pelatuknya. Jadi, seorang pasukan juga dituntut menemukan cara yang lebih hebat, dan cara yang lebih baik. Itulah berpikir cerdik.

Nah, dalam kenyataannya, sekarang ini banyak orang mengatakan, "Janganlah bekerja keras, bekerjalah lebih cerdas!".
Maka, menurut saya hal itu, tidaklah benar. Kita membutuhkan kerja extra. Artinya ya mencakup kerja keras dan juga kerja cerdas. Masalahnya, kalau hanya kerja keras, bisa saja kita terus melakukan hal yang sama tetapi sebenarnya yang kita lakukan adalah hal yang bodoh. Melalukan hal yang sama dengan cara lama, padahal sudah ada cara yang lebih efektif dan lebih cepat, itulah bentuk kelalaian atau kebodohan. Tapi di sisi lain, istilah kerja cerdas pun bisa mengandung makna yang negatif, seolah-olah 'beti' (beda tipis) dengan kerja orang yang malas. Jadi kedua-duanya kita perlukan untuk berhasil.

Bayar Ongkos Kerja Extra

Baru-baru ini ada seorang penyanyi wanita musik country yang baru saja mendapatkan Grammy Award. Untuk  penghargaan ini, dia harus menunggu sekitar 9 tahun lamanya. Dan pada saat diwawancarai, ia mengatakan, "Setiap tahun saya gagal, saya tahu bahwa saya harus bekerja lebih keras dan berlatih lebih banyak lagi dari penyanyi yang lain. Saat mereka sudah tidur, saya masih latihan dan saat mereka belum bangun, saya sudah mulai latihan". Itulah kerja keras yang dibayar oleh di penyanyi ini. Tetapi, jawabannya belum cukup hanya sampai disitu. Ia pun mengatakan, "Setiap ada kesempatan, saya pun melihat dan mendengarkan bagaimana suatu lagu dinyanyikan. Saya berlatih serta menperdalam teknik menyanyi mereka serta bereksperimen dengan teknik menyanyi yang baru.  Itulah yang membuat saya seperti sekarang!" Nah itulah bentuk kerja cerdas-nya.

Hal ini mengajarkan kepada kita tentang ongkos sukses yang sesungguhnya yakni kerja keras serta  kerja cerdas penyanyi sukses tersebut.  Ini juga berarti kalau  kita pun ingin sukses dalam karir dan bisnis kita, mungkin saatnya buat kita untuk bekerja keras dan bekerja lebih cerdas.

Aplikasi Kerja Extra

Sekali lagi, kerja ekstra adalah gabungan antara kerja keras dan kerja cerdas. Banyak orang ingin sukses dan berhasil tetapi belum sukses-sukses karena hanya mau kerja cerdasnya, tetapi kurang kerja kerasnya. Mereka bangun lebih siang, sibuk memikirkan waktu liburan, senang ngobrol dan chatting serta menghabiskan waktu untuk hal-hal yang sebenarnya tidak memberikan nilai tambah. Banyak bermimpi dan berandai-andai serta mudah menyerah. Orang-orang seperti ini, senang sekali ketika diajarkan bahwa mereka harus 'kerja cerdas'. Mereka berpikir bisa menghasilkan pekerjaan kualitas bagus dengan cara-cara yang 'malas'. Tentu saja ini kesalahan yang fatal! Akibatnya, mereka biasanya jarang sukses dan berhasil. Padahal, Malcolm Gladwell dalam bukunya 'Outliers' mengatakan dibutuhkan sekitar 10.000 jam terbang, bagi seseorang untuk sampai betul-betul dikatakan 'master' dalam bidangnya.  Perhatikan mereka-mereka yang sukses, pasti ada unsur kerja kerasnya.  Sampai-sampai dikatakan bahwa Michael Jordan yang sukses pun masih tetap latihan, sementara orang-orang susah capek latihan dan pulang ke rumahnya.

Selain kerja keras, tentu saja perlu kerja cerdas. Artinya, kita pun harus mempertanyakan pula apakah ada cara-cara yang lebih baik daripada yang kita lakukan selama ini. Cobalah untuk selalu terbuka mata Anda. Sering-seringlah amati dan lihat kompetitor Anda. Lihat bagaimana mereka melakukannya. Apa yang membuat mereka menjadi lebih baik. Lantas, Anda harus memikirkan apa cara yang lebih baik yang bisa Anda lakukan dibandingkan mereka. Itulah yang namanya kerja cerdas. Seperti kisah di atas soal bagaimana tentara Amerika akhirnya menggunakan pemuda suku Navajo untuk menciptakan bentuk sandi yang baru, demikianlah mereka memberikan contoh cara bekerja cerdas.

Mulai sekarang, semoga kita tidak hanya punya goal dan impian tetapi juga bersedia melakukan kerja ekstra kita. Artinya, kalau ingin sukses, kita harus bekerja jauh lebih rajin dan lebih disiplin dibandingkan yang lain. Selain itu, kita pun perlu bekerja lebih cerdas.  Selalu ada ongkos untuk menjadi sukses, sahabatku!


Best regards,
Anthony Dio Martin

No comments:

Post a Comment